Yellow Chrysanthemum

62 21 64
                                    

Banyak jalan menuju Roma.

Pepatah lawas langganan motivator ketika mereka harus menyisipkan kata-kata mutiara penyemangat untuk peserta seminarnya. Seharusnya para motivator itu kalau mau memberi dorongan semangat, mereka sendiri dulu yang harus kreatif. Dari pepatah yang mereka pilih saja sudah ketahuan kalau mereka tidak sekuat itu menghadapi dunia. Dari sekian juta kata motivasi, kenapa harus itu yang selalu didengung-dengungkan. Personally, that quote means nothing but a regular sentence like "Semangat, ya!" or "Jangan menyerah!". It's totally the same. Cuma beda ada nama kota sejarah dunia saja jadi terdengar keren, padahal isinya sudah kurang relevan.

Look at myself. Sudah tiga hari ini, aku berkali-kali mencari jawaban tentang kapan "penglihatan aneh" itu muncul, belum juga terlihat hasilnya. Pertama kali kucoba cek dengan memberi bunga forget me not ke Galih, yang terjadi hanya aku yang mempermalukan diri sendiri. Sore itu yang dilihat Galih adalah tetangga kafenya yang tiba-tiba datang memberikannya bunga, pakai alasan karena ibunya suka bunga, kemudian memejamkan mata. Mau kurang memalukan apa lagi?

Percobaan pertama yang entah sampai kapan akan selalu aku ingat. Bagaimana ekspresi wajah Galih yang kulihat saat aku membuka mata. Tatapan aneh.

Lalu, percobaan kedua. Aku mencoba dengan buket bunga potong, lantas kuberikan pada seorang ibu yang sedang melintas di depan toko mau belanja di tukang sayur keliling. Si ibu yang awalnya senang pagi-pagi dapat mawar merah cantik, juga ikut menatapku aneh ketika aku memicingkan mata setelah tidak merasakan apa-apa juga dengan kepalaku.

Percobaan ketiga baru kemarin lusa. Kali itu aku buat buket bunga agak besar. Kemudian aku datangi salah satu toko yang baru beberapa minggu membuka usahanya. Toko mainan. Agak-agak memang pilihanku, saat itu yang kupikirkan hanya berbagai kemungkinan. Mungkin harus yang sesama penyewa atau pemilik toko. Mungkin harusnya memberikannya pada wanita paruh baya. Atau mungkin yang jarak dengan tokoku tidak jauh. Semuanya kuanggap punya kemungkinan yang sama besar.

Dan hasilnya nol besar.

Vania yang masih tetap membantu di toko juga bingung karena aku sering keluar toko, dan menyerahkan urusan perbuketan ke dia. Selama tiga hari ini, aku sering berdiam diri di meja kasir, mengurus pembayaran, atau kalau mau sedikit bersuara, aku menyapa pelanggan yang datang. Aku lebih banyak mencoret-coret di buku tentang apa saja yang perlu kucoba lagi untuk menuntaskan rasa penasaranku itu.

Jadi kalau aku disodori kalimat penyemangat 'Banyak jalan menuju Roma' detik ini oleh siapa pun itu, pasti kusumpal mulutnya dengan pot bunga, sambil kutanyai "Jalan mana yang kamu maksud, ha? Ngomong yang jelas!".

Jam di studio sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tapi aku masih betah duduk di kursi counter sambil menganalisa apa lagi yang belum dan harus kulakukan demi mendapat petunjuk. Masih sibuk menuliskan banyak kemungkinan, ponselku mendapat satu panggilan masuk. Sebuah nama terpampang di layarnya, membuatku sedikit malas menggulir accept.

"Pagi, Mbak Adira." Suara perempuan seketika menyapa dengan cepat begitu kuterima panggilannya.

"Pagi, Mbak Shella."

"Saya to the point aja, ya. Jadi gimana? Bersedia jadi vendor bunga di resepsi saya?"

Boro-boro memikirkan masalah satu itu. Yang kuingat detail yang dia kirim ke email beberapa hari lalu memang sudah kubaca. Hebatnya aku seperti sudah merasa mati rasa, yang kulihat dari file itu adalah kesempatan untuk menampung rupiah ke rekeningku.

"Iya, Mbak Shella. Semoga kerja sama kita lancar, ya," sahutku enteng.

Tentu perempuan di seberang sana menyambut dengan senang. Mungkin dia merasa rencananya untuk memamerkan acara pernikahannya di depan mantan pacar calon suaminya itu segera terwujud. Aku tidak peduli. Sudah tidak peduli, lebih tepatnya. Ada hal lain yang lebih mengusikku sekarang. Kenyataan bahwa Adrian menyelingkuhiku adalah efek dari hal yang sedang menjadi fokusku itu. Termasuk fakta yang belum sepenuhnya kuungkap mengenai keakraban Vania dengan mereka berdua.

Pintu Merah Jambu  [Best Seller PENSI Vol.7 by Teori Kata Publishing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang