Langit melonjorkan kedua kakinya yang terasa sangat pegal. Sebuah air mineral dingin melayang di depan wajahnya. Mata Langit berbinar. Ternyata, si Rinjani pemberinya, ketua kelas yang baik hati.
Rinjani habis dari ruang guru mengambil buku catatan siswa, dia tidak sengaja melihat Langit yang baru saja menyelesaikan hukumannya. Sebenarnya, air mineral itu buat dirinya, tapi melihat Langit yang kelelahan membuat Rinjani iba. Dan berujung memberi air tersebut pada Langit.
Langit menepuk-nepuk celananya. Rambut Langit yang sudah mulai panjang cukup menggangu penglihatannya.
"Telat?"
"Biasa. Anak rajin."
"Rajin telat maksudnya kan?"
"Gak gitu juga dong," ucap Langit, dia mengambil alih buku-buku ditangan Rinjani.
"Eh, gak usah. Sini, gue aja yang bawa," pinta Rinjani saat semua buku sudah berpindah ke tangan Langit. Rinjani tidak enak sebab dia yang disuruh oleh guru, bukan Langit.
"Santai. Jam pelajaran siapa emang?" tanya Langit.
"Bu Zahra," sahut Rinjani. Mereka berdua berjalan menelusuri koridor. Kelas 12 IPS-A ada dilantai dua.
Sampainya di dalam kelas, Bu Zahra menyuruh Langit untuk menaruh tas lalu membagikan bukunya pada pemilik masing-masing.
Setiap mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan Bu Zahra penyakit buruk Langit selalu muncul. Matanya terasa sangat berat, ditambah membaca soal yang banyak ceritanya, malasnya bukan main. Langit mencolek bahu Rinjani dan mengatakan pada Rinjani untuk memberitau dirinya jika sudah selesai mengerjakan soal.
Rinjani menghela napas. Dia mengoper bukunya ke belakang, ada beberapa soal yang sengaja Rinjani tidak kerjakan, biar Langit sendiri yang mencari tau. Setidaknya, agar otak Langit sedikit berfungsi.
***
Langit menunggu Sakti keluar dari kelas, sekarang sudah waktunya jam istirahat. Kelas Langit dan Sakti bersebelahan, mereka sama-sama anak IPS.
Saat sedang bercanda-bercanda di koridor bawah, Sakti melihat ada adik kelas yang sedang dipalaki oleh Bara. Bara itu cupu, dia beraninya sama adik kelas saja. Memang sih, kalau masalah solidaritas, Bara gak perlu diragukan lagi, dia selalu menjadi garda terdepan bersama Langit saat Sastajaya diserang.
Namun, Langit tidak suka dengan kekuatan yang Bara miliki, terlepas dari melindungi Sastajaya, Bara sering mengunakan kekuasaanya untuk kesenangan pribadi.
"Cabut lo berdua," kata Langit pada dua adik kelas yang sangat terlihat ketakutan. Mereka langsung lari terburu-buru.
Langit menatap Bara berang. Langit sampai kehabisan rasa sabar. Dia binggung, harus dengan cara apa agar Bara berhenti memalaki adik kelas.
Langit memberi tatapan peringatan pada Bara, seperti biasa Bara menganggap peringatan Langit hanya angin lalu saja. Memang Langit punya hak apa mengatur hidupnya?
Sebelum aksi jotos menjotos, Sakti merangkul Langit menjauh dari Bara. Kujungannya ke kantin sempat tertunda karena Bara.
Sakti tidak ingin suasana hati Langit semakin panas maka dia memilih diam tidak membahas yang menyangkut soal Bara. Mereka duduk tidak jauh dari perkumpulan wanita. Kebanyakan adik kelas berbisik-bisik memuja Langit yang terdengar oleh Sakti sambil mencuri pandangan kearah Langit yang sedang makan batagor.
Salah satu dari mereka dengan berani mendatangi Langit secara langsung. Langit yang sedang mengunyah batagor mendapati seseorang berdiri disamping kursinya.
"Kak Langit," panggil adik kelas itu dengan suara diimut-imutkan.
"Ya?"
"Aku boleh minta nama akun instagram kakak gak?"
"Boleh," ucap Langit. Farah tersenyum senang sampai ingin berteriak. Dia memberi ponselnya pada Langit. Selesai menemukan nama akun instagramnya, Langit mengembalikan ponsel tersebut.
"Udah aku follow ya, Kak. Di follback ya, kak, namanya farah underscore," ucap Farah, dia memberi senyum terbaiknya untuk Langit.
"Iya."
Sakti menatap kepergian Farah lalu beralih menatap Langit. Sakti bangga punya teman yang terkenal, sampai menabok lengan Langit.
Meja mereka kedatangan tamu tak diundang lagi, kali ini bukan adik kelas melainkan Rinjani, teman Langit dan Sakti.
"Enak ya yang punya fans, jadi pengen," ucap Rinjani menyindir Langit. Langit terkekeh mendengar sindiran yang berbentuk pujian dari mulut Rinjani.
"Lagi gabut ya lo? Biasanya, istirahat sibuk mondar-mandir kek cacing kepanasan," celetuk Sakti. Dia heran melihat Rinjani yang jarang ke kantin karena super duper sibuk jabatannya sebagai ketua osis.
"Enak aja lo! Gue kesini, mau kasih lo berdua undangan ulang tahun," Rinjani meletakan undangan tersebut diatas meja.
"Cailah. Udah tua masih aja dirayain," Sakti tertawa, membuat Rinjani kesal. Rinjani mencubiti Sakti sampai dia berhenti ketawa dan memohon ampun pada Rinjani, baru Rinjani akan merasa puas.
Langit dengan gemas mengacak rambut Rinjani. Dengan wajah cemberut Rinjani merapihkan rambutnya sendiri.
"Selamat ulang tahun ibu ketua," ucap Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT | Complete √
Genç KurguNamanya Langit, seorang siswa kelas dua belas. Hobi main bola bersama kawan-kawan. Terkadang, kalau sedang berlibur, main PS seharian dikamar. Hari minggu yang seharusnya dia manfaatkan untuk main PS dirumah tertunda karena Tantri sang Mama tercint...