enam

432 9 2
                                        

"PERGI KAMU DARI SINI!!"

"P-pak, tolong beri saya waktu lima hari lagi, pak...saya janji akan membayarnya sampai lunas."

"HALAH! SAYA UDAH MUAK SAMA JANJI-JANJI KAMU ITU, YAH!! SEKARANG JUGA KAMU PERGI! ANGKAT SEMUA BARANG-BARANG KAMU DARI RUMAH INI!!"

"PAKK!!!"perempuan itu menjerit ketika pria tersebut menendangi barang-barangnya sampai terlempar jauh.

"S-saya mohon, jangan usir saya dari rumah ini, pak. Nanti saya akan tinggal dimana?"perempuan itu mulai bersimpuh dan akan bersujud dihadapan pria dewasa yang masih berkacak pinggang seraya mendelikinya tajam.

"SAYA GAK PEDULI! YANG TERPENTING KAMU PERGI SEKARANG JUGA DARI RUMAH INI DAN JANGAN BERANI-BERANINYA UNTUK KEMBALI LAGI!"













"Maaf yah, Tar? Keluarga kita emang banyak drama..."Sintya mengelus-elus pundak kokoh Gestara yang hanya mengangguk, memandangi drama perpisahan antara Acha dan papahnya.

"Papah serius??"Acha langsung berdiri dan mengguncang-guncangkan pundak papahnya dengan sisa air mata palsunya sehabis akting.

"Ya Nggaklah, Cha."

"Tapi aktingnya papah kaya natural banget! Jangan-jangan papah gak lagi akting?! Jahat banget, papahh!!"Acha memukul-mukul dada papahnya sambil menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Ternyata ini yah tujuan papah?? Papah merasa diberatkan oleh Acha? Astaga, pah...kit heartt Acha, pah."

"Mendingan Kak Acha cepetan pergi, deh! Berisik banget perasaan."celetuk Icha, merasa kebisingan oleh drama yang ada.

"Diem lo tai!"

"Cha..ada suami kamu loh disini, jangan kebiasaan gitu, ah."tegur Riyan yang malah mendapat cebikan oleh putrinya.

"Ayo, Tar. Biar papah bantuin kamu untuk membawakan barang-barangnya Acha kemobil."

Acha menatap koper-kopernya yang akan dimasukkan kedalam mobil dengan tatapan tak relanya. Setelah itu tatapanya berpindah memandangi bangunan rumah sederhana, yang selama ini melindunginya dari hujan dan jatuhan salju.

"Jadilah seorang istri yang baik untuk suami kamu yah, Cha. Jangan suka ngelawan, itu dosa. Soalnya kalau udah nikah, surga kamu akan berpindah tempat ke suamimu."Sintya memeluk erat putri pertamanya sambil terisak kecil.

"Jadi Acha boleh lawan mamah, dong?"

"Bukan gitu juga maksdunya!"Sintya menabok bokong Acha setelah pelukannya terlepas.

"Awshh....baru juga dipeluk, udah main tabok aja."gerutunya, mengelus-elus bokongnya yang terasa panas.

"Kalau papah sih gak mau kasih kamu wejangan, Cha. Intinya cukup jadi seorang istri yang baik aja, lakukan kewajiban yang harus kamu lakukan ke suamimu."ujar Ryan, memeluk Acha singkat dan mencium keningnya cukup lama.

"Cuman Acha aja nih yang dikasih wejangan? dia Nggak??"celetuknya, mengedikan dagu kearah Gestara yang lagi-lagi menaikan kedua alisnya.

Maksdunya apasih?

Mau pamer ke Acha kalau ia memiliki alis yang tebal?

"Gestara udah kita kasih wejangan panjang sebelum kita pulang dari hotel semalam, nak. Jadi gak perlu ngulang, dong."jelas Riyan.

"Yaudahlah, Acha pamit pergi dulu kalau begitu. Assalamualaikum!"Acha mencium punggung tangan kedua orangtuanya secara bergantian, sebelum berjalan gontai menuju mobil Gestara yang sudah terparkir rapi dihalaman depan rumahnya.

"DAHH, KAK ACHA!! USAHAIN JANGAN BALIK KESINI LAGI, YAH?!!"

....

"Ini, nih? Rumah kita?"tanya Acha yang mendapatkan anggukan kecil dari Gestara.

The Doctors Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang