Bab 18: Aku Menyukaimu

23.4K 1.4K 32
                                    

Almira berdiri dalam diam di belakang tubuh besar sang suami. Matanya memperhatikan punggung lebar itu dengan serius. Setelah tadi menyelesaikan sesi tanya jawab dengan kedua adik Mas Bhaga, ia segera mencari suaminya yang ternyata berada di taman. Tubuh tegap pria itu bergoyang kecil seperti sedang menimang.

Almira menarik sudut bibirnya membuat senyum tipis di sana. Jika benar Mas Bhaga adalah jawaban dari doa-doanya, tolong, selalu persatukan kami dalam keadaan apapun, Tuhan. Perlahan, Almira mulai menerima Bhaga sebagai suaminya. Bhaga selalu membuat dirinya berharga dimata pria itu, ia merasa benar-benar dihargai.

Masih tersimpan senyum dibibirnya, Almira melangkahkan kaki—mendekat hingga berdiri di samping Bhaga. Benar saja, direngkuhan sang suami terdapat sesosok makhluk kecil yang sedang tertidur lelap.

Bhaga berjengit ketika mendapati Almira yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya dengan senyum mengembang. "Hey, sudah selesai?" tanyanya hampir berbisik, tak ingin keponakan mungilnya terbangun karena mendengar suara bass-nya.

Mata Almira memperhatikan gadis kecil cantik yang tertidur nyaman direngkuhan suaminya. Ia mengangguk sebagai balasan.

"Dia namanya siapa, Mas?" tanya Almira yang mengikuti nada suara Bhaga. Pipi gadis kecil itu seperti bakpao, jari-jarinya gatal ingin memainkannya. Ia menatap sang suami meminta jawaban.

"Sasmita, aku memanggilnya Sasa," tutur Bhaga sembari menimang lembut sang ponakan.

"Wah, namanya cantik ya, orangnya juga cantik, Mas. Gemas sekali lihatnya." Mata Almira berbinar melihat anak cantik itu. Kulitnya sangat bersih, alisnya tebal, hidungnya mancung kecil, dan bibirnya seperti cherry yang manis.

Sudut bibir Bhaga berkedut hingga tak lama tertarik kemasing sisinya. Bhaga terkekeh. "Aku juga sama, orangnya cantik, namanya pun cantik. Aku gemas sekali lihatnya," ucap Bhaga meniru perkataan sang istri. Tatapannya lekat menghunus wajah cantik Almira tanpa beralih ke manapun.

Perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon. Sasmita memang secantik itu, ia tidak bisa bohong.

Bhaga mengangkat kedua alisnya. "Kamu mengangguk mengiyakan? Perkataanku itu untuk kamu. Almira dan Sasa sama-sama menggemaskan, sangat ingin aku gigit pipinya." Bhaga makin terkekeh ketika mendapati perubahan raut wajah sang istri. Almira jadi terlihat malu-malu.

Pria itu berdehem singkat. Sasmita nampak tak terganggu digendongannya. "Kamu mau tidak, mempunyai Sasa versi kita? Kalau aku, jangan ditanya. Aku sangat ingin. Sangat ingin membuatnya, pun sangat menginginkan jadinya. Sayang, kamu maunya setelah kita mendapatkan buku nikah. Tapi, tidak apa-apa, aku siap menunggu kamu."

Mata Almira membulat terkejut akan perkataan sang suami yang terdengar tabu dipendengarannya. Refleks, tangannya menutup mulut Bhaga karena berbicara yang tidak-tidak di hadapan anak kecil yang sedang tertidur.

"Mas ...," bisik Almira seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Di saat yang bersamaan, perempuan itu hampir saja terpekik saat telapak tangannya dicium dan digigit oleh Bhaga. Kontan, Almira melepas bekapan itu dan mengusap-usapnya dibaju yang ia kenakan. Tingkah suaminya semakin menjadi-jadi di setiap harinya.

"Aku tunggu malam itu, Almira. Aku siap menunggu demi kamu," bisik Bhaga seraya menyeringai. Sebelah matanya mengedip jahil.

Kedua pipi Almira sudah memanas karena membayangkan yang tidak-tidak. Ia berdecak kecil dengan telapak tangan yang menangkup pipi. Perempuan itu segera berbalik arah, bermaksud ingin pergi dari tempat itu. Jangan sampai ucapan Mas Bhaga semakin tidak terkendali.

"Hey, mau ke mana?" tanya Bhaga, mengikuti sang istri. Pria itu sampai menyamakan langkah kakinya sejajar dengan Almira.

"Ke mana saja asal nggak sama, Mas," ucap Almira asal. Nadanya terdengar tak enak, namun tak bermaksud begitu.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang