24 ; Kedamaian

380 36 0
                                    

Sebelum mulai membaca, ada baiknya vote dulu dan jangan lupa komen yang banyak biar aku semangat updatenya, tingkyuuuu! ♥︎

Sebelum mulai membaca, ada baiknya vote dulu dan jangan lupa komen yang banyak biar aku semangat updatenya, tingkyuuuu! ♥︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING 💝




"Kenapa bisa seperti ini, sekarang jelaskan pada kita." Itu Jisoo yang tengah menginterogasi Chaeyoung setelah melihat pertengkaran yang terjadi tiba-tiba tadi.

Sebenarnya baik Jisoo dan Jennie sudah tahu kalau adiknya itu sedang ada masalah dengan suaminya. Tapi tidak pernah terbayangkan oleh mereka jika pertengkaran itu akan menjadi besar seperti ini. Mereka mengira hanya pertengkaran gemas sepasang suami istri.

Jika tahu seperti ini, Jisoo akan langsung meminta penjelasan dari sang adik saat pertama ia tahu. Namun nasi sudah menjadi bubur, kini pertengkaran sudah terjadi dan sang adik kini tengah menangis di pelukannya.

Jisoo mengelus surai lembut Chaeyoung, mencoba menenangkan tangisan sang adik dan dengan sabar menunggu adiknya itu bercerita saat hatinya sudah tenang.

"Tidak apa-apa, Chaeyoung-ah. Semua rumah tangga pasti akan mengalami pertengkaran seperti ini. Sudah, jangan bersedih, ini minum air putih dulu," ucap Jennie menenangkan.

Akhirnya Chaeyoung mulai tenang, lalu meminum air putih yang diberikan oleh sang kakak dan mengatur kembali nafasnya.

"Terimakasih," ucapnya pada Jennie.

"Sekarang, bisa ceritakan semuanya?" tanya Jisoo sekali lagi setelah melihat sang adik sudah lumayan tenang.

"Sebenarnya sejak kemarin malam Namjoon bersikap aneh seperti itu. Semenjak ia tahu aku dan Wook berbicara berdua di taman belakang kemarin. Tapi bukan niatku berduaan seperti itu. Bukan." Chaeyoung membentuk tanda silang didepan dadanya.

"Pada saat itu Wook sedang mengajak Baby Koo keluar, dan aku paham betul jika angin diluar sangat dingin. Makanya aku menghampirinya untuk mengambil Baby Koo dan membawanya masuk agar tidak masuk angin," lanjutnya panjang kali lebar, sementara kakak-kakaknya tengah menyimak dengan seksama.

"Lalu?" tanya Jisoo saat merasa jika masih ada kata-kata yang adiknya simpan.

"Dan karena kejadian itulah dia mengira aku dengan Wook ada hubungan. Untuk masalah mobil pemberian Wook itu, tadi pagi dia datang ke rumah pada saat kalian semua pergi. Jadi hanya ada aku dan Baby Koo saja. Tetapi saat akan aku tawari masuk dulu untuk sekedar minum bersama, Wook tidak mau. Dia terlihat sedang terburu-buru," jawab Chaeyoung.

"Untung tidak kau ajak masuk ke dalam. Bayangkan kalau hanya ada kalian di dalam rumah ini, itu hanya akan membuat Namjoon semakin murkah." Itu Jennie yang mengatakan pendapat dari sudut pandangnya.

"Jadi aku harus seperti apa Eonni? Aku bingung," aduhnya pada kedua kakanya, karena kini kepalanya buntu tidak bisa berpikir apa-apa.

Jisoo menghela napas pelan, sembari mengelus pelan pundak Chaeyoung ia berkata, "Chaeyoung-ah, kita semua tahu kalau tidak mudah memang berada dalam posisimu. Kita bisa merasakannya karena sama-sama memiliki seorang suami. Dan ada satu hal yang harus kau tahu, laki-laki itu memang egois, keras kepala, dan bisa menjadi sensitif ketika ada yang membuatnya merasa terancam. Seperti halnya dalam kasus Namjoon, dia pasti awalnya juga biasa saja. Mungkin ada beberapa hal yang membuatnya seperti ini, coba kau ingat lagi perlahan-lahan apa yang sekiranya membuat Namjoon seperti itu."

"Bagaiama aku bisa tahu, Eonni? Itu kan dari sudut pandang suamiku."

"Hei, benar memang itu dari sudut pandang suamimu. Tapi apa suamimu tidak melihatnya dari tindakanmu selama ini?"

Chaeyoung terdiam, benar juga apa yang kakanya katakan sekarang. Ia mulai memikirkan apa yang kemarin terjadi pada malam mereka makan-makan bersama. Dan sebuah ingatan mengenai dirinya yang sempat risih karena Wook sering ketahuan memandangi dirinya pada saat malam itu.

"Astaga! Sepertinya aku tahu kenapa ini semua bisa terjadi," ucapnya sembari berdiri dari tempat duduk.

"Apa?! Kenapa?!" tanya Jisoo penasaran.

"Nanti saja aku ceritakan, aku mau menyelesaikan masalah ini lebih dulu. Terimakasih, kalian memang yang terbaik," jawab Chaeyoung lalu berlari menuju kamarnya dimana Namjoon berada.

Sesampainya pada kamar mereka, ternyata pintu kamar tidak terkunci dan Chaeyoung langsung berjalan masuk menemui suaminya.

Kini posisi Namjoon sedang tidur membelakanginya. Namjoon merasakan lelah, tentu saja. Apalagi ia baru pulang dari kerja, tapi malah bertengkar hebat dengan sang istri. Chaeyoung yang melihat punggung lelah itu jadi merasa bersalah.

Langkah kakinya berjalan mendekati sang suami, kemudian ikut merebahkan diri disampingnya. Tangannya pun tak lupa memeluk tubuh kekar Namjoon. Rasa hangat menjalar dalam tubuh keduanya. Masing-masing dari mereka seolah-olah merasakan getaran cinta seperti pada saat awal pertemuan. Memang terdengar basi, tapi itulah kenyataannya.

"Chaeyoung-ah, maafkan aku."

Bukan Chaeyoung yang memulai pembicaraan, tetapi Namjoon. Menurutnya perkataannya tadi sudah keterlaluan, sampai membuat sang istri menangis. Bahkan anaknya sendiri—Baby Koo pun mengatakan bahwa dirinya jahat.

Kini posisi Namjoon membalikkan badan, dimana wajah sembap habis menangis sang istri bisa dilihatnya dengan jelas. Namun wajah tersebut masih tetap cantik walaupun hidungnya masih memerah seperti tomat.

"Maafkan aku, yeobo. Aku sempat meragukan ketulusan dirimu, dan membuatmu sedih seperti ini." Sekali lagi Namjoon meminta maaf sembari melihat mata istrinya, lalu memeluk tubuh kurus Chaeyoung dengan tulus.

"Tidak apa-apa. Aku juga mau meminta maaf. Mungkin ini memang kesalahanku karena meladeni dia terlalu berlebihan seperti kemarin. Maafkan aku," jawab Chaeyoung sembari membalas pelukan sang suami.

"Hmm, itu bukan salahmu, sayang. Dia lah yang salah, kenapa berani melewati batasan dengan memperhatikan mu terlalu sering. Dia ingin merebut istri cantikku ini kah? Lihat saja, aku tidak akan membiarkannya merebut istri cantik ku ini," ucap Namjoon bercanda sekaligus serius dalam kalimatnya.

Chaeyoung tertawa mendengar ucapan sang suami sebelum menjawab, "gemas sekali suamiku ini, aku janji tidak akan berlain hati. Kamu tenang saja, hanya kamu yang ada di hatiku sayang."

"Pfffttt, indahnya pasangan muda satu ini." Suara seseorang terdengar tadi celah pintu yang memang tidak tertutup rapat. Membuat Namjoon dan Chaeyoung langsung menganti posisi menjadi duduk—berasa seperti digrebek jadinya—salahkan saja kakak-kakaknya yang kini tengah menguping pembicaraan mereka berdua.

"Yak, jangan pacaran terus! Dasar," goda Yoongi bercanda.

Membuat semua orang yang berada di balik pintu tertawa terbahak-bahak. Termasuk ketiga trio bocil. Baby Koo langsung berlari menghampiri kedua orangtuanya yang sudah berbaikan. Memeluk keduanya dengan tangan mungil miliknya.

"Aby Too cayang ama appa," ungkap Jungkook sesuai dengan yang di rasakan hatinya saat ini.

Seperti itulah hari ini berakhir, dengan sebuah pertengkaran yang selesai dengan ending yang bahagia. Dan point yang paling penting ialah sebuah komunikasi. Memang pada dasarnya manusia memiliki ego yang tinggi, namun saat kita menurunkan ego dan mau untuk memulai komunikasi dengan orang lain maka kita bisa merasakan apa itu sebuah kedamaian.




-Baby Kookoo : 24~Fin
28.02.24



Baby Koo tinggal beberapa part aja, udah siap belum say goodbye sama trio kebo kita? 🥲

Baby KookooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang