Bab 7: Arawinda dan Bian

30.6K 1.6K 15
                                    

Almira menutup mulut, menguap lebar. Ia mengantuk sekali pagi ini dan mungkin saja lingkaran mata panda tercetak jelas di sekitaran matanya.

Tadi malam, ia tidak bisa tertidur nyenyak lantaran Bhaga yang memeluk tubuhnya dari belakang secara tiba-tiba saat mereka di atas ranjang. Ia tidak bisa memastikan, apakah sang suami sadar atau tidak ketika memeluknya? Yang ia tahu napas Mas Bhaga menderu teratur di atas pucuk kepalanya. Sepanjang malam, Almira hanya bisa berbaring kaku seperti patung dengan kedua mata yang masih nyalang terbuka. Ia tidak terbiasa berkontak fisik dengan laki-laki, siapapun itu kecuali Bapaknya.

"Nduk, ndak usah bantu, Mbok. Kamu duduk saja biar Mbok yang masak." Si Mbok berusaha mengambil alih sodet dari tangan istri baru majikannya.

Almira melirik Mbok Wati, ia mengambil tangan tua itu dan menyingkirkan halus. "Hanya nasi goreng, Mbok. Aku saja," ujar Almira pelan.

Perempuan itu memasak nasi goreng dan telur ceplok untuk sarapan ala kadar mereka. Almira tak enak hati bila meminta Mbok yang memasak. Ia tidak biasa dilayani.

"Wah, harum sekali baunya!" Almira tersentak tatkala mendengar suara bariton sang suami yang menghampiri mereka di dapur. Kantuknya seketika hilang entah ke mana.

Setelah subuh tadi, Bhaga lari pagi mengelilingi kampung, pria itu baru saja menyelesaikan mandinya dan langsung mencari sang istri yang ternyata sedang berada di sini.

Bhaga mendekat ke arah sang istri, ia berdiri di belakang tubuh mungil Almira dengan pandangan mengarah ke nasi goreng yang sedang istrinya masak. Bhaga menaikan kedua alis, kemudian menganggukkan kepala.

Pria itu memajukan selangkah tubuhnya, berdiri tepat di samping sang istri. Ia menundukkan pandangan, menatap wajah Almira yang sedang memainkan bibir dengan pandangan fokus pada masakannya. Bibir Bhaga berkedut, ia menarik bibir membuat senyum. Pria itu berinisiatif merendahkan sedikit tubuhnya, kemudian memajukan kepala, mencium juga menghidu pipi sang istri dengan bibir dan hidung bangirnya. Duh, Almira lucu sekali, ia gemas.

Sekelebat, hidung Almira secara alamiah menghidu wangi Bhaga yang memabukkan bercampur dengan bau harum nasi goreng yang sedang ia masak. Wangi keduanya mengudara bersama di indra penciumannya.

"Aku tunggu di meja makan, ya?" bisik Bhaga menyeringai, kemudian langsung berlalu dari sana. Ia duduk memperhatikan sang istri dari meja makan.

Almira sontak membulatkan mata, pipinya pun sudah semerah tomat sekarang. Ia melirik si mbok yang tersenyum menggodanya. Aih, pria itu suka sekali menyentuh dirinya di sembarang tempat. Dirinya malu.

"Manis sekali Mas Bhaga, ya, Nduk?" tanya Mbok, menggoda.

Almira tak menjawab. Ia menarik bibirnya lurus, tanpa ekspresi gembira di sana. Pintar sekali Bhaga membuat istrinya salah tingkah.

Perempuan itu mematikan kompor saat hasil dari masakannya sudah jadi. Mbok dengan sigap memberi wadah untuk nasi goreng ala Almira.

"Ini, Nduk, taruh di sini." Almira mengambil dan menuangkan semua nasi goreng ke mangkuk beling bening besar.

Ia meletakkan nasi goreng dengan pendampingnya, telur ceplok yang sudah Mbok Wati hidangkan di atas meja makan.

Almira mengambil piring, mengisi dengan nasi goreng dan telur di atasnya. Ia berikan kepada sang suami yang sedari tadi tak memutus pandangan kepada dirinya.

"Terima kasih, Almira," ucap Bhaga dengan senyum yang membuat pria itu makin terlihat tampan meski beberapa kerutan menghiasi pinggiran mata.

Hati pria itu berdesir. Ini hari pertama sang istri melayani dirinya. Bhaga senang bukan main. Sekarang, ia sudah mempunyai istri yang akan selalu memperhatikan dan mengurusi hidupnya. Sangat berbeda sekali sikap ketelatenan Almira dengan sang mantan istri. Dulu, dia mana mau melayani sang suami di saat banyak pembantu yang bisa mengurus suami juga anak-anaknya. Akh ... kenapa pula ia jadi membandingkan keduanya?

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang