Saat itu Nanami kembali masuk ke ruang operasi. Para perawat kembali hilir mudik namun tak segawat sebelumnya. Disitu Sukuna lebih bisa mengendalikan diri. Ia merasa sudah cukup. Ia sudah cukup merasakan kekhawatiran yang seperti ini. Sudah cukup ia merasa kesal pada Gojo Satoru. Selagi semua keluarga Gojo ada disini. Dia akan katakan saja sekarang.
Bahwa dia akan menghentikan pernikahan kontraknya begitu Yuuji sembuh.
Dia akan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan dan pergi dari kehidupan keluarga Gojo. Toh, Yuuji kini sudah jadi lelaki biasa. Lelaki yang normal. Rahimnya sudah di angkat. Tidak ada gunanya pernikahan ini di teruskan. Sukuna merasa tak ada keuntungan apapun yang di dapat keduanya jika ini berlanjut.
"Satoru.." Ayahnya memanggil lemah. Menyuruhnya untuk ikut diskusi dalam ruangan yang sudah di sediakan Nanami.
Satoru beringsut dari tempatnya dan duduk dengan patuh.
"Aku yakin kalian pun sudah dengar dari dokter Nanami soal Yuuji. Dari kejadian ini, kurasa tak ada gunanya melanjutkan pernikahan ini. Bagaimana jika... Kita hentikan saja." Itu bukan pertanyaan. Tapi pernyataan.
Ayah Gojo benar-benar terpukul dengan berita ini. Padahal ia sudah memimpi-mimpikan datangnya cucu ke kehidupannya. Tak ia duga bahkan dengan cara seperti ini pun, Gojo mengacaukan nya. "Aku tetap akan menepati janji sesuai apa yang ku tawarkan pada anda di awal, Ryomen-san." Lelaki tua itu nampak putus asa. "Karena anakku hampir membahayakan nyawa putra anda. Bahkan jika anda ingin mengajukan gugatan pun kami akan menerimanya."
Sukuna tersenyum hampa. Apa gunanya uang-uang itu jika Yuuji tak menikmati apa yang dia hasilkan? Sukuna memang suka uang. Sangat suka uang. Tapi ia lebih suka jika uang itu benar-benar di rasakan oleh dia dan orang-orang yang terlibat. Dalam kasus ini, meski Gojo sedikit serampangan sifatnya, tapi dia begitu memanjakan Yuuji. Baik itu pakaiannya, uang sakunya, perawatan nya bahkan makanan pun Sukuna tak perlu memikirkan lagi apa makanan yang Yuuji inginkan akan mengguncang saku dompetnya yang berlubang.
Tapi sekarang, bahkan jika Sukuna menggugat dan dapat kompensasi, apa Yuuji akan bahagia dengan hal itu dan dengan senang hati memakai uangnya?
Tidak.
Itu jawaban yang jelas.
"Aku tak akan menggugat apapun dari kejadian ini, Gojo-san. Cukup hentikan saja kontraknya. Sediakan berkas di pengadilan dan kemudian kita berpisah seolah-olah tak pernah bertemu." Sukuna memijat pangkal hidungnya. Ia sudah cukup lelah memikirkan ini dan itu.
Bagus. Sekarang Yuuji menang. Dia bisa mencari cintanya sendiri seperti yang ia katakan mulai sekarang. Sukuna sudah punya cukup tabungan. Ia tak akan menggangu nya untuk beberapa waktu.
Satoru sejujurnya ingin menolak kesepakatan itu mentah-mentah. Tapi lagi-lagi, tamparan Tuhan hari ini membuatnya diam seribu bahasa. Total bisu. Ia tak bisa mengatakan apapun dengan bibirnya.
Mungkin inilah akhirnya, yang terbaik untuk nya dan untuk Yuuji.
Sial. Ia merasakan dadanya berdetak. Seakan dipukul-pukul kuat dari dalam. Seakan tercabik-cabik. Jadi inikah..
Sakit hati?
Begitu menyakitkan hingga Gojo tak bisa merasakan perasaan lain selain rasa sakit di dadanya. Seluruh tubuhnya mati rasa dan semua indera nya seakan lenyap.
Ayahnya Gojo bersiap untuk menandatangi kontrak berakhirnya kesepakatan mereka. Ia menelpon sekretaris nya untuk menyiapkan uang yang selama ini ia janjikan jika Yuuji memberinya anak. Tak luput bahkan dia menyuruh sekretaris nya mempersiapkan berkas perceraian. Karena ia tahu, sukuna sudah cukup dengan keluarganya sampai hari ini. Dia tahu sukuna tak akan mau berlama-lama seruangan dengan mereka. Ibu Gojo menangis. Ia tak ingin kontrak ini berakhir karena ia menyukai Yuuji. Sejak ia datang, sikap Gojo lumayan berubah dan perubahan itu membuat dia- seorang ibu yang bahkan tak bisa mengubah anaknya itu merasa senang.
Tapi ia juga tak bisa bersikap egois. Jika Yuuji adalah anaknya, ia juga tak ingin dia serumah dengan lelaki seperti Gojo anaknya.
Sementara Gojo adalah yang paling buruk. Dia bukan hanya kesulitan bernafas, tapi kesulitan mendengar. Sejak sukuna dan ayahnya memutuskan untuk menandatangani kontrak putusnya kesepakatan mereka, dadanya terus menerus bertambah berat. Telinga nya berdenging hebat. Ia terengah-engah, tapi ia berusaha menyembunyikan fakta itu.
Sukuna bangkit dari duduknya. Menghela nafas kasar lalu memasukan kedua tangannya ke dalam saku. Menyembunyikan semua emosinya. "Baiklah Gojo-san. Aku rasa kita sudah selesai. Tak ada alasan bagiku untuk terus disini. Jadi---"
Braakk!!
Semua yang ada di dalam ruangan menoleh ke pintu saat mendengar suara dobrakan. Saat dilihat rupanya itu Nanami, dengan nafas terengah-engah. Raut wajahnya aneh. Semua orang menatapnya, namun ia tak berkata apapun karena masih berusaha mengambil nafas.
Ayah Gojo bangkit karena khawatir. "Kento-kun, apa yang--"
"Selamat!!" Nanami memotong. Memegangi dadanya untuk tetap bernafas stabil. "Ini sebuah keajaiban! Dua-duanya selamat. Dia selamat! Yuuji mempertahankannya!"
Mata semua orang melebar karena terkejut. Orang tua Gojo yang awalnya putus asa pun menghampiri Nanami yang hampir limbung. Sudah jelas bahwa dokter itu lelah tapi dia masih berlari ke tempat itu demi menyampaikan kabar baik ini.
"Apa kau yakin?! Bagaimana dengan Yuuji?!" Ayah Gojo menatap khawatir.
"Dia baik. Saat aku ingin mengeluarkannya, kondisi Yuuji menurun. Kami menunda operasi hingga keadaannya lebih stabil tapi begitu alat di lepas, kondisi keduanya berangsur-angsur membaik. Mereka berdua bertahan. Saling mendorong untuk hidup satu sama lain. Kini kondisi Yuuji lebih dari kata baik. Seperti keajaiban."
"Apa itu artinya kami masih memiliki harapan untuk--" Ibunya Gojo berusaha bicara hati-hati. Suaranya tertahan karena ia habis sesenggukan menangis.
"Tentu. Semuanya kembali normal, Gojo-san."
Ketiga orang itu berbahagia dengan kabar itu. Merasa lega. Merasa dapat kesempatan kedua. Sementara sukuna hanya terdiam. Matanya menyipit melirik ke arah Satoru. Tapi lelaki itu cuma diam di kursinya dengan nafas cepat. Sepertinya dia masih terguncang dan tak mengetahui situasi yang terjadi saat ini.
Sebenarnya ia marah. Mengetahui bahwa Yuuji mati-matian mempertahankan bayinya itu membuatnya marah. Apa sebenarnya yang anak itu pikirkan? Jika dia melepasnya, ia akan bebas tanpa perlu merasakan sakit apapun. Tapi dia malah memilih jalan yang sulit. Yang bahkan bisa mengirimnya ke kematian. Anak itu benar-benar---
Haa...
Sukuna menghela nafas panjang, meremat surat perjanjian di tangannya. Jika bayi itu masih ada, kontrak ini harus di teruskan. Karena tentu saja sukuna tidak mau Yuuji melahirkan bayi tanpa seorang ayah. Ia tak ingin Yuuji bernasib seperti orang di luar sana yang terlunta-lunta karena memiliki anak tanpa seorang ayah.
Lagi pula ada darah Gojo mengalir dalam darah anak itu. Sukuna tidak mau mengakuinya tapi mereka punya hak.
Hak untuk membesarkan anak Yuji kelak.
Ia maju selangkah dan merobek kertas perjanjian di hadapan keluarga Gojo.
"Gojo-san seperti nya kontrak ini... Harus di revisi."
Ayah Gojo terhenyak. Kilatan bening di matanya mengganggunya. Seakan ia bisa menjatuhkan butiran air kapan saja dari matanya. Ia tersenyum kecil di tengah bibirnya yang gemetaran. "Terima kasih, Ryomen-san. Mari kita bicara kan kontrak itu sekali lagi."
Sukuna merapikan rambutnya ke belakang.
'Itadori Yuuji kau benar-benar... Anak yang merepotkan.'
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulchritude |GoYuu| END |
RandomDi jodohkan cuma demi menghasilkan keturunan, Gojo melampiaskan semuanya pada pasangannya, Yuuji. Entah itu hasrat, kemarahan, cinta dan kasih sayang. this is GoYuu. bl. yaoi. ok? Pict from pinterest