Arkan sudah berada di rumahnya, dia bahkan sudah mandi dan berganti pakaian.
Arkan menjatuhkan tubuhnya ke kasur. "Ada yang aneh..."
"Gue sama Calfin... C-ciuman?" Oke Arkan memang lebay, tapi itu adalah ciuman pertamanya!
Ceklek....
"Woi Ar"
"AAAH!!!" Arkan berteriak karna terkejut. Kelebihan beban sistem.
"Apa Lo akhirnya gila?" Tanya Arthur saat melihat keterkejutan Arkan yang terlihat lebay itu.
"Thur, kalo gue mati nanti kuburin gue di tempat yang cerah ya" ucapnya dengan wajah memelas.
"Terserah, gue mau pinjem tas lo besok, gue harus bawa banyak barang ke pertemuan terus gue ga punya tas yang gede"
Arkan kembali memasang wajah memelasnya. "Jadi tas gue lebih penting dari pada gue?"
Arthur memutar kedua bola matanya malas. "Yaudah gue ambil sendiri" sungguh kejam.
"Sialan buku gue ada di Calfin lagi, gue harus minta buku itu hari senin" gumamnya
••••
Pagi hari yang cerah, kini Arkan sedang berjalan seorang diri menuju sekolahan, dia menguap sebelum akhirnya dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Hei Arkan"
Arkan melihat ke asal suara yang ternyata itu adalah Calfin. "Calfin?"
"Selamat pagi" sapa Calfin dengan senyuman manisnya.
"Hm pagi, apa lo emang selalu datang jam segini?" Tanyanya, pasalnya ini sudah jam 07.20 sedangkan bell masuk berbunyi pukul 07.30
"Aku bangun kesiangan pagi ini" jawab Calfin sebelum akhirnya mereka berjalan beriringan menuju sekolahan.
"Oh apa lo tidur nyenyak?" Tanya Arkan.
Calfin tertawa kecil"Aku tidur seperti batang kayu" Arkan menjawabnya dengan tawaan.
Hingga akhirnya Arkan teringat bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka, bukannya mereka berciuman? Kenapa dia bertingkah seolah-olah tidak ada yang terjadi? Apa hanya Arkan saja yang memikirkannya?
Calfin bilang dia pernah tinggal di Jerman, apa karna itu dia biasa aja? Bagaimana orang-orang disana bersikap di keesokan harinya? Mengingat hal itu membuat Arkan kesulitan untuk bersikap normal.
"Oh aku baru ingat!" Ucapan Calfin berhasil mengagetkan Arkan.
"Aku udah selesaiin bukunya, yang kamu tinggalkan di hari sabtu" lanjutnya.
"Oh bukunya..."
"Aku fikir aku bakalan ngabisin waktu banyak buat baca semuanya karna bukunya tebal, tapi ternyata bukunya gampang buat di baca, aku bakalan kasih bukunya ke kamu kalo kita udah sampai"
"Oh oke... Kita punya ruang belajar selama pelajaran pertama dan kedua hari ini, jadi gue bisa mulai baca bukunya"
Arkan menatap Calfin yang sedang fokus melihat ke depan, saat akan meraih tangan Calfin tiba-tiba Jennie datang dan menjadi penengah di antara mereka.
"Wow! Kalian keliatan serasi" ucapnya sambil merangkul Arkan dan Calfin.
"Suasana yang begitu indah di pagi hari" lanjutnya.
"Hai Jennie" sapa Calfin.
"Hai" sapa balik Jennie.
"Lo ga punya temen ya?" Tanya Arkan mengingat sejak kemarin dia selalu mengekori mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Stain
Teen FictionArkan diam-diam naksir wali kelasnya. Sahabatnya, Calfin, mengetahuinya dan mengatakan perasaannya padanya. Tapi dia mengajukan tawaran yang menarik: "Pacaranlah denganku. Jatuh cinta padaku sebelum lulus, maka aku menang. Jika tidak, kamu menang"...