⚠️WARNING⚠️
Kisah ini mengandung unsur kekerasan, romansa dewasa, seksual, dan sejenisnya. Pastikan para pembaca telah berusia 21 tahun keatas dan bijak dalam membaca.
Saat membersihkan mesin kopi, Waru dan Bobby datang dari arah kantin, mereka sedang sibuk memperbincangkan keanehan Wulan. Namun Ria mendengar hal itu sebagai angin lalu saja.
"Hai Ria! Kau sedang apa?" Tanya Waru genit.
"Hei hei bukannya sudah jelas Ria sedang membersihkan mesin kopi?" Jelas Bobby kesal.
"Tolong jangan ajak aku bicara Waru, aku tidak ingin karena berbicara dengan mu, akan timbul rumor baru" Sahut Ria jutek.
Mendengar hal itu Waru dan Bobby kemudian mulai menanyakan sesuatu yang mengganjal di pikiran mereka berdua.
"Apa kau baik-baik saja? Atau mungkin sedang bertengkar dengan seseorang?" Tanya Waru dan Bobby bersamaan.
"Tidak ada, sudah pergilah!" Sahut Ria, sembari mengusir mereka berdua.
"Tapi ini saran ku, kalau kau memang tidak melakukan hal bodoh sebaiknya kau belajar untuk membela dirimu" Ucap Bobby.
Ria mengangguk tanda mengerti, kemudian mereka berdua mulai jalan menjauh.
Sementara Ria masih sibuk membersihkan mesin kopi, terdengar ada suara benda yang terjatuh dari arah ruang kantor Tuan Rama. Bunyinya sangat nyaring seolah cangkir lah yang terjatuh.
Ria bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan segera lari ke dalam ruangan Tuan Rama, setelah memasuki ruangan, ia terkejut melihat Tuan Rama yang tengah terkapar pingsan dengan bercak darah yang membasahi seragam kerjanya.
Karena panik Ria memanggil pihak Health Care Center untuk segera memeriksa keadaan Tuan Rama yang tengah terkapar.
Kehebohan itu terjadi sangat cepat sampai mengundang banyak karyawan lainnya berdatangan dan menanyakan kronologi kejadiannya pada Ria yang masih panik dan kebingungan.
Bukan hanya dokter dan beberapa karyawan senior yang menghampiri dan memeriksa kondisi Tuan Rama namun saat itu tiba-tiba saja Wulan, Srita, Berli, Waru dan Navy datang bersamaan dengan Tuan Blue.
"Tunggu sebentar, bukankah Tuan Blue libur hari ini?" Gumam Ria dalam hati menatap kehadirannya dengan heran
Sekitar kurang lebih 30 menit, akhirnya Tuan Rama tersadarkan dan ia juga terbangun dalam kondisi batuk parah hingga mengeluarkan darah yang begitu kental.
"Minumlah dulu Tuan, ceritakan kronologi kejadiannya perlahan jika Tuan sudah mampu berbicara" Ucap salah seorang Dokter yang sejak tadi memeriksanya.
"Ah saya tadi.... Hanya meminum americano saja... apa mungkin saya TBC?" Tanya Tuan Rama tersengal-sengal.
"Baiklah, untuk diagnosa seperti itu, sebaiknya Tuan periksakan langsung di Rumah Sakit agar bisa mengetahui hasil diagnosa secara pasti" Sahut Dokter itu.
Mendengar pernyataan dari Dokter, Tuan Rama mengangguk tanda mengerti semua penjelasannya. Baru saja keramaian akan segera bubar, tiba-tiba Srita dan Berli mengobrol dengan suara yang terbilang tidak berbisik.
"Apa mungkin TBC disebabkan oleh kopi saja? Bukankah aneh jika kita tidak memeriksa kandungan kopinya juga?" Tanya Berli dengan nada menyindir.
"Entahlah, kita kan tetap harus tau siapa yang membuatkan kopi itu, agar tidak salah menduga" Sahut Srita sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Purple Rose
Mistério / Suspense"Sudah kubilang, aku hanya menunggu sampai orang itu melakukan dosa terburuknya" ucap seorang wanita berambut ungu dengan sorot mata tajamnya, sambil terus menerus menghisap rokoknya. Dosa apa yang dimaksud? Siapa dia sebenarnya?