"istri siapa!?"
"Istri Bhaga, Ma, dia bilang sendiri tadi. Anak mama itu, sudah menikahi gadis dari kampung lalu dibawanya perempuan itu ke sini." Wajah mama Winda, ibu dari Bhaga mengerut tidak percaya, namun tidak dengan perasaannya yang was-was.
Melihat ekspresi tak yakin dari Mama Winda, Estelle terus melancarkan aksinya untuk menyakinkan perempuan tua itu. "Ma, aku nggak bohong. Aku tadi bertengkar dengan Bhaga karena dia membawa masuk perempuan lain ke dalam rumah ini. Anak-Anak pun nggak terima Bhaga menikah lagi."
Dengan raut wajah yang berubah serius, Mama Winda nampak memegangi dadanya dengan irama jantung yang berubah bertalu-talu. Ia syok berat. Berita ini terlalu tiba-tiba disampikan Estelle. Untung saja, untung jantungnya masih aman, sehingga tidak membuat dirinya terkena serangan jantung mendadak.
"Bagaimana bisa, Estelle? Kenapa Mama nggak tahu?!"
Mama Winda segera bangkit dari duduknya. Sudahlah. Lebih baik ia bertanya langsung dan melihat dengan mata kepala sendiri. Ini tidak bisa dibiarkan. Anak lelakinya baru saja pulang dari kampung, lalu dengan beraninya sang putra menikah tanpa restu darinya.
"Mama mau ke mana?" Estelle ikut bangkit berdiri.
"Di mana Bhaga sekarang? Mama mau ketemu dia."
"Tadi ada di ruang tamu, Ma, tapi setelahnya aku nggak tahu," ujar Estelle.
Mama Winda berdecak dan berlalu dari sana.
"Mama mau ke mana? Aku ikut!"
Mama Winda terus melangkahkan kaki tuanya, tak menghiraukan Estelle yang mengikuti.
"Istrinya udik sekali, Ma. Aku malah mengira Bhaga membawa pembantu dari kampung untuk dipekerjakan di sini. Mama harus omelin Bhaga kalau perlu suruh mereka bercerai!" hasut perempuan itu agar mama Winda tetap berada dikubu-nya.
Mendengar mantan menantunya yang terus mengoceh, Mama Winda memejamkan matanya sekejap tanpa mau meladeni ocehan tersebut. Bhaga lebih penting. Ia harus cepat bertemu dengan sang putra untuk menginterogasinya.
"BHAGA!!" Mama Winda menggedor-gedor pintu kamar sang putra, meminta Bhaga untuk membuka pintu kamarnya.
"Bhaga buka! Mama mau bicara sama kamu!!"
Pintu terbuka dari dalam, menampakkan wajah Bhaga yang tidak santai.
Mama menerobos masuk begitu saja ke dalam kamar sang putra. Dirinya terkejut. Benar, apa yang dikatakan Estelle, benar adanya. Di sana, di samping ranjang, terlihat sesosok perempuan muda yang berdiri dengan bibir menggaris tipis, tersenyum namun samar. Perempuan itu menatap dirinya dengan sorot mata tak enak? takut? entahlah.
"Siapa ini?" tanya Mama Winda sembari mendongak. Almira berinisiatif mencoba mengulurkan tangannya yang mendingin, berniat untuk mencium tangan Mama Winda, namun tak ada tanggapan. Sama sekali uluran tangannya tak bersambut.
Tak berselang lama, Bhaga sudah berdiri di samping Almira, menggenggam tangan perempuan itu yang suhunya sudah seperti es balok.
"Istriku, Ma, Almira," tukas Bhaga agak tegas memberitahu kepada sang mama bahwa Almira adalah istrinya sekarang. Ia bisa saja berbicara baik-baik seandainya mama datang dengan baik-baik juga.
Di dalam ruangan, hanya ada mereka bertiga. Bhaga dengan cepat menutup pintu saat Estelle memaksa ingin masuk. Perempuan itu hanya orang luar yang tidak seharusnya tahu masalah keluarga Bhaga. Toleransi jika untuk anak-anak, perempuan itu bisa ikut campur.
Mata Mama Winda masih menyorot tajam diri perempuan muda itu. Menyorot dengan pandangan menilai.
Di tempat, bukannya tak ingin memperkenalkan diri. Layaknya bibir yang terisolasi, susah sekali bagi Almira untuk bersuara. Bahkan sedari tadi, senyum yang ia tampakkan, yang ia pertahankan pun sudah ia usahakan sebaik mungkin walau entah apa jadinya yang terlihat di mata Ibunya Bhaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)
RomanceApa jadinya bila Almira Pradista Pertiwi, perempuan dua puluh empat tahun menikah karena dijodohkan dengan duda kaya raya beranak dua, berumur empat puluh tahun? Jika ada yang bertanya, mengapa bisa? Anjani, sang kakak, terlibat utang yang cukup bes...