10-penyesalan dan harapan

162 30 5
                                    

^^
Seorang gadis kecil berlari menuju belakang gedung sekolahnya, rambutnya yang semula diikat rapih kini terlihat sedikit berantakan. Gadis itu terlihat bingung setelah mengetahui dinding pagar sekolahnya ternyata lebih tinggi dari perkiraannya, matanya sudah memanas, sekali saja dia berkedip maka sudah di pastikan air matanya akan turun.

Merasa putus asa, Ela kecil akhirnya menjatuhkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya di balik lutut dan kedua tangannya. Sedetik kemudian suara isak lirih terdengar, gadis kecil itu menangis, seolah meratapi kesialannya pagi itu.

"Hey ..., "

Ela menghentikan tangisnya, apakah itu seniornya? atau teman seangkatannya? bagaimana  jika anak itu akan memberi tahu anak-anak yang lain.

Ela akan bangkit dari duduk nya dan berlari, tapi seseorang itu justru menahan bahunya, membuat Ela kembali terduduk di tanah. Yang Ela bisa lakukan saat ini hanyalah menyembunyikan wajahnya agar setidaknya orang itu tidak mengenalinya.

" ..., ngapain lo di sini?"

Ela tidak menjawab, tetap dalam pertahanannya untuk diam dan menyembunyikan wajahnya.

" ..., lo nangis?"

Ela diam beberapa detik, pikirannya mengatakan untuk memanfaatkan anak ini agar dia bisa kabur dari kegiatan mos.

"Gue mau pulang ..., bantuin gue."

"Hah?"

Ela mendesis kesal, "lo nggak liat gue salah baju? Gue nggak mau di hukum, jadi bantu gue buat keluar dari sekolahan."

Ela semakin menyembunyikan wajahnya saat suara yang keluar dari mulutnya terdengar bergetar.

"Gue bantu ..., tapi bukan buat pulang. Lo tunggu disini."

Belum sempat Ela menjawab, orang itu sudah berlari menjauh saat Ela baru mengangkat wajahnya. Pikiran-Pikiran buruk melintas di kepala Ela, bagaiman jika anak itu malah meminta bantuan pada kakak kelasnya, guru atau bahkan teman seangkatan mereka.

Ela segera berdiri dari duduknya saat mendengar langkah seseorang mendekat ke arahnya.

"Ini ..., aakhh."

Anak itu memekik saat merasakan punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Pelakunya tak lain adalah Ela, gadis kecil yang beberapa menit lalu dia temukan sedang menangis di belakang gedung sekolah.

"Akkh ..., lepasin, lo kenapa sih?"

"Lo ngaduin gue ke kakak-kakak yang di depan kan!" Tuntut Ela. Matanya masih memerah tapi lengannya yang menahan pergerakan anak laki-laki itu begitu kuat menekan di berpotongan leher korbannya.

"Enggak ..., gue ngambilin baju buat lo!"

Ela terjatuh setelah anak laki-laki itu mendorongnya kuat.

Masih dengan nafasnya yang terengah karena perbuatan Ela tadi, anak itu melemparkan sebuah kemeja putih ke pangkuan Ela.

"Tuh ..., gue ngambil itu."

Ela menunduk menatap baju di pangkuannya. Tiba-tiba rasa bersalah menghampirinya, dia sudah menyakiti seseorang yang mau menolongnya.

"Kalau lo nggak mau pake, nggak usah. Itu baju gue, mungkin kegedean kalau buat lo."

Anak laki-laki itu bergerak meraih tasnya yang tidak sengaja terjatuh, tapi saat kakinya akan melangkah pergi, suara isak kecil menghentikannya.

"Lo kenapa malah nangis lagi sih?"

Anak itu berseru kesal.

"Maaf ..., lo udah mau bantuin gue ..., tapi ..., gue malah nyakitin lo ...,"

EarendelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang