11

133 19 6
                                    

Tentang cinta. Aira mengerti bahwa kisah yang akan tertoreh bukan hanya mengenai bagaimana bahagia akan diukir, tetapi cinta juga merupakan bagian dari luka.

Menyukai seorang dari keluarga terpandang, bagi gadis biasa sepertinya merupakan suatu luka yang ia pupuk secara perlahan. Entah bagaimana rasa itu tumbuh, Aira sungguh tidak mengerti.

Sepulang gadis itu dari rumah sakit. Perasaannya menghangat setelah melihat senyum secerah mentari pangerannya.

Pangerannya?

Apakah pantas ia beranggapan demikian hanya karena perlakuan Kenan yang begitu hangat, bukankah sedari dulu pemuda itu memang hangat pada semua orang, lantas mengapa Aira berharap lebih.

Bukankah dalam kisah ini, hanya Aira yang bermain dengan perasaan, sedangkan Kenan hanya terlihat ramah layaknya seseorang dari kalangam atas

Gadis itu menghela napas. Didalam kamar sederhana inilah ia terbaring sepi memikirkan pemuda tampan dambaan hatinya.

"Ken, susah banget ya buat dapetin lo. Berasa mimpi disiang bolong" Guman Aira.

~~~●○☆○●~~~

Langit begitu cerah, hembusan angin menerpa lembut beberapa bagian tubuh remaja itu. Membelai mesra helaian rambut sekelam malam milik Kenan.

Setelah beberapa hari menjadi tawanan kamar. Dibawah langit biru dan ditemani beberapa pengawal, Kenan menikmati mentari pagi ditaman rumah sakit. Menyaksikan hiruk pikuk dunia yang sempat hilang dari penglihatannya.

Dengan balutan kaos biru muda dan levis hitam, pemuda itu terdiam lama menikmati hilir mudik sejumlah manusia didepan sana.

Sudah 11 hari ia mendiami bangunan pesakitan ini. Selama itu pula dirinya merasakan kesepian dikarenakan beberapa hal. Rasa jenuh serta bosan kerap menyapa, meski pada kenyataannya Leo serta beberapa temannya kerab berkunjung, tetapi tentu saja hal tersebut tidak begitu berpengaruh. Karena sejatinya Kenan merindukan kebebasannya yang dulu, atau mungkin saja sang tuan muda merindukan seseorang yang jarang terlihat sejak ia berada ditempat ini.

"Ayo pulang, udah selesai semua kok"

Kenan mengangguk, bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Antariksa dan Rania. Hari ini Kenan telah diperbolehkan pulang.

Ketiga buah hati tuan besar Dewantara berjalan berdampingan menyusuri koridor rumah sakit. Didampingi sejumlah pengawal, ketiganya cukup menjadi pusat perhatian, terutama Kenan yang beberapa hari lalu sempat menjadi perbincangan hangat.

Atensi Kenan teralihkan, remaja itu mematung didepan pintu mobil yang telah terbuka setelah mendengar suara ambulance. Melihat bagaimana pergerakan lugas dari sejumlah tenaga medis saat mengeluarkan pasien dari ambulance, membuat pemuda itu hanyut dalam pikirannya sendiri. Beberapa hari lalu ia juga sempat berada dalam kondisi yang sama, meski pada hari itu dirinya tidak sadarkan diri, tetapi Kenan yakin suasannya tidak jauh berbeda dari apa yang ia lihat saat saat ini.

Hingga detik membawa pandangan Kenan pada seorang gadis. Gadis itu menangis tersedu seraya keluar dari ambulance dan mengikuti kemana tenaga medis membawa pasien yang baru saja diturunkan.

"Bang, ayo masuk"

Mengabaikan Rania. Kenan berlari menjauh, kembali memasuki rumah sakit.

"KENANN!!"

Menyisakan teriakan hampa Antariksa yang berakhir lenyap ditelan udara. Kenan menghilang dibalik keramaian pengunjung rumah sakit.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang