03

146 15 0
                                    

Setelah beberapa lama menghabiskan waktu dikamar dan bercengkrama ramah bersama penyakitnya. Kenan memilih untuk keluar, menghirup udara segar diluar kamar. Ia menutup pelan pintu kamarnya, tersenyum hangat membalas sapaan para pelayan yang malam ini bertugas disekitar lingkungan mension khusus keluarga Dewantara.

Dalam balutan pakaian santai, Kenan melangkah menuju ruang keluarga, menyalakan televisi dan menghempaskan tubuhnya menduduki sofa.

"Tumben, sepi" Ujar Kenam mengamati ruangan ini.

Mengingat anggota keluarga besar Dewantara yang cukup ramai, pemandangan lengang seperti ini merupakan sesuatu hal yang sangat jarang Kenan dapati.

"Maaf tuan muda, semua orang sedang berada diaula perjamuan" salah seorang pelayan menyahuti Kenan.

Kenan mengangguk paham, menepuk pelan dahinya karena telah melupakan bahwa hari ini mension menyambut kedatangan tamu penting dari Malaysia. Semua anggota keluarga Dwwantara yang terdiri dari tuan besar Dewantara, nyonya besar Alisa Dewantara, anak dan menantu serta cucu-cucu Dewantara tentu saja berada disana, kecuali dirinya yang hari ini tidak dapat hadir karena alasan kesehatan.

"Permisi, tuan muda" Seorang pengawal menunduk dihadapan Kenan.

"Kenapa, paman?"

"Seseorang ingin memberikan sesuatu untuk tuan muda, tetapi tidak diketahui siapa pengirimnya karena sipengirim ingin dirahasiakan identitasnya" Ujar pengawal itu seraya mengulurkan dengan sopan kotak berukuran sedang pada Kenan.

"Terima kasih" Kenan menerima kotak tersebut.

Sebagai seorang pemuda yang cukup dieluh-eluhkan diluar sana, hadiah bukanlah sesuatu hal yang aneh dalam hidup Kenan. Sejak dirinya beranjak remaja, rupa menawannya membuat Kenan sering kali mendapat kiriman hadiah dari penggemar.

"Semoga lekas sembuh, tuan muda" Kenan membaca secarik kertas yang menempel dikotak tersebut.

"Ringan banget, isinya apa ya" Ujar Kenan seraya membuka kertas pembungkus kotak berukuran sedang itu.

Kenan membuka penutup kotak dan seketika kotak tersebut terlempar hingga isinya berceceran dilantai, bersamaan dengan menggemanya jeritan Kenan.

Aroma amis darah menyeruak diruangan tersebut, seekor tikus berkepala remuk dan berlumuran darah tergeletak diatas lantai setelah Kenan melempar kotak itu. Beberapa orang pelayan menghampiri Kenan dan berusaha menenangkan tuan muda itu yang tampak shock.

~~~●○☆○●~~~

Kabar berembus begitu pesat, kejadian yang menimpa Kenan telah sampai ketelinga tuan besar Dewantara dan para anggota keluarga besar lainnya.

Tuan besar Dewantara. Pemimpin kerajaan bisnis Dewamtara group naik pitam. Sebagai seorang ayah, tentu saja ia tidak terima puteranya mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti ini. sementara, sebagai seorang pemimpin tuan besar Dewantara merasa hal ini adalah sebuah ancaman.

Setelah meninggalkan aula perjamuan dan memohon undur diri dari acara perjamuan kerajaan yang belum usai digelar. Tuan besar Dewantara bergegas memasuki ruang kerjanya diikuti oleh ketiga puteranya beserta beberapa petugas keamanan mension. Secara mendadak tuan besar Dewantara mengadakan rapat tertutup.

"Ini adalah ancaman untuk Kenan, ayah" Ujar Antariksa. Ia menyerahkan amplob berlumuran darah pada ayahnya.
"Pelayan menemukan amblob itu menempel didalam kotak, aku rasa Kenan belum sempat membacanya" Lanjut Antariksa.

Sultan membuka amplob itu, mengeluarkan secarik kertas yang bagian pinggirnya terdapat bercak darah.

"Permainan segera dimulai, tuan muda Kenan" Sultan membaca tulisan dikertas itu.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang