Ela berjalan diantara kerumunan para siswa yang berdiri di depan mading, merasa penasaran, Ela yang niat awalnya mau nyamperin Hera dan Ayana yang ke kantin duluan, memilih melipir untuk melihat apa yang membuat para siswa itu berkumpul.
Awalnya Ela biasa saja, dengan wajah cengengesan meminta beberapa temannya untuk mundur, namun setelah melihat wajahnya yang sedang tertidur terpampang jelas di depan sana, ekspresinya langsung berubah 180° antara malu, bingung, pengen marah, Ela masih belum mengirti situasinya. Tapi dengan cepat tangannya menarik foto-foto yang terpajang di mading dan melipatnya asal.
"Anjir, kemarin lo beneran di tinggal?" Tanya Agni dengan nada bercanda.
Ela berdecak kesal, "diem lu!" Ela pengen marah sama temen-temen yang ngetawain dia, tapi orang yang natap dia dengan pandangan antara iba dan jijik lebih menjengkelkan baginya.
"Parah banget si Ayana, tega banget ninggalin lo sendiri, padahal yang lain udah pada balik, untung aja ...,"
"Ya apa bedanya sama lo? Lo juga nggak bangunin gue kan?" Sengit Ela.
Farah terlihat tidak terima dengan kalimat yang dilayangkan Ela, namun belum sempat Farah membela diri, orang lain tiba-tiba datang dan menyerobot obrolan mereka.
"Heh ..., muka lo ada dimana-mana tuh ..., ambil gih! Malu-maluin angkatan kita aja."
Kalimat itu keluar dari mulut cowo seangkatannya yang bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan Ela. Rasanya pengen Ela sumpel aja mulutnya, emang dia pikir Ela mau apa, mukanya yang kaya bajing anggora di tempel di semua mading sekolah? Ela juga punya malu kali.
Jadi tanpa membalas ucapan Marko, Ela segera berjalan menuju setiap mading dan mencopot foto-foto dirinya. Bahkan Ela yang di kenal cukup ramah oleh adik kelasnya, kali ini terlihat sedikit menakutkan bagi mereka.
"Apaan sih? Masih di lihat juga?!"
Ela langsung menatap perempuan di sebelahnya, sepertinya adik kelasnya itu tidak mengetahu jika orang yang menarik foto adalah orang yang sama seperti yang ada di foto. Ela tidak mengatakan apapun tapi juniornya itu terlihat agak gelagapan setelah Ela menoleh kearahnya.
"Emang dasarnya jelek, sekalipun dia nggak tidur hasil nya juga sama aja."
"Emang apa susahnya sih berdamai sama kekurangan diri sendiri?"
"Cuma foto aja sampe segitunya?"
Kurang lebih begitulah bisik-bisik yang Ela dengar sepanjang dia mencopoti foto dirinya dari mading sekolah.
《《《《《 ●●●♤♤♤●●● 》》》》
"Sesekali jadi trending topik nggak papa kali la, biar lo tuh kenotic."
"Ya kalau dalam hal bagus gue juga santai kali, her." Ela menggerutu, wajahnya di tekuk seolah-olah dia benar-benar marah.
"Yaudahlah, besok juga udah reda," ucap Ayana menenangkan.
"Ya lo ngomong enak, coba kalau lo yang di posisi gue ..., paling lo langsung ngambek terus pindah circle."
"Ya lo kalau mau pindah circle ya pindah aja, nggak ada yang nglarang."
"Alah bodo lah ..., lagian kalian bercanda ngajak satu sekolahan, tega banget sama temen." Ela memelas, kepalanya dia tumpu di atas meja dengan wajah cemberut.
"Biasa aja anjir muka lo, melas amat," komentar Ayana.
"Yaudah deh la, kita minta maaf. Kita beneran nggak ada niatan buat mempermalukan lo kok."
"Nah iya, lagian kalau kita tahu aib lo bakal se viral ini, mending gue kontenin, lumayan'kan bisa dapet cuan."
Ela mencubit paha Ayana yang duduk di mejanya, perempuan dengan rambut sebahu itu memekik dan turun dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earendel
FanfictionEnd. Ela pikir, hidup itu semudah memetik senar gitar, memang mudah jika asal petik, tapi tidak akan meninggalkan kesan yang indah untuk di dengar. Jika ingin permainannya indah, maka harus tahu kunci dasar nya, jika ingin menciptakan sebuah melodi...