"Assalamualaikum"
Sura bel pintu tidak hentinya berbunyi, Venus yang masih mengenakan dasinnya berdecak kesal, kenapa semua orang selalu menghilang saat ada tamu.
"Hen ..., Mahen ..., buka pintu, ada orang noh"
"LO AJA, GUE LAGI MANDI."
Mendengar sahutan dari kamar disebelahnya Venus memutuskan untuk segera turun kebawah dengan menenteng tasnya.
"Luna?"
Awalnya Venus ragu dengan penglihatannya tapi setelah mengingat jika dirinya sudah pindah rumah, Venus memutuskan untuk memanggi sosok perempuan yang sudah berbalik akan meninggalkan rumahnya.
"Eh ..., gue kira nggak ada orang ...." Luna berbalik, mendapati Venus yang sudah mendekat kearahnya.
"Kenapa pagi-pagi kesini? Tadi gue lagi diatas jadi nggak terlalu denger, sorry."
"Nggak papa, gue cuma mau balikin ini kok." Luna menyodorkan rantang dari tangannya, "bilangin maksaih sama ibu lo"
"Ooh, oke nanti gue sampein."
"Eh ..., Luna mau bareng Venus ya?"
Kalina keluar dari rumah, menghampiri dua remaja yang tengah bercengkrama di halaman rumahnya.
Luna menyalami perempuan yang masih terlihat cantik diusianya yang hampir kepala empat.
"Apaan sih bun, Luna kesini mau ngembalin ini, nih." Venus mengangkat tangannya, memperlihatkan wadah yang di bawanya.
"Iya tante ..., makasih loh, makanannya enak." Ucap Luna mengacungkan dua jempolnya.
Kalina tertawa mendengar sanjungan dari teman anaknnya, "bisa aja kamu."
"Yaudah tante Luna berangkat dulu ya."
"Eeh ..., bareng Venus aja, sekalian'kan"
Luna melirik Venus yang juga meliriknya, remaja perempuan itu tampak bingung dengan gumaman-gumaman kecil yang keluar dari mulutnya.
"Yaudah bun, aku berangkat dulu kalau gitu." Venus berucap dengan tangan yang mengoperkan rantang dari tangannya ke tangan sang bunda. Tidak lupa mencimu tangan bundanya sebelum berpamitan dan menaiki motornya.
"Duluan tante"
Kalina melambaikan tangan dengan senyum mengembang melihat motor sang anak yang sudah mulai menghilang.
"TANTEE ...,"
Kalina kembali menoleh saat merasa panggilan itu dilayangkan untuknya.
"Loh, Lasma?"
Ela berlari kecil menghampiri kalina yang masih berdiri didepan pintu rumahnya kemudian menyodorkan rantang yang semalam diberikan oleh Mahen untuknya, "tadi ibu sengaja masak banyak, katanya ini buat tante ..., maaf ya tante kesiangan pasti udah padah pada sarapan, ini buat makan siang aja nanti."
"Udah nggak papa, makasih loh ya, kamu segala repot-repot masakin tante."
"Ibu tante, yang masak."
"Bilangin makasih juga ya sama ibumu."
Ela menganggu, "yaudah tante, aku berangkat dulu, udah kesiangan soalnya."
"Aduuh ..., Venus baru aja berangkat sama Luna."
Ela tertawa canggung, kenapa tiba-tiba jadi ngomongin Venus, "nggak papa tante, yaudah aku ...,"
"Oh, bareng Mahen aja, dia belum berangkat kok!"
"Eeh ..., nggak usah tante."
"MAHEEEN ..., MAHEN ..., buruan udah siang ini."
Ela hanya bisa menepuk dahinya saat sahutan dari dalam rumah mulai mendekat dan memunculkan sosok Mahen yang masih terlihat berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earendel
FanfictionEnd. Ela pikir, hidup itu semudah memetik senar gitar, memang mudah jika asal petik, tapi tidak akan meninggalkan kesan yang indah untuk di dengar. Jika ingin permainannya indah, maka harus tahu kunci dasar nya, jika ingin menciptakan sebuah melodi...