Hello (Again)

5 0 0
                                    

Sepulang sekolah, Ivony menuju sekitar jalan kastuba. Karena dekat sekolah adiknya, ia cukup familiar dengan jalannya jadi tanpa pusing mememikirkan rute. Sekarang ia hanya perlu mencari rumah pengguna jasa tutornya. Rumahnya bukan di gang, tapi masuk ke dalam komplek. Ivony memicingkan mata ke nomor-nomor rumah yang tertera, nomor 7 seharusnya sesudah nomor 6. Tapi penomoran di komplek perumahan itu tampak acak. Sehingga setelah angka 44, lalu baru nomor 7.

Penomoran yang aneh, pikir Ivony. Orang bisa mudah tersesat jika mencari rumah di komplek perumahan ini. Syukurlah rumah nomor 7 ini tidak jauh dari pagar masuk komplek. Ia menekan bel rumah yang terletak di sebelah kiri pagar hitam sekitar 1,5 meter itu. Tak lama, seorang wanita berbadan gembul tergopoh-gopoh membuka pintu pagar sedikit.

"Ada perlu apa dan cari siapa ya, Non?" tanya wanita yang berusia sekitar lima puluhan itu.

Ivony tersenyum. "Di sini betul rumah Kinan, ya, Bu? Dia pesan jasa tutor pelajaran untuk datang ke rumah."

"Oh, pasti Mbak Ivony, ya? Ayo, masuk dulu, Mbak."

Setelah memasuki pagar, Ivony bisa melihat jelas luasnya rumah calon anak tutornya. Kalau Salsa tinggal di rumah seperti ini, pasti dia senang, pikir Ivony. Adiknya bukan menyukai kemewahan dan kemegahan. Namun rumah ini jelas asri, nyaman, dan yang terutama luas. Bukan seperti rumahnya, apalagi kamarnya yang sempit.

Wanita berbadan gembul dengan daster berwarna kuning itu mempersilakan Ivony masuk. Kemegahan luar rumah sama seperti di dalamnya. Lampu besar menggantung di tengah ruangan. Di pojok ruangan ada tangga melingkar menuju lantai dua. Ivony mengikuti langkah wanita itu untuk duduk di tengah ruangan tempat sofa berada.

"Mbak nunggu di ruang tamu ini dulu, ya? Saya panggilan Nona Kinannya," ujar wanita itu.

"Terima kasih, ya, Bu," jawab Ivony sambil tersenyum.

"Jangan dipanggil Ibu atuh, panggil aja Bi Ani. Bibi pekerja di sini," koreksi Bi Ani.

Setelah Bibi Ani hilang dari pandangan ke lantai dua, Ivony kembali menganggumi rumah tempatnya berada sekarang. Lantainya marmer yang didominasi warna putih keabu-abuan dengan guratan abu-abu gelap yang bercabang. Di sebelah sofa, ada nakas yang atasnya tersaji buku, majalah, dan koran terbitan baru. Sedangkan di meja tersaji, sekotak permen.

Belum puas Ivony melihat-lihat, ekor matanya mendapati wajah tak asing. Bi Ani turun tangga bersama seorang anak perempuan. Anak calon tutornya. Seumuran Salsa. Ternyata adalah Kinan yang pernah ia temui ada di rumah Arlando. Ivony terbelalak tak percaya. Sejak awal ia tak menaruh curiga. Ada ribuan nama Kinan di dunia. Kenapa ia bertemu lagi dengan Kinan ini?

Dari ekspresi wajahnya, Kinan tampak tak kaget. Ia melambaikan tangan ke arah Ivony seolah mereka sudah lama tak bertemu. Ivony masih memproses apa yang baru saja dilihatnya, ketika ia memikirkan harus membalas lambaikan atau tidak, Ivony mendengar bisik-bisik dari Kinan meminta Bi Ani menyajikan minuman, cemilan, dan makanan berat untuk tamu yang segera Bi Ani jawab dengan anggukan.

"Hai, Kak, kita ketemu lagi," sapa Kinan yang berjalan ke arahnya dan duduk di samping sofa tempat Ivony juga duduk.

Ivony menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. "Ya. Aku tidak menyangka."

Kinan mengerutkan kening. "Ah, aku kira Kakak sudah tahu. Tapi, lupakan sajalah. Oh, iya, hari ini saya ada PR matematika dan dikumpulkan besok. Kakak mau kita belajar di sini atau di kamarku saja? Nanti aku minta Bi Ani mengantar ke kamar kalau mau di atas."

"Di sini saja," sahut Ivony cepat.

Di ruang tamu, Ivony sudah cukup terpuka dengan ruangan yang luas. Apalagi di kamar Kinan yang mungkin lebih luas dan indah dibanding ruang tamu. Ia khawatir akan ketahuan seperti orang norak karena menganggumi rumah orang lain.

"Oh, yaudah kalau gitu. Aku ambil bukunya dulu. Tunggu, ya, Kak," kata Kinan yang tampak lebih akrab dari yang terakhir Ivony ingat.

Setelah mendapat anggukan dari Ivony atas permintaanya, Kinan naik ke lantai dua. Lalu kembali dengan buku-buku tebal yang membuat Kinan menghela napas sambil duduk. Tak lama mereka mengobrol, makanan dan minuman disajikan Bi Ani. Kinan bilang Ivony harus makan terlebih dahulu karena ia mengingat ketika Ivony mengulurkan tiga snack ringan untuknya saat menunggu jemputan.

Entah karena Kinan yang supel atau karena sebelumnya mereka sudah kenal sekilas, gadis itu mengisi waktu jeda dan makan untuk bercerita. Kinan bercerita bahwa ketika sekelas dengan Salsa, Salsa selalu bersemangat membantu orang-orang. Mungkin karena itu banyak teman respect dan juga membantu Salsa, termasuk soal berjualan keliling kelas.

"Sayang sekali Salsa berhenti jualan keliling kelas, padahal lumayan jadi ga keluar jalan kaki ke kantin tapi udah ada jajanan yang jalan sendiri," ujar Kinan setengah bercanda.

Ivony tersenyum miris. Ia sendiri yang menjadi penyebab Salsa berhenti berjualan keliling kelas. Ivony bersikeras bahwa hal itu akan menganggu waktu belajar dan konsentrasi Salsa di sekolah. Ternyata justru malah ada yang merindukan jajanan yang dibawa adiknya itu.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan membahas pelajaran matematika dan menyelesaikan PR bersama. Tak terasa, sore berganti malam. Ketika Ivony akan berpamitan, muncul kedua orang tua Kinan yang tampak baru pulang kerja dengan setelan jas serta blazer. Kinan memperkenalkan orang tuanya ke Ivony, begitu juga Ivony yang memperkenalkan diri sebagai pengajar tutor baru Kinan.

"Oh, kamu yang namanya Ivony? Tante sudah banyak dengar cerita tentangmu," kata Ibunya Ivony. "Tante dan Om masuk dulu, ya. Mau bersih-bersih. Kamu hati-hati pulangnya."

Ivony sebetulnyaingin menyanggah dari mana Ibu Ivony mendengar banyak cerita tentangnya. Belumjuga dia angkat bicara, Ivony mendapati wajah Arlando ketika cowok itu membukapintu rumah Kinan begitu saja. Mulutnya tercengang, terutama ketika melihat Arlandotampak santai berbicara. "Hai, sudah selesai jam lesnya, kan? Ayo, sekarangtepati janjimu," kata Arlando.



Hai, manteman. I'm back! Mulai kembali 2024 menyelesaikan cerita yang belum rampung. Mohon doanya supaya lancar. Aamiin.


If I Knew ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang