Venus memarkirkan mobilnya di pelataran rumah sakit. Pemuda kelahiran Februari itu tampak frustasi saat menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil. Sudah 15 menit dia mencari Ela di sepanjang jalan menuju rumahnya, tapi perempuan itu tidak terlihat dimana-mana. Tidak tahu apakah Ela sudah sampai di rumah atau masih berkeliaran di jalanan, Venus memutuskan untuk kembali ke rumah sakit dan menelepon Ela untuk mengetahui keberadaan anak itu.
"Haah ..., lo kanapa sih La? Hp lo mati lagi?"
Frustasi karena panggilannya tak juga mendapat jawaban dari Ela, Venus beralih menelepon Mahen yang dia yakini sedang berada di rumah.
"Hen, lo di rumah?"
"Hem..., kenapa?"
"Enggak ..., tadi kan Ela ke rumah sakit bareng gue ..., lo liat dia dirumah nggak?"
"Kok lo goblok sih ..., kalau dia ke rumah sakit bareng lo, ya nggak mungkin gue liat dia di rumah lah ...," sulut Mahen dari seberang panggilan, "dipikir Ela amoeba kali." gumam Mahen pelan.
Venus menghela nafas dengan memijat pangkal hidungnya, dia bingung harus bagaimana memberi tahu Mahen agar adiknya itu tidak salah paham kepadanya.
"Gini ..., tadi gue baru dapet kabar kalau orang tua Luna nggak jadi pulang, jadi gue putusin buat gue nginep aja di rumah sakit dan minta Ela buat pulang ..., tapi Ela nolak dan minta nginep juga, gue nggak tega kalau dia harus tidur di rumah sakit, jadi gue minta Wisnu buat nganter dia pulang tapi dia tetep nggak mau ..., ...,"
"Lu muter-muter anjir ..., langsung intinya aja, Ela nggak mau dianter Wisnu dan dia balik sendiri ..., itu artinya dia maunya dianter sama lo peeen ..., hey"
"Gue udah menawarkan diri buat nganter tapi dia tetep nggak mau ..., emang dianya aja yang batu ..., " gerutu Venus.
"kenapa?"
Venus terdiam, suara yang di dengarnya dari seberang panggilan adalah suara yang cukup familiar di telinganya.
_________________
Malam ini Mahen duduk di teras rumahnya ditemani secangkir kopi dan sebuah gitar yang baru dia beli seminggu yang lalu. pemuda yang mengenakan kaos putih yang dipadukan dengan celana pendek itu terlihat bahagia karena terus mengembangkan senyum lebar di bibirnya. Alasannya sederhana, Mahen tidak sengaja bertemu dengan mantan kekasihnya.
Sore tadi, saat Mahen mampir di twingkling cafe, ada seorang perempuan yang tidak sengaja menabraknya yang mengakibatkan minuman yang dibawa Mahen jatuh mengenaskan. Awalnya perempuan itu minta maaf dan mengatakan akan mengganti minuman Mahen yang terjatuh, tapi setelah tidak sengaja bertatapan dengan Mahen, perempuan itu langsung mengubah ekspresi wajahnya dan meninggalkan Mahen begitu saja di parkiran.
Mahen menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya kagum, "kok lo sekarang makin cakep sih min."
Mahen lantas memangku gitarnya dan mulai menggenjreng asal.
Manis buah kelapa tak semanis gula
Aku ungkapkan rasa kuharap kau terima
Kan kujamin kasihnya ..., sang jawara cintaDering telephone menghentikan kegiatan Mahen, decakkan kesal terdengar dari bibir Mahen setelah mengetahui siapa yang menelfon nya saat itu.
"Hen, lo di rumah?"
"Hem ..., kenapa?" jawab Mahen malas.
"Enggak ..., tadi kan Ela ke rumah sakit bareng gue ..., lo liat dia dirumah nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Earendel
FanfictionEnd. Ela pikir, hidup itu semudah memetik senar gitar, memang mudah jika asal petik, tapi tidak akan meninggalkan kesan yang indah untuk di dengar. Jika ingin permainannya indah, maka harus tahu kunci dasar nya, jika ingin menciptakan sebuah melodi...