dua puluh tiga

72 3 5
                                    

"BAPAKK!!"

"PAK!!!"

gestara langsung terlonjak dari tidurnya dan bergegas lari kearah kamar mandi ketika Acha meneriaki namanya dengan nada yang sedikit berbeda.

Saat pintu dibuka,Acha sudah menangis kesetanan sambil menunjuk-nunjukan jarinya kearah toilet.

"P-pak itu apa..."

Gestara mengikuti arah tunjuk jarinya dan melototkan matanya saat itu juga melihat darah di toilet beserta sebuah benda yang jelas-jelas dirinya ketahui itu apa.

Kedua lututnya melemas sampai membuatnya terjatuh dengan tubuh yang mendadak kaku.

"Cha...kamu keguguran?"

Acha langsung menggeleng-gelengkan kepalanya sembari berteriak tak terima.

"GAK MUNGKIN BAPAK!!ITU BUKAN APA-APA!!ITU BUKAN BAYI!!"

Gestara mencoba untuk sadar dan memeluk tubuh istrinya dengan isakan.

"Sabar,mungkin ini ujian buat kita"gestara semakin mengeratkan pelukannya supaya Acha tidak memberontak kencang seperti ini.

"PAK..ANAK KITA"

"Bukan rejeki kita"

Acha tak mendengarkan dan masih histeris kala gestara menyiram toiletnya sehingga janin itu hilang dan masuk ke saluran air.

"Itu bukan anak kita kan pak??anak kita masih didalam perutnya Acha kan?"

"Cha ikhlasin yah?"

"Gimana Acha bisa ikhlas pak!!itu anak Acha!!kenapa bapak buang kenapa!!"Acha memukul-mukul pundak suaminya sesenggukan.

Gestara tak menjawab dan menggotong paksa tubuh istrinya untuk dibawanya keluar dari kamar mandi tersebut.

Ia meletakan Acha ke atas kasur dengan perlahan seraya membersihkan air matanya yang terus mengalir tanpa jeda.

"Mungkin ini memang belum saatnya kita dipercayakan buat menjadi orangtua"

"Kenapa tuhan jahat.."

"Husst...tuhan gak jahat,ini memang belum saatnya aja kita dikasih kepercayaan"tegur Tara dengan nada yang sangat halus.

"Besok kerumah sakit yah?kita kuret"

Gestara menarik tubuh mungil istrinya untuk dirinya peluk supaya tertidur,tapi rupanya itu kegiatan yang sia-sia karena Acha tidak mau tertidur dan malah menangis sampai pagi.

Alhasil mereka begadang dan tidak tertidur sama sekali hingga pagi.

Keesokan harinya...

"Sabar yah nak?mungkin ini ujian buat rumah tangga kalian"

"Acha masih gak percaya kalau dede utun udah pergi...kenapa dia pergi bunda?padahal acha udah antusias banget nungguin dia lahir"

Maira mengukirkan senyuman manis teruntuk Acha yang nampak tidak berdaya di atas bangsal rumah sakitnya.

Setelah melakukan proses kuret untuk membersihkan rahimnya setelah keguguran,Acha terpukul atas kepergian anaknya sampai membuatnya harus dirawat lantaran drop pada waktu yang sama.

Seluruh anggota keluarganya langsung datang menemuinya untuk memberikan kata-kata semangat yang tidak ada gunanya untuk pasangan suami istri itu.

Namun kedua orangtua dari Acha sudah pulang duluan karena altair tidak bisa berlama-lama dirumah sakit seperti ini,jadi Acha hanya ditemani oleh maira beserta suaminya yang tengah bekerja.

"Anak kalian tidak mau menerima takdir hidupnya mungkin,makanya dia lebih memilih pergi"

"Acha tau?Acha akan mendapatkan imbalan surga dari musibah ini"lanjut maira seraya mengelus-elus rambutnya begitu lembut.

The Doctors Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang