Bab 40: Terhalang Gengsi

8.9K 1K 108
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah vote dan komen cerita ini. 🐱🐱

Happy Reading!

__________

Almira membuka kulkas, meneliti ada apa saja di dalamnya. Bibirnya mengembang senang dengan pekikan kecil. Ia gegas berjalan mengambil wadah untuk menempatkan buah-buah segar untuk dirinya eksekusi.

Siang-siang begini, makan salad buah rasanya segar sekali. Almira bersenandung riang sembari mencuci sekaligus asyik memotong buah-buah tersebut.

"Bu, biar saya aja yang potong." Tubuh Almira tersentak kecil tatkala suara Bi Eni mengagetkan dirinya dari belakang.

Sunggingan dibibir, sedari tadi tak luntur dari wajah Nyonya rumah, walau bisa saja kejadian barusan membuat dirinya terluka ketika sedang bermain dengan benda tajam. "Nggak usah, Bi, ini gampang, kok. Aku bisa sendiri."

Tak bisa memaksa, Bi Eni hanya memperhatikan sang nyonya yang telaten dengan apapun yang sedang dilakukannya. "Ibu mau bikin apa memangnya?" tanya perempuan paruh baya itu.

"Ini, aku bikin salad buah. Bibi mau? Kalau mau aku bikin banyakan."

Bi Eni mengangguk dengan meneguk ludahnya sekali. Dirinya ngiler juga, sih. Ah, tapi tak enak hati. Diingatnya, ia juga bisa buat sendiri atau beli saja nanti.

"Nggak usah, Bu. Ngerepotin." Bi Eni menggeleng pelan.

"Ngerepotin? Nggak, ah. Kan ini dibikin sekalian, Bi."

Almira mengambil mayonaisse, yoghurt, susu kental manis juga keju dari dalam kulkas sebagai sausnya.

"Bu, kalo ada yang dibutuhin suruh saya aja." Bi Eni memberi tahu jika sang nyonya bisa meminta bantuannya ketika melihat Almira mondar-mandir. Dirinya sepertinya tak dibutuhkan di sini.

"Udah mau jadi, ini." Almira mencampurkan buah-buahan dan saus dalam satu wadah.

Bi Eni menepuk dahinya keras. Tiba-tiba sekelebat ingatan perempuan baya itu mengingatkan akan tujuannya ke sini. Ia lupa jika tadi Omah Winda minta dibuatkan teh hijau.

Buru-buru Bi Eni menyiapkan apa yang dibutuhkan Omah Winda secepat kilat.

"Bu, saya antar teh pesanan Omah dulu, ya, lupa tadi Omah minta. Kalau Ibu butuh saya, nanti saya ke sini lagi."

Almira menggeleng. "Nggak usah, Bi. Oh, iya, nanti salad buahnya aku taruh kulkas, ya. Ambil aja kalau Bibi mau." Perempuan itu membuat salad buah menjadi dua wadah. Untuk dirinya, juga Bi Eni jika Bibi mau.

"Waduh, ngerepotin, dong, Bu."

"Nggak. Udah, Bibi antar dulu pesanan Mama."

Bi Eni mengangguk seraya tersenyum segan. Ia juga tak bisa berlama-lama di sini. "Makasih banyak, deh, Bu. Kalo gitu saya antar dulu, ya."

Almira menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Ia menarik bibirnya sepersekian detik sesudah tak melihat kehadiran Bi Eni. Perempuan itu kembali menyibukkan diri, berjalan ke arah kulkas untuk meletakkan dua wadah salad buah yang sudah jadi agar lebih dingin. Kemudian, ia kembali lagi ke tempat semula guna mempertanggungjawabkan atas barang-barang yang sudah dirinya kotori.

Grep!

"Argh!" Tubuh Almira terperanjat tatkala mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan. Siapa yang berani memperlakukannya seperti ini? Orang itu bahkan makin memasukkan Almira lebih dalam ke dekapannya, namun makin beraninya lagi ketika pipinya dicium seraya dagunya digamit untuk mencicipi cherry manis itu, yang tanpa Almira bisa cegah dengan secepat kilat.

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang