09

108 21 16
                                    

Satu unit mobil mewah berhenti dipelataran rumah sakit. Sejumlah wartawan yang menyadari kedatangan mobil Antariksa, tentu saja segera berbondong-bondong mendekat, guna mencari informasi terkini mengenai kondisi adik dari aktor ternama itu.

Antariksa mengepalkan tangan. Saat ini ia sangat ingin segera berlari kedalam sana dan memastikan kondisi sang adik. Namun, sederet wartawan justru menghalangi langkahnya.

"Tunggu sebentar, tuan muda. Saya akan minta pengawal yang berada didalam rumah sakit untuk menjemput tuan muda"

Pemuda itu mengangguk. Melihat banyaknya jumlah wartawan diluar sana, tentu saja Antariksa tidak akan bisa menerobos mereka semua. Tuan muda itu baru bisa memasuki rumah sakit setelah beberapa orang pengawal datang dan membukakan jalan untuknya.

"Ayah, gimana keadaan Kenan?" Pertanyaan itu terurai begitu saja setelah Antariksa sampai didepan ruang pemeriksaan.

Menyadari keberadaan sang adik, Mahadewa berdiri kemudian mendudukan Antariksa disamping sultan, menggantikan posisinya. Meski tidak diucapkan dengan kata-kata, Mahadewa dapat melihat bagaimana kacaunya Antariksa saat ini.

Tuan besar Dewantara menggelengkan kepala. Pria tua itu menyandarkan punggung pada sandaran kursi.

"Kita tunggu dokter dulu, Kenan belum selesai diperiksa" Ungkap Mahawira menjawab pertanyaan Antariksa.

Antariksa menunduk seraya mengusap wajahnya. Cemas, rasanya sangat sulit untuk Antariksa mengutarakan betapa cemas perasaannya saat ini. Setelah mendapat kabar bahwa Kenan dilarikan kerumah sakit, tuan muda itu segera meninggalkan kegiatan pribadinya dan bergegas menuju rumah sakit.

Hingga detik berlalu. Seorang dokter muda keluar dari ruangan pemeriksaa seraya mengusap keringat, ia menunduk sopan dihadapan seluruh keluarga Dewantara yang berada dihadapannya.

"Bagaimana keadaan putera saya? Tanya tuan besar Dewantara.

"Mohon maaf, tuan. Kondisi putera anda cukup serius sehingga kami perlu melakukan serangkaian pemeriksaan lebih lanjut pada sampel darah beliau" Ujar dokter itu.
"Untuk saat ini, pasien belum sadarkan diri dan masih sangat membutuhkan perawatan intensif, sehingga belum bisa ditemui dan dipindahkan keruangan biasa" Lanjutnya.

Tuan besar Dewantara menghela napas. Pria tua itu mengucapkan terima kasih sebelum dokter beranjak pergi.

Menyisakan keheningan ditempat ini. Mereka yang berada disana hanyut dalam pemkiran masing-masing.

~~~●○☆○●~~~

Waktu terus berjalan, 2 hari telah berlalu setelah kejadian itu. Keadaan Kenan cukup membaik sehingga dapat dipindahkan keruang perawatan. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kenan mengalami keracunan makanan.

Arsenik

Mereka tidak mengetahui entah sejak kapan zat beracun itu berada dimakanan atau minuman Kenan. Tetapi, satu hal pasti yang jelas saja diketahui oleh keluarga Dewantara. Kenan memang sengaja diracuni, karena hanya pemuda itu saja yang mengalami keracunan makanan setelah menyantap makan siang dikantin sekolah.

Seakan tidak terganggu dengan segala situasi diruangan ini, kedua mata seindah purnama milik Kenan masih begitu enggan terbuka. Didalam ruangan serba putih yang dipenuhi sejumlah peralatan medis, tuan muda terbaring lemah tidak sadarkan diri dengan sejumlah peralatan medis yang menempel ditubuh kurusnya.

Sementara itu, Rania mengganti bunga layuh didalam vas dengan bunga segar. Gadis cantik itu menghela napas kemudian menduduki kursi yang berada tepat disamping ranjang saudaranya

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang