33. Adyatama

31 4 0
                                    

Kerutan samar menghiasi kening Satria ketika melihat Adam keluar dari kantor dengan membawa dua kantong plastik di kanan kiri tangannya. Dia berjalan menuju mobil yang ada di halaman dengan senyum lebar. Seingat Satria, hari ini jatah kegiatan bagi-bagi takjil yang di handle olehnya dan Oliv. Namun, kemunculan laki-laki tinggi itu membuat berbagai pertanyaan mencuat di kepala. Lantas seolah tahu jika Satria dilanda kebingungan, Oliv muncul dengan dua kantong plastik yang ukurannya lebih kecil dari yang dibawa Adam.

"Dia ikut." Wanita itu menjawab satu pertanyaan utama yang tidak Satria ucapkan. Ah, ikut rupanya. "Daripada jadi barongsai, lebih baik iyain aja. Lumayan ada yang bantu."

Sudut bibir Satria berkedut. Dengan cepat dia membawa langkahnya mendekat pada Oliv dan mengambil satu kantong plastik yang ada di tangan kiri. Keduanya kemudian berjalan menuju bagasi mobil.

"Naga, lo yang nyetir, kan?"

Kelopak bunga yang awalnya mulai terbuka, kini kembali menguncup ketika suara Adam terdengar. Satria lupa, sesenang apa pun dia bisa bersama Oliv sore ini, akan ada satu orang rusuh yang menyertai. Mana pakai panggilan naga pula? Tidak ada keren-kerennya sama sekali. Satria harap, Aria yang batang hidungnya belum terlihat bisa mengatasi suasana ketika Adam mulai tantrum.

"Kamu mau gantiin?"

"Nggak, makasih." Adam menggeleng sekali, lalu memutar tubuh dan kembali masuk kantor.

"Aria mana?"

Satria bertanya pada Oliv yang masih sibuk menata nasi kotak di bagasi mobil. Sembari menunggu jawaban yang masih belum terdengar, Satria sesekali menoleh hanya untuk melihat wajah Oliv dari samping.

"Lagi ada perlu sebentar." Oliv menoleh sekilas. "Oh iya, kemarin pesen nasi kotaknya udah sama air mineral belum, ya?"

"Belum. Air mineralnya terpisah nggak jadi satu sama nasi kotaknya. Aku udah pesen tiga dus."

"Ukuran?"

"Tiga ratus mili."

"Oke."

"Naga! Ebuset ini puasa jangan deketan kayak gitu weh!"

Suara Adam yang menggema membuat Satria dan Oliv membalikkan badan. Tanpa diduga, Oliv berjalan menghampiri Adam sambil membawa sepotong lakban di tangan kanan yang entah dari mana asalnya. Hal yang mengejutkan, wanita itu dengan santai langsung menempelkan lakban tersebut di bibir Adam. Sontak saja hal itu mengundang tawa Satria dan Aria yang muncul dari arah gerbang.

"Berisik!"

"Tun, jahat banget!" Adam langsung menarik lakban hitam yang menutupi bibirnya disertai ringisan pelan. "Apa lo ketawa-ketawa? Kesandung tali sepa-adohhh!"

Ucapannya belum tuntas ketika Adam tersandung tali sepatunya sendiri. Dia jatuh tersungkur dengan lutut menghantam paving blok halaman kantor. Refleks Satria menghampiri Adam dan membantunya berdiri.

"Puasa, Dam. Jangan ngomel-ngomel sendiri!"

"Makanya jangan banyak tingkah." Aria menimpali dengan sisa-sisa tawanya. "Ada yang luka?"

"Nggak! Udah-udah, gue bukan anak kecil." Adam buru-buru berdiri, lalu menepuk-nepuk pelan celananya yang kotor.

"Dalam masih ada, Liv?" tanya Aria yang melihat Oliv membawa dua kantong plastik lagi.

"Masih ada satu, udah dibawain Deon."

"Oh, oke." Aria mengangguk. "Sat, gue ambil tas dulu di ruang kerja."

Satria yang baru saja mengambil alih dua kantong plastik berisi nasi kotak dari tangan Oliv kemudian mengangguk. "Oke."

Tidak lama kemudian, nasi kotak sudah tersusun rapi di bagasi mobil. Lebih dari seratus porsi akan dibagikan di area jalan raya. Baik untuk pengguna jalan ataupun orang-orang lainnya yang membutuhkan.

Dear, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang