16

662 51 21
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

ROMEO baru meletakkan bokongnya di lounge Little Vegas, menikmati gerak bokong stripper di tiang sambil menyesap whiskey favoritnya ketika Sacile menghampirinya dan membisikkan tiga kalimat di telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ROMEO baru meletakkan bokongnya di lounge Little Vegas, menikmati gerak bokong stripper di tiang sambil menyesap whiskey favoritnya ketika Sacile menghampirinya dan membisikkan tiga kalimat di telinganya.

Menipiskan bibir geram, Romeo meneliti keseluruhan Little Vegas, lalu membisikkan sesuatu di telinga Damien yang menjadi teman minumnya malam ini. Tidak membuang-buang waktu, Romeo beranjak dari kursi, mengepalkan tangan begitu melihat pisau yang akan menancap punggung stripper favorit Little Vegas di pangkuan fucker yang membuat darah Romeo mendidih.

DOR.

Seiring Damien melepas peluru dari pistolnya, Romeo menarik stripper dari pangkuan fucker yang sudah tak bernyawa di atas sofa dengan lubang peluru di kepala belakang. Hentakan musik Little Vegas seketika berubah menjadi teriakan, beberapa memilih berlari berhamburan keluar dari club, beberapa memilih berjongkok dan mengangkat tangan.

Menyadari peluru akan menghantamnya dari belakang, Romeo berjongkok bersama stripper dalam pelukannya, meraih pisau fucker di lantai dan melemparnya ke arah penembak.

Pisau Romeo berhasil mengenai kaki penembak. Dalam kondisi berdiri tegak menggunakan satu kaki, penembak itu akan melempar tembakan lain dari pistolnya ketika pria dengan topi lebar dan kacamata hitam muncul dari sudut lain ruang mengangkat tongkat kaki.

"Cukup." Pria itu membuka topi dan kacamata, "Aku kemari untuk bicara denganmu, Constantino."

Frederico fucking Lanza.

"Tinggalkan teritoriku sekarang," desis Romeo, tetap pada posisinya berjongkok di antara sofa dan meja.

"Kita bicara, lalu aku meninggalkan teritorimu."

Setelah memastikan tidak terdapat jebakan di sekeliling ruangan, Romeo berdiri, berhadapan langsung dengan pria yang masuk ke dalam club-nya dalam penyamaran dengan kartu identitas palsu.

"In private," ucap Frederico serius.

"Setelah orangmu berniat membunuh pekerjaku?" Romeo mendengus, "Fucking no."

"Kita bicara di sini," geram Frederico.

"Mainkan musik," teriak Romeo, lalu membisikkan sederet perintah di telinga stripper setelah DJ kembali menghentak musik.

"Kita bicara di basement," desis Romeo.

Dan tentunya Romeo tidak menyajikan bir, wine atau whiskey untuk penyusup teritorinya, tidak pula ruang dan sofa untuk bicara eye to eye. Parkiran bawah tanah menjadi tempat Romeo bersama Damien dan Cesare berhadapan dengan Frederico Lanza dan tiga orang bodyguard pria itu.

THE DARKEST OBSESSION (The Darkest #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang