Bab 8: Perdebatan

28K 1.3K 15
                                    

Anak perempuan Bhaga memperhatikan Almira dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Ia perhatikan setiap jengkal tubuh perempuan itu. "Mbak?" tanyanya dengan pandangan bertanya ke arah sang papi. Anak perempuan itu menyangkal bahwa yang dibawa papinya adalah ibu baru mereka. Perempuan di samping Papi itu bahkan lebih mirip seperti pengasuhnya karena terlihat sama-sama masih muda. Apa papinya sedang membuat prank untuknya dan Bian?

Bhaga meringis mendengarnya. Ia tahu apa maksud dari kata 'Mbak'. Bagaimana cara menjelaskan kepada mereka? Salahnya tidak memberitahu anak-anaknya sebelum menikahi Almira. "Bukan, Sayang, ini istri Papi. Mama kalian," beri pria itu pengertian, sekaligus mengamati perubahan raut wajah mereka. Senang kah? Atau sebaliknya?

Anak laki-laki yang berdiri di samping sang kakak, menyerit bingung. Mama? "Mami ada di sini, Pi. Mbak bukan Mami," tutur anak lelakinya dengan polos seraya menunjuk Almira yang bukan maminya.

Seketika, kening Bhaga mengerut sebagai respon. Estelle ada di sini? Setelah hampir setahun lebih tak ada kabar, perempuan itu datang kembali?

"BHAGA?! HAII!!" Ke empatnya teralihkan ketika mendengar suara pekikan.

Diujung ruangan, terlihat seorang perempuan dewasa yang amat cantik menghampiri mereka dengan langkah kaki dipercepat. Tubuh rampingnya dipadu dress pas badan membuat perempuan itu terlihat anggun.

Dengan senyum yang menawan, ia menatap sang mantan suami dengan berbinar, dipeluknya bahu tegap Bhaga untuk diajak bercipika-cipiki. Dikecupnya kedua pipi mantan suami tanpa merasa adanya batasan yang melekat pada keduanya.

"How are you?" Masih memeluk bahu Bhaga, ia bertanya dengan nada ceria seraya mengelus bahu itu lembut.

"Baik," balas Bhaga singkat. Ia berusaha melepas tangan mantan istrinya dari pundak.

Almira yang memperhatikan interaksi mereka yang terlihat begitu dekat, langsung mengalihkan pandangan—kemanapun asal tak ke arah sana. Desiran halus di dadanya tiba-tiba datang menyapa.

Perempuan itu melipat bibir ketika dirinya merasa kerdil di dalam lingkup keluarga suaminya. Pandangannya turun ke bawah, terus naik menelusuri tubuhnya. Dirinya terlihat kurang layak untuk diajak masuk ke dalam rumah besar nan mewah ini. Celana jeans dan kaus biasa menjadi style-nya sehari-hari. Almira tak berekspektasi kalau rumah milik Mas Bhaga ternyata semewah ini dengan penghuni rumah yang terlihat sangat modern.

Bodoh, jelas-jelas atasan bapaknya adalah pengusaha sukses yang berbisnis dalam berbagai bidang. Seharusnya ia bisa berpenampilan lebih baik dari ini.

"Almira ...."

Tubuh perempuan itu tersentak. Ia segera menolehkan kepalanya menatap Bhaga yang memanggilnya dengan lembut. Bhaga menyelipkan tangannya dipundak—menariknya untuk mendekat, kemudian mengelus pelan.

Mata yang menatap Almira lembut, berubah ketika menatap Estelle. "Kenalkan, Estelle, ini istriku, Almira," beritahu Bhaga agar perempuan itu sadar batasan. Status mereka bukan lagi yang dulu. Tidak bisa perempuan itu melakukan hal seenaknya pada dirinya karena sekarang, ia sudah memiliki Almira sebagai istri yang harus dijaga perasaannya.

"ISTRI?!" Pekikan terdengar, mungkin hingga penjuru ruangan. Bagai tersambar petir Estelle setelah mendengar pernyataan mengejutkan ini. Bahkan, mata perempuan itu sampai membola tak percaya dengan alis yang bertaut.

"Ya, istriku," ucap Bhaga santai.

Dada Estelle naik-turun. Terlihat, perempuan itu membuang napas berkali-kali menolak percaya. Tidak mungkin! "Kamu, kamu pungut dari mana, perempuan ini?! Dari kampung, Bhaga?" cemooh Estelle sembari menunjuk-nunjuk Almira tidak suka. Hilang sudah sikap anggun yang tadi ditampilkan.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang