17-Teman tidak harus baik

115 20 10
                                    

Pagi ini Ela tengah menikmati sarapannya sorang diri, Bapak sedang pergi ke bengkel dan ibu juga pergi ke tempat laundry yang dimilikinya, sementara Cakra ..., entahlah, sepertinya pemuda itu masih mendengkur di balik selimut hangat di kamarnya.

"Cakra ..., gue berangkat ...,"

Mendengar tidak ada sahutan dari kakaknya, Ela memutuskan untuk segera pergi tanpa membangunkan Cakra dari tidurnya.

Baru saja Ela keluar dari rumahnya, punggung dari seseorang yang sangat dia kenali sudah menyambutnya di depan pintu.

"Venus? ...,"

Venus membalik badannya, tersenyum hangat pada Ela yang tampak bingung.

"Lo ngapain di rumah gue, bukannya sekolah ...,"

Ela melangkahkan kakinya setelah mengunci rumah, di ikuti Venus yang berjalan di sebelahnya.

"Ini juga berangkat, kan nunggu lo."

Pernyataan Venus berhasil menghentikan langkah Ela.

"Gue? Lo ngapain nungguin gue?"

"Ya sengaja aja, mau berangkat bareng."

"Hah?" Ela tampak bingung, antara percaya dan tidak, ada perasaan senang yang menghampiri Ela.

Venus kembali melangkah membuat Ela mau tidak mau mengikuti pemuda itu.

"Kenapa lo nggak bilang? Terus, tadi lo nunggu di depan dari kapan?"

"Nggak lama kok"

"Nggak lama gimana? Biasanya lo selalu berangkat pagi. Duh jadi nggak enak'kan gue,"

"Santai aja kali, kaya nggak pernah berangkat siang aja."

Ela melirik Venus yang berjalan dengan santai di sebelahnya, "ya kalau gue udah biasa, lah elu?"

Jujur saja, Ela hanya takut disangka menjadi pengaruh buruk bagi Venus jika begini.

"Emang gue kenapa?" Venus tertawa kecil di sela-sela kalimatnya, "Nggak papa kali El, sesekali anak yang selalu berangkat pagi gantian berangkat siang."

"Ya nggak papa, tapi apa kata orang? Seorang Venus, anak OSIS panutan yang sering mendapat penghargaan di bidang akademik maupun non-akadmik, dateng ke sekolah mepet sama bel masuk kelas ..., mana bareng sama anak yang suka bolos lagi ...,"

"Haah ..., peduli amat sama kata orang El, lagian mau berangkat sama siapa itukan hak gue."

Selanjutnya Ela hanya terdiam. Keduanya mulai masuk ke dalam angkot agar tidak terlalu telat untuk sampai ke sekolah.

____________________________

Luna dan ketiga temannya sedang duduk-duduk cantik di pinggir lapangan, sesekali matanya matanya melirik ke arah gerbang, seolah menanti kedatangan seseorang.

"Itu Venus,"

Dua kata yang membuat Luna langsung menolehkan kepalanya, begitupun dengan dua orang yang lain. Senyum yang semula muncul langsung luntur lantaran Luna menemukan adanya perempuan lain yang tengah berjalan di sebelah Venus.

"Kok dia sama Ela?"

"Nggak sengaja ketemu mungkin Far," bela Luna.

"Eh, tapi emang akhir-akhir Ini gue sering nemuin mereka barengan tau ...,"

Salah satu teman mereka yang mengenakan penjepit rambut ikut berkomentar.

EarendelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang