WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.
ROMEO tercenung melihat Serena tertidur di sofa. Make up tipis Serena on, Serena masih memakai gaun formal, menandakan perempuan itu menunggunya sepanjang malam.
Fuck.
Romeo mengusap kasar wajah, tidak percaya ia baru mengkhianati rumah tangga mereka. Menghampiri Serena, Romeo berlutut di bawah kaki Serena, meraih tangan kanan Serena. Good Lord, ayahnya dan Oreste benar, ia tidak mungkin berbeda dari Constantino lainnya, layaknya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, genetik Constantino melekat dalam dirinya.
"Romeo." Serena mengucek mata, bernapas lega melihat kehadiran Romeo bukan mimpi, "Sera khawatir dengan Romeo," katanya, takut-takut menarik tangannya dari Romeo.
"I don't deserve you, angel," ucap Romeo pelan, menunduk-menyorot cincin di jari manisnya dan Serena yang saling bersentuhan.
Serena ikut berlutut di lantai, menyentuh rahang Romeo, "Kenapa?"
Meneguk ludah, tidak satu pun list jawaban dari pertanyaan Serena bisa Romeo ucapkan, "Apa yang dikatakan Isabella adalah fakta, aku dan Papa tidak pernah berhubungan baik karena Papa suka memukul Mama, aku dan Juli, sekali pun untuk hal sepele. Aku membencinya dan karakternya, sekarang, aku justru melakukan yang sama dengannya." Romeo berhenti menyorot karpet hitam bercorak golden paisley yang mengingatkannya dengan ibunya meringkuk dan menangis di sana, beralih menatap dalam kedua mata hazel Serena.
"Aku tidak seharusnya melukaimu hanya karena aku cemburu dengan mantan kekasihmu. Jika kata sorry tidak cukup untukmu, please katakan padaku yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku, angel."
Untuk sejenak, Serena hanya menyelam ke balik biji mata hijau Romeo. Tidak ada dusta selain kecemasan dan ketakutan, Serena percaya Romeo berbeda dengan Jacopo Constantino; Romeo takkan menyakitinya sejauh Papa Jac menyakiti Mama Scarlett atau Romeo takkan berlutut dan memohon seperti sekarang.
"Tell me, angel," desak Romeo.
"Sera memaafkan Romeo." Serena mengelus rahang Romeo, "Daddy tidak pernah membentak dan memukul Sera, sekali pun Daddy sedang marah atau bertengkar dengan Mom. Sera memilih Romeo di altar karena Sera yakin Romeo adalah pengganti Daddy untuk melindungi Sera. Romeo sering melihat Papa Jac memukul Mama Scarlett, Romeo tahu rasanya dan Sera yakin, Romeo bisa membayangkan perasaan anak kita nanti melihat Papa-nya memukul Mama-nya. Jika Romeo ingin pernikahan kita bertahan sampai kita punya anak-anak dan melihat mereka besar, Romeo harus bisa belajar mengontrol diri. Janji pada Sera tadi adalah yang pertama dan terakhir?" Serena menjulurkan jari kelingkingnya dengan senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKEST OBSESSION (The Darkest #2)
Romance📳 UPDATE SETIAP MINGGU & SENIN (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Nonton trailer buku di sini! here https://youtu.be/OibC7DhkA4I 🔞 WARNING: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & violence. Please be aware...