Se0 #8

7 0 0
                                    

Setelah pertemuan tidak mengenakan antara aku dengan Tuan Sir Kharma, ayah dari Sir Gojo, aku merasa bahwa memang sebaiknya peringatan pria tua aneh itu kudengarkan.

Aku masih ingat dengan jelas tatapan sinis disertai seuntai senyum yang sedikit tertutup kumisnya itu mengatakan,

"Jauhi putra ku demi kedamaian bersama, kau sangat tidak pantas mendekatinya,,

Aku tidak ingin kau merusak pikirannya, sama seperti yang ayahmu lakukan pada sahabat ku, Nona Whites..."

Saat itu aku hanya diam dan terus merenungkan semua ucapannya, aku tentu akan menjauh.

Tanpa peringatan seperti itu pun, aku pasti akan menjauh, aku tidak mau menjadi penghalang hubungan romansa antara Sir Gojo dan perempuan yang ia sukai.

///

⚠️WARNING⚠️

Kisah ini sudah mulai menggunakan sudut pandang orang ketiga, sehingga pembaca dimohon membaca perlahan dengan seksama.

Sementara itu di kantin khusus karyawan,

Srita dan Berli tengah makan siang dengan menu nasi, ayam kari, kentang rebus, dan biskuit bersama, tepatnya di kursi merah dengan satu kaki bagian belakang yang sudah sedikit goyang.

"Ber, kenapa ya, Wulan sangat menyebalkan? Tapi, dia lama kelamaan baik sih dengan ku" ucap Srita, berbisik.

"Mungkin memang karakternya seperti itu, aku juga tidak terlalu dekat dengannya, dia sedikit malas... aku tidak suka" sahut Berli penuh penekanan.

"Ah meski menyebalkan dan pemalas, ia cukup oke untuk dijadikan teman, tidak kaku seperti Ria" kata Srita.

"Benar juga, Ria kaku, padahal tidak cantik tapi karena bisa Bahasa Menara, dia sangat sombong"

"Ria seringkali merebut tamu ku dengan kemampuan berbahasanya itu, memangnya sehebat apa dia?" ucap Srita, dengan nada penuh kekesalan.

Mendengar percakapan penuh api itu, membuat Bobby yang baru saja mengambil jatah makan siang, duduk disebelah mereka.

Srita dan Berli terkejut, mereka hanya menahan ucapannya sembari menunggu Bobby setidaknya sadar bahwa ia adalah tamu tak diundang.

"Mengapa berhenti? Aku juga ingin bergosip, lanjutkan saja" ucap Bobby terang-terangan sambil sedikit tersenyum.

"Kak, kau ini senior, sebaiknya bergabung dengan senior lainnya, mengapa harus bersama kami?" Tanya Berli.

"Ah begitu, tapi... bukannya bagus jika aku bergabung dengan kalian? Kalian kan junior ku"

Srita yang kebingungan, matanya hanya sibuk memberi kode pada Berli untuk pindah ke kursi lainnya saja. Namun, Berli hanya menggeleng karena takut disebut tidak sopan.

"Kalian sedang membahas Ria kan? Aku juga mau bergosip tentangnya"

"Tidak kak, kami tidak sedang membicarakan Ria sama sekali, kami hanya–" kata Berli sebelum akhirnya Bobby memotong dengan ucapan, "sudahlah, aku sudah mendengarnya sejak tadi kok, jadi ayo lanjutkan aku juga ingin dengar"

Srita yang kesal kemudian menjawab ajakan tersebut dengan ketus, "Kak, kami sangat terganggu dengan kedatangan mu, kau sangat tidak sopan!"

"Jadi, aku yang tidak sopan?" tanya Bobby, sambil melirik tajam pada Srita.

The Purple RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang