13 - Gagal nginep

139 27 12
                                    

Bukankah setiap orang yang lahir ke dunia ini di berikan hak untuk memilih, lantas mengapa sebagian orang tua sering merampas hak itu dari anak-anak mereka? Apa karena orang tua memilik jasa yang besar, jadi mereka bisa leluasa memilih takdir untuk anak mereka.

Seharusnya para orang tua paham jika mereka bukan tuhan yang selalu benar dalam menentukan takdir untuk hambanya, mereka hanya manusia biasa yang terkadang juga bisa salah dalam mengambil keputusan, lalu apa yang membuat mereka begitu yakin jika pilihan mereka untuk anak-anaknya adalah yang terbaik.

Terkadang, rasa obsesi orang tua untuk menjadikan anaknya seperti yang mereka impikan malah membuat seorang anak kehilangan jati dirinya, karena seekor harimau yang dibesarkan di penangkaran tidak akan bertahan lama di alam liar.

《《~~~●●♧♧●●~~~》》

Ela menatap malas televisi di depannya dengan Hera di sisinya yang terus menggerutu, rencananya untuk menonton drama terbaru yang di bintang oleh aktor favoritnya harus kandas lantaran kedatangan sosok jalangkung yang langsung menguasai televisi rumah Ayana.

Ya, jika di malam-malam biasanya Ela akan bekerja di twingkling cafe atau sekedar duduk di kamarnya dengan memangku gitar kesayangan, malam ini Ela memiliki kemajuan dengan menginap di rumah Ayana. Perginya orang tua Ela untuk mengunjungi keluarga di luar kota, membuat Ela begitu enteng menerima tawaran Ayana yang mengajaknya menginap hari itu. Walau cukup disayangkan karena kehadiran Joan dan beberapa temannya tidak ada dalam rencana Ela dan Hera.

Hera berdecak, "kalian ngapain sih nonton begituan? " ucapnya kesal.

"Yee ..., kita mah nasionalis, mendukung timnas Indonesia tanding ..., dari pada lo? apa coba yang lo tonton tadi? drama-drama nggak jelas." Ucap Ali panjang.

Hera yang merasa tak terima lantas memukul lengan Ali, "heh ..., di Drakor itu banyak pelajaran hidupnya, mereka itu menyuguhkan tontonan yang relete dan membangun untuk generasi anak muda sekarang, nggak asal buat filem apalagi ngejar jam tayang kaya sinetron lokal."

"Lo lihat muka gue ..., emang gue peduli?" Ucap Ali sarkas.

"Halah, Indo lawan nguyen juga kalah palingan." Ucap Ela dengan menopang dagunya.

Detik berikutnya, tatapan nyalang dari dua pemuda yang duduk paling depan membuat Ela segera meralat ucapannya.

"Enggak kok, indonesia keren ..., katanya ikut kualifikasi piala dunia ya?"

"Dasar fomo." Cibir Yogi.

"Aneh lu, ada orang nggak suka bola, lo heran, giliran ada yang suka, lo katain fomo." Balas Ela.

"Ya kan emang fomo ..., tuh cewe-cewe tik tok, tiba-tiba banget suka bola, kemren-kemaren kemana aja hah,"

"Ya udah si, bukannya malah bagus kalau suporternya banyak."

"Masalahnya, kaum-kamu fomo ini cuma suka sama pemain naturalisasi, nggak suka bola-nya." Jelas Yogi.

"Ya ngapain juga suka sama bola, kaya udah nggak ada manusia aja." Celetuk Hera santai.

"Ngejar konten mereka itu ..., kan lagi rame-ramenya, warga konoha kan emang gitu, asal apa aja yang lagi rame di sosmed di ikutin." Tutur Wisnu.

Ela mengangguk setuju, dan segera meraih gelas yang sudah terisi air di dekatnya. Berdebat dengan Yogi cukup menegangkan ternyata, Ela takut aja tiba-tiba raket nyamuk yang sedang Yogi pegang melayang ke arahnya.

EarendelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang