HS Bab 6.

107 13 2
                                    

Arkan kini sedang bersiap untuk bertemu dengan pak Kinan, dia sedang bercermin dan merapihkan rambutnya.

"Kayanya nata rambut sedikit berlebihan" Arkan kembali mengacak-acak rambutnya karna pesonanya akan jauh lebih kuat jika rambutnya berantakan jadi terkesan kaya bad boy.

Dia hanya bertemu sebentar dengan pak Kinan dan seharusnya dia tidak perlu berdandan tapi dia hanya tidak ingin terlihat kasual.

Dia bingung sekarang karna dia tidak tahu harus memakai pakaian apa, dia tidak punya apapun selain kaos polos dan celana jeans, dia bukan pria yang tergila-gila akan penampilan.

"Terserah gue bakalan pergi pake apa aja, lo harus bersikap biasa aja Ar!"

Hingga akhirnya Arkan memakai kaos putih polos yang di lapisi kameja polos berwarna mint, celana jeans abu-abu, sepatu putih dan topi putih, dia mengambil tasnya dan handphonenya lalu pergi keluar dari rumahnya.

"Ibu! Arkan pergi dulu!" Ucapnya saat masih di tangga.

"Iya hati-hati, jangan pulang malam!"

••••

Arkan memarkirkan motornya di parkiran cafe, dia turun dari motor lalu masuk kedalam cafe dan tatapannya langsung tertuju pada pak Kinan yang duduk di salah satu meja dekat jendela.

Arkan melangkahkan kakinya. "Pak Kinan selamat pagi"

Pak Kinan mendongakkan kepalanya lalu berdiri dari duduknya "Pagi, cuaca hari ini panas kan? Lebih baik kita pesen minuman dingin"

Mereka berdua berjalan menuju kasir. "Kamu mau pesen apa?" Tanya pak Kinan

"Um... Pak biar saya aja yang terlaktir, bapak sudah datang kesini buat minjemin saya buku bapak"

Pak Kinan tersenyum. "Oke baiklah"

"Kalo gitu bapak mau Ice Americano" ucap pak Kinan.

"Tolong satu Ice Americano dan satu Peach Ice Tea" ucap Arkan pada kasir itu.

Mereka kembali ke meja mereka dengan satu nampan berisi minuman yang di bawa Arkan.

Pak Kinan memberikan bukunya pada Arkan. "Ini bukunya"

Arkan dengan senang hati menerima buku itu. "Terimakasih pak Kinan"

"Ga perlu terburu-buru, nikmatin waktumu" tutur lembut pak Kinan.

"Oh iya, tapi jangan bilang pada siapapun di kelasmu jika saya meminjamkannya padamu, saya melakukan itu hanya karna itu kamu" ucap pak Kinan, jangan lupakan senyumannya.

"Mengerti"

"Hanya aku"

"Bagaimana belajarmu?" Tanya pak Kinan basa-basi.

"Tidak buruk, saya akan senang jika hanya melewati nikai KKM, tapi saya tidak percaya diri" jawab Arkan sambil memainkan jari telunjuknya di atas buku.

"Kamu bicara apa? Kamu pasti dapat nilai yang lebih tinggi dari itu, nilai simulasi ujianmu di bulan September tidak buruk sama sekali"

Arkan menghela nafasnya. "Simulasi hanyalah simulasi"

"Bagaimana jika saya gugup dan mengacaukan ujian aslinya?" Lanjutnya.

Pak Kinan menumpu dagunya dengan tangan lalu tersenyum. "Kurasa khawatirmu terlalu berlebihan"

Mungkin itu karna pertama kalinya mereka bertemu di luar sekolahan, tapi ada sesuatu yang terlihat berbeda, Arkan merasa panas untuk beberapa alasan, meskipun AC nya menyala dan dia sedang meminum minuman dingin, rasanya tubuhnya terbakar, dia harus mengendalikan tubuhnya, ada apa dengannya?

Heart StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang