Ujian Matematika

11 3 0
                                    

1 bulan kemudian...

Langit teringat tahun ini akan menjadi tahun terakhirnya di SMA Sastajaya, begitupun teman-temannya. Tidak terasa tiga tahun sekolah dan kini, sebentar lagi, dia akan lulus, melepas statusnya menjadi murid SMA.

Ya, waktu berlalu begitu cepat.

Semalam Langit sudah belajar untuk ujian hari ini. Langit serius belajar karena dia ingin. Dia berkeinginan masuk Universitas negeri di Jakarta.

Tapi Langit terkadang ragu, dia ragu bisa masuk kampus negeri karena belajarnya yang mepet ujian.

"Seenggaknya kan udah nyoba. Masalah gagal atau berhasilnya, serahin sama Allah," itu ucapan Tantri yang selalu Langit ingat ketika kehilangan motivasi.

Sedangkan Rinjani, dia sudah pulang dari rumah sakit dan menjalani masa pemulihan traumanya dirumah. Maka dari itu Rinjani tidak bisa mengikuti ujian bersama di sekolah, sebagai gantinya Rinjani menjalani ujian dirumahnya sendiri.

Ujian hari ini adalah matematika. Ya... semua orang tau betapa sulitnya pelajaran tersebut, jadi Langit tidak berekspetasi tinggi pada nilainya kali ini. Hanya matematika saja, yang lainnya Langit usahakan mendapat nilai terbaik.

Waktu terus berputar pasti, Langit mencorat-coret kertas hitungnya, namun tetap saja dia sulit menemukan hasil dari penjumlahan soal tersebut.

Karena tidak ingin membuang waktu dengan sia-sia tanpa hasil, satu-satunya jalan adalah menebak jawaban tersebut pakai instingnya sendiri.

Matanya menatap serius seluruh pilihan dari a sampai d, menggabungkan teori-terori sotoynya sampai menemukan kemungkinan salah satu dari pilihan tersebut yang benar jawabannya.

Setelah dipastikan pilihannya benar, Langit menebalkan salah satu lingkaran kecil dari kertas jawaban yang terpisah dengan soal.

Matematika menjadi ujian penutup, setelah bel berbunyi semua murid bersorak ria. Lega karena berhasil menyelesaikan tantangan terberat hari ini.

Semua keluar kelas dengan langkah bahagia dengan senyum menghias wajah, waktu liburan telah tiba. Minggu depan sebelum acara wisuda, sekolah mengadakan acara kemah.

Langit senang karena Rinjani sudah diperbolehkan ikut. Rencana Langit hari ini mengunjungi rumah Rinjani, sambil melepas rindu. Semasa ujian, Langit dan Rinjani setuju untuk saling fokus dan ketika ujian selesai, mereka akan bertemu, ini akan menjadi pertemuan pertamanya setelah seminggu tidak bertemu.

Langit datang membawa dimsum kesukaan Rinjani, Langit juga baru tau Rinjani suka sekali dimsum ketika beberapa kali jalan bersamanya.

Saat memarkirkan motor dihalaman rumah Rinjani, Langit mengenali motor disebelahnya. Langit melepas helm sambil mengingat-ingat dimana dia pernah melihat motor tersebut.

Kecurigaan Langit makin bertambah ketika memasuki rumah Rinjani, Rinjani sendiri yang membukakan pintu dan langsung memeluk dirinya, Langit tidak punya alasan untuk tidak membalasnya.

Laki-laki yang sedang duduk berkumpul dengan kedua orangtua Rinjani menunjukan wajahnya. Mood Langit tiba-tiba hancur. Ngapain sih Kevin disini?

Walaupun terlihat kesal, Langit tetap tersenyum ramah kepada Tante Luna dan Om Septian, Langit dengan sopan menyalimi tangan mereka.

"Kevin sama Langit bisa barengan gini ya, Pa, datangnya," seru Luna. Septian hanya tersenyum manis dan mempersilahkan Langit duduk.

Dimsum tadi sudah Langit berikan pada Rinjani di pintu masuk, kini perempuan bercelana training hitam muncul membawa piring.

"Ma, Pa, aku sama Langit ke teras belakang ya," ucap Rinjani yang membuat senyum kemenangan tercetak diwajah Langit ketika melihat Kevin.

Kevin menatap Langit tajam, dia iri pada Langit yang berduaan bersama Rinjani, padahal niat Kevin kesini ingin ngobrol bersama Rinjani, bukan ditinggal sendiri dan ngobrol bersama orangtuanya yang pasti membosankan karena tidak ada Rinjani dihadapannya.

LANGIT | Complete √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang