21-Menghukum seseorang dengan perasaan bersalah

135 18 18
                                    

Ela menatap pantulan dirinya di cermin, ruangan dengan nuansa hijau itu kini kembali dipenuhi suara musik yang sengaja Ela setel sekeras suara salon milik pak Eko. Setelah dua hari tidak beranjak dari kasur, perempuan itu bertekat untuk bangun dan menghadapi masalahnya, sayangnya pagi ini perempuan itu merasa dilema, Ela takut dengan apa yang akan terjadi, bagaimana jika anak-anak masih membicarakan kejadian di pesta Joan? Bagaimana jika saat Ela datang justru di sambut dengan tatapan aneh yang menakutkan?

Ela melemparkan tasnya ke lantai dan terduduk, perempuan itu menghela nafas, perasaan takut berlebih seperti ini sangat mengganggu bagi Ela, dan di saat seperti ini tidak ada satu pun teman yang berusaha merangkulnya. Ela tau jika Ayana dan Hera bukanlah tipe yang manis saat berteman, tapi ayolah, mereka tau permasalahannya, kenapa mereka tidak mencoba untuk meyakinkan Ela jika semuanya akan baik-baik saja.

Ela meraih ponselnya, tidak ada notifikasi apapun dari kedua temannya, bahkan room chat mereka berakhir dua hari lalu, saat Ela mengabarkan jika dirinya sedang sakit.

Ting ...,

Sebuah notifikasi pesan masuk membuat Ela segera mengeluarkan ponselnya yang tadi sudah dia masukan ke dalam saku seragamnya. Nama Wisnu yang muncul di layar ponselnya, membuat Ela meluruhkan bahu, kemana Ayana dan Hera? Kenapa malah Wisnu yang mengirimkan pesan padanya?

Wisnu

Jadi berangkat hari ini?
Gue jemput ya?

Ela kembali memasukan ponselnya kedalam saku seragamnya setelah membaca pesan Wisnu, perempuan itu kemudian maraih tasnya dan keluar dari kamar.

Sebelum benar-benar keluar dari kamarnya, Ela kembali menatap dirinya di cermin.

"Oke Ela, masa depan lo itu tanggung jawab lo, oke!" Ucap Ela menyemangati dirinya.

"Semoga nggak kejadian kaya di drakor-drakor ya-Allah." Lanjutnya memelas.

_______________________________

Sementara di sisi lain, Wisnu, Joan Yogi dan Ali masih betah duduk di atas motornya yang sudah terparkir lebih dari sepuluh menit.

plak ...,

"Anjing ..., disuruh chat Venus malah chat Ela dia." Ali menunjuk Wisnu yang tampak terkejut setelah menerima geplakan darinya.

"Udah gue chat, dia masih dijalan, tadi mampir dulu ke rumah sakit soalnya Luna jadi berangkat hari ini."

"Terus lo ngapain ngechat Ela?" Tanya Ali.

"Itu hak individu, Li."

"Lo kayanya percaya banget sama Ela." Celetuk Yogi.

"Nggak juga, gue cuma nggak percaya sama hal yang belum pasti."

"Nggak pasti mata lo, anak-anak aja bilang Ela yang dorong kok." Kekeh Ali.

"Korbannya aja bilang, kalau Ela nggak sengaja kok."

"Nu? Lo belain Ela kaya gini biar apa sih? Biar dia naksir sama lo? Ayo lah, semua udah jelas cuy ...,"

"Lo tuh udah kemakan sama omongannya Gendis," potong Wisnu saat Ali terus mengeluarkan suaranya, "coba deh lo pikir, Gendis tau dari mana kalau Ela suka sama Venus, sementara Ayana sama Hera yang notabenya paling deket sama Ela aja, mereka nggak tau loh ...,"

"Udah-udah, malah simulasi debat capres," ucap Joan menengahi, "tuh Venus udah dateng."

Ke-empatnya kompak menoleh ke arah BMW hitam yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

EarendelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang