Final Turnamen

17 4 0
                                    

Hari ini cuaca cerah, membuat siapa pun bersemangat menjalani hari. Termasuk Langit, dia sangat menanti-nanti hari ini tiba. Hari final turnamen futsal. Semoga saja sekolah Langit bisa membawa kemenangan.

Langit dan kawan-kawan berada diruang ganti. Ponsel Langit berbunyi singkat, sebuah pesan masuk. Rinjani mengabarinya kalau dia sudah tiba dan duduk dibangku tribun atas. Langit tersenyum melihat foto Rinjani memandang kamera.

"Wih, siapa tuh!" seru Pandu mengangetkan Langit yang buru-buru mematikan ponselnya.

Pandu duduk disebelah Langit yang terus tersenyum mengejek. Langit yang sudah tau harus melakukan apa disituasi mencekam ini, langsung saja bangkit dan menjauhkan diri dari Pandu. Namun sialnya Pandu terus mengikutinya sampai kamar mandi.

Langit menghidupkan kran air dan membasuh wajahnya. Langit menatap cermin, lebih tepatnya menatap Pandu.

"Apaan?"

"Gue gak salah lihat kan tadi?" Pandu memelankan suaranya, takut ada yang mendengar percakapannya. "Lo lagi deket sama Rinjani?"

"Kalau iya kenapa?" Langit memutar tubuhnya.

Pandu semakin tidak percaya, mulutnya menganga lebar. Langit menatap Pandu datar, reaksi Pandu benar-benar berlebihan menurutnya.

"Berarti lo berdua lagi saingan," ucap Pandu.

Langit yang semakin tidak paham dengan arah pembicaraan Pandu lantas bertanya. "Saingan? Maksud lo?"

"Menurut gosip yang beredar di sekolah, si Kevin juga lagi deketin Rinjani. Masa lo gak tau sih?"

Melihat Langit yang tidak merespon, membuat Pandu semakin yakin kalau Langit baru tau Kevin sedang mendekati Rinjani. Kevin itu wakil ketua osis, partner kerja Rinjani.

"Saran gue, lo cepet-cepet deh rebut hati Rinjani, kalau nggak sih Kevin makin kesenengan. Gue sih gak sudi kalau Rinjani sama dia," ucap Pandu menahan kesal.

"Kenapa?"

"Pasti makin belagu tuh bocah."

Ceklek

Langit dan Pandu sama-sama menoleh kesumber suara. Seorang laki-laki berkacamata keluar dari bilik toilet. Langit mengenal laki-laki tersebut, dia Dodi, yang sempat Langit mintai bantuan untuk membereskan surat-surat berjatuhan didepan lokernya.

Pandu kira siapa, dia sudah panik duluan. Tapi setelah melihat yang keluar Dodi, Pandu merasa lega. Setidaknya Dodi tidak berbahaya, dia cupu dan pasti tidak tertarik dengan gosip seperti ini. Pandu membiarkan Dodi pergi, tidak bertanya apakah dia dengar pecakapannya dengan Langit atau tidak.

Awalnya Langit biasa saja, tidak curiga sedikitpun dengan Dodi. Setelah melihat lirikan mata dan seringai kecil itu, membuat Langit kebingungan. Langit tidak mengerti maksud dibalik senyum menyeramkan itu.

Suara pemberitahuan turnamen akan segera dimulai mengema hingga toilet. Membuat Langit dan Pandu kembali keruang ganti dan siap-siap menuju lapangan.

Sebelum dimulai Pak Said memimpin doa. Sebagai pelatih, Pak Said berperan penting dalam membangun mental murid-muridnya. Pak Said tidak pernah menuntut untuk selalu menang dalam setiap pertandingan, tapi Langit dan kawan-kawan tau bahwa Pak Said berharap kami menang, begitu juga kami.

Pertandingan dimulai, suara sorak ramai dukungan mendominasi. Benar-benar pertandingan yang seru! Langit dengan lihai mengiring bola, mengopernya dan gol pertama berhasil diraih SMA Sastajaya. Skor menjadi 1-0.

Pendukung SMA Sastajaya mendadak kecewa saat lawan berhasil mencetak gol, skor menjadi imbang 1-1. Tidak mau kalah, Langit dan kawan-kawan semakin gencar menyerang dan berhasil mencetak angka menjadi 2-1.

LANGIT | Complete √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang