Ternyata Venus benar-benar membuktikan keseriusaany untuk meminta maaf, pemuda itu selalu berusaha kembali untuk mendekatkan dirinya dengan Ela, bahkan saat Ela hanya mengabaikannya, Venus masih memiliki seribu satu cara agar Ela mau melihat ke arahnya.
"Pagi ...,"
Ela menoleh dan mendapati Venus tengah berjalan di sebelahnya, Ela tersenyum kecil untuk menjawab sapaan dari Venus, tidak tahu apakah perempuan itu benar-benar sudah luluh atau sekedar mencoba untuk bersikap ramah.
"Udah sarapan? Ke kantin yuk, gue belum nih," ucap Venus memelas.
Ela menghentikan langkahnya dan menghadap pada Venus yang tersenyum cerah, "lo sendiri aja ya, gue tadi udah sarapan."
Setelahnya Ela langsung berjalan pergi, membuat Venus hanya dapat menghela nafasnya di tempat.
"Gue perhatiin, akhir-akhir ini lo gencar banget deketin Ela, lo lupa sama ucapan lo waktu di pestanya Joan?"
Wisnu yang tiba-tiba datang dan langsung menodongnya dengan pertanyaan seperti itu membuat Venus menghela nafas kembali dan menampilkan wajah malasnya.
"Udah lo tenang aja, gue cuma mau berteman baik aja sama Ela, nggak bakal gue nikung lo Nu."
"Apaan sih, gue nggak keberatan juga kalau lo naksir Ela."
"Yakin? Jadi lo mau bersaing sama gue nih?"
"Kenapa enggak?"
"Gue udah dapat lampu hijau loh, dari yang gue denger sih, Ela sukanya sama gue, bukan lo."
"Dari yang gue inget, lo malah ngasih Ela lampu merah, minta dia buat berhenti buat suka sama lo."
Venus tersenyum miring kemudian merangkul bahu Wisnu untuk dia ajak berjalan bersama.
"Untuk sekarang, mungkin lo satu langkah lebih jauh dari gue, tapi kita liat aja, siapa yang bertahan sampe finish nanti ...," ucap Venus dengan angkuhnya, "saran gue sih, mending lo siapin tisu karena gue yang pasti menang."
Wisnu berdecih, "yang penting jangan ngajak ribut aja kalau gue yang dipilih Ela."
_______________________________
"Hai, gue cari di kantin nggak ada, ternyata di sini."
Ela melirik sekilas pada Venus yang muncul dari balik rak buku. Saat ini mereka tengah berada di perpustakaan sekolah, dan keduanya sama-sama tidak berniat untuk belajar di ruangan ini. Ela pergi ke perpus untuk menghindari Venus, eh Venus nya malah ke perpus buat nyari Ela.
"Mau cari buku apa?" Tanya Venus lagi.
"Cuma liat-liat aja, gue nggak suka belajar."
"Kalau nggak mau belajar jangan di sini, ayo ikut gue." Venus merampas buku dari tangan Ela untuk dia kembalikan pada rak di depannya, selanjutnya tangannya meraih tangan Ela untuk dia ajak pergi mengikutinya.
"Nah, di sini aja kalau nggak mau belajar, tunggu bentar ya." Venus meninggalkan Ela di bawah pohon ketapang yang ada di pinggir lapangan.
Setelah perginya Venus entah kemana, Ela memilih untuk duduk lesehan di bawah pohon dan memperhatikan beberapa murid yang tengah bermain sepak bola.
Ela tidak semarah itu sebenarnya dengan Venus, dia juga tidak lagi mempermasalahkan kejadian di rumah Joan. Alasan sikap dinginnya pada Venus adalah karena dia ingin menahan dirinya, menahan untuk tidak lagi berharap pada Venus dan menahan agar perasaannya tidak lagi tumbuh karena sikap baik yang Venus berikan.
"Nih minum,"
Ela menerima pemberian dari Venus dan berterima kasih, keduanya sama-sama terdiam sampai Venus mulai bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earendel
FanfictionEnd. Ela pikir, hidup itu semudah memetik senar gitar, memang mudah jika asal petik, tapi tidak akan meninggalkan kesan yang indah untuk di dengar. Jika ingin permainannya indah, maka harus tahu kunci dasar nya, jika ingin menciptakan sebuah melodi...