8

1.4K 124 85
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

 Please be aware

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"IBUKU."

Romeo menyodorkan figur perempuan berbalut gaun putih dalam photo frame pada Serena. Perempuan dalam photo frame itu punya mata biru bersinar, begitu kontras dengan warna kulit putih pucat dan rambut gelap, tidak diragukan perempuan itu adalah duplikat Juliet Constantino.

Scarlett Constantino.

Serena tentu tidak melewatkan stalk ibu Romeo ketika melakukan pencarian tentang Romeo di internet. Scarlett Constantino berasal dari keluarga terpandang di Sicilia, Serena banyak melihat foto-foto perempuan itu dalam acara-acara sosial, internet punya banyak arsip foundation perempuan Sicilia itu.

"Dia suka memasak, impiannya adalah pergi ke Cordon Bleu. Aku belajar memasak darinya," cerita Romeo.

Serena menerima photo frame, memandang kagum senyum lembut Scarlett Constantino, "Dia sangat cantik."

"Dia meninggal saat aku empat belas," Romeo tersenyum getir, menyesap wine dari gelas tinggi di tangannya. Rasa manis wine setidaknya membunuh kelu lidahnya, "Taruhan kau sudah mengetahuinya dari Google, stalker." Romeo menyinggung usil Serena, mencegah kenangan bersama ibunya menguasainya terlalu lama.

Serena mengangguk. Dari iris hijau zamut Romeo, ia melihat kerinduan di mata Romeo. Meskipun terdapat senyum di bibir Romeo, ia merasakan kesedihan yang disembunyikan Romeo, bahkan tatapan Romeo menunjukkan jiwa pria itu tidak sedang di tempat.

"I am sorry." Serena mengernyit pilu, menatap simpati Romeo. Sekali pun ia ingin tahu fakta kematian Scarlett Constantino, ia tahu membawa berita yang dihebohkan media hanya akan melukai Romeo. Ia bahkan tidak pernah ingin tahu spekulasi kematian tragis ayahnya di media.

Romeo mengangkat bahu, "Seseorang mengatakan padaku dia terbang bersama para malaikat." Romeo tersenyum, lagi-lagi tenggelam dalam isi kepalanya, "Sweet angel," katanya, menyesap wine lagi.

"Sweet angel?" Serena mengulang polos kata yang diucapkan Romeo.

Romeo tertawa, mengangkat gelas wine ke udara, "Kau merasa memiliki klaim label sosialita itu, eh?"

"Tidak." Memerah, Serena mengalihkan matanya ke kancing kemeja Romeo. Lagi-lagi ia salah fokus dengan bentuk bidang dada Romeo yang membayang di balik kemeja, "Sera justru tidak paham mengapa mereka memberi label padaku seperti itu."

Mata Romeo tak beralih dari wajah Serena, "Karena kau malaikat di hati semua orang, Serena. Aku adalah pria paling beruntung di dunia memilikimu," ucapnya penuh arti.

Of course Serena memilih bertanya-tanya rasa merah darah dalam gelas Romeo dibandingkan mengalirkan aliran listrik dalam tubuhnya. Romeo kelihatan sangat menikmati wine, to be honest, kakak dan ayahnya adalah pecinta wine, namun Serena belum pernah mencicip koleksi wine di mansion. Ayahnya tidak mengizinkan sebelum official eighteen dan Serena belum punya minat menyentuh wine setelah Tasanee mengernyit euwh mencicip diam-diam wine di pesta kampanye ayah mereka.

THE DARKEST OBSESSION (The Darkest #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang