Setelah kejadian tidak menyenangkan yang menimpa Kenan, beberapa peraturan dan kebiasaan mension sedikit berubah. Selain keamanan yang semakin ditingkatkan, peraturan mengenai perjamuan makanpun turut berubah.
Jika biasanya seluruh keluarga besar Dewantara akan makan bersama didalam satu ruangan, kini tuan besar Dewantara mengeluarkan perintah mutlak, bahwasanya keluarga utama akan makan diruangan terpisah.
Hal ini tentu saja menguntungkan Kenan, sejak perintah mutlak itu disahkan suasana dimeja makan menjadi tidak terlalu formal. Sedari dulu tuan muda itu memang tidak terlalu menyukai suasana formal, namun demi menjaga wibawanya sebagai seorang tuan muda Dewantara, dengan amat terpaksa ia bersikap formal pada beberapa orang tertentu dan dibeberapa kesempatan. Tetapi tentu saja hal itu tidak berlaku saat Kenan sedang bersama keluarga dam teman-teman akrabnya.
"Kenan, gimana sekolah kamu hari ini?" Ujar tuan besar Dewantara ditengah-tengah berlangsungnya jamuan makan malam, ia hanya ingin memastikan Kenn tidak mengalami kesulitan setelah beberapa hari tidak hadir kesekolah karena sakit.
Suasana seperti ini lah yang Kenan sukai. Jika dulu sang ayah hanya akan menanyakan mengenai kegiatan pribadi dsaat mereka menghabiskan waktu bersama saja, tetapi kini telah berbeda.
"Baik, yah. Nggak ada masalah"
"Jangan capek-capek dulu, sayang. Kamu baru sembuh" Ujar Nyonya Alisa, istri pertama tuan besar Dewantara.
"Siap bunda cantik" pangeran Wakeel memberi hormat seraya tersenyum cerah.
"Cari pacar, Ken. Biar nggak gombalin bunda terus" Ujar Antariksa.
"Nggak usah ngajarin yang nggak bener, Anta. Kenan masih kecil" Ujar Mahawira.
"Tau nih bang Anta, masih kecil mana boleh pacaran" Ujar Rania.
"Tuh dengerin, Antariksa. Jangan ngeracunin anak kecil" Ujar Liona pada Antariksa seraya mengajak Rania bertos ria.
"Anak kecil apanya sih, kak?. Kenan itu tingginya udah mau nyalip aku" Ujar Antariksa membela diri, ia sungguh tak terima diojokkan oleh saudara-saudaranya.
"Udah gitu Kenan masih masa pertumbuhan sedangkan kamu udah mentok" Ujar Mahawira yang diriingi tawa renyah beberapa orang.
"Bukan cuma Kenan, kayaknya anak-anak sekarang memang generasi tiang listrik" Ujar Mahadewa memandang satu persatu keponakannya yang bertubuh tinggi.
Begitu hangat, suasana yang sangat jarang tuan besar Dewantara temui dimeja makan. Meski sebenarnya berbincang-bincang saat sedang makan itu adalah sesuatu hal yang kurang bagus, tapi bagi keluarga Dewantara yang memiliki jadwal padat, meja makan adalah satu-satunya tempat mereka berkumpul dengan utuh.
Tuan besar Dewantara ternyum senang, keputusannya untuk lebih memprivasi perjamuan makan keluarga utama ternyata membuahkan hasil manis, rasa lelah dan letih yang tuan besar Dewantara rasakan setelah seharian berkutik dengan pekerjaan, terasa melebur dan lenyap setelah melihat canda tawa keluarganya.
~~~●○☆○●~~~
Mr. X memainkan inhaler ditangannya, memutar-mutar benda kecil itu kemudian tersenyum bengis.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Mr. X, ia meletakan inheler itu diatas meja kemudian merapihkan sedikit penampilannya. Dengan posisi bersadar pada kursi kebanggaannya, Mr. X telah siap menerima informasi apa yang akan diberikan bawahannya.
"Dewantara dan Kenan besok pagi akan menghadiri acara pembukaan pekan olahraga, diperkirakan pukul 8, Mr."
"Menarik. Segera bertindak jika kalian melihat peluang, kemudian laporkan pada saya hasilnya" Ujar Mr. X.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Cerita PendekCerita ini hanylah fiktif belaka, murni karangan penulis tampa bermaksut menyinggung kalangan manapun. Seluruh tokoh adalah milik tuhan dan keluarganya, penulis hanya meminjam nama. HANYA FIKTIF BELAKA Bahasa tidak baku lo-gue