18. Caffe Melati

61 6 4
                                    

Kenan menghempaskan tubuh diatas kasur. Pemuda itu mengusap kasar surainya mengingat pengakuan Viola beberapa saat lalu. Mengapa cinta semakin rumit bagi Kenan, ia tidak pernah menyangka jika dirinya akan terjebak didalam jalinan cinta segitiga.

Kenan menghela napas. Lenganya ia bawa menutupi mata, menghalau kilauan cahaya yang menusuk retina. Menikmati kelam yang menyapa, Kenan meresapi rasa dalam belenggu gamangnya semesta.

Hingga waktu berlalu. Detik hampir saja membawa Kenan mengarungi alam mimpi jika smartphonenya tidak bergetar, menampilkan satu pesan singkat disana dari Antariksa.

Bang Anta
Temui gue di caffe Melati malam ini jam 8

Me
Males ah, capek tau

Bang Anta
Gue tunggu, Ken
Ada urusan penting, jangan kasih tau siapapun kalau lo mau nemuin gue

Me
Apa sih, bang Anta
Sok misterius banget

Bang Anta
Gue tunggu

Kenan menghela napas. Mengabaikan pesan terakhir Antariksa, remaja itu lekas bergegas membersihkan diri sebelum kantuk kembali menimangnya.

~~~●○☆○●~~~

Taburan jutaan bintang diatas sana mengiringi laju mobil yang ditumpangi Kenan. Membelah keramaian malam Jakarta yang tidak pernah usai.

20 menit berlalu. Mobil Kenan berhenti dihalaman caffe Melati, tempat yang sebelumnya Antariksa sebutkan. Remaja 17 tahun itu keluar dari mobil seraya mengedarkan pandangan keseluruh penjuru caffe, berusaha menemukan keberadaan Antariksa ditengah padatnya pengunjung caffe.

"Tuan muda, Kenantara"

Kenan menoleh. Mendapati salah seorang pengawal Antariksa sekaligus asisten pribadi pemuda itu. Tampa harus banyak bicara, pria itu membawa Kenan menuju ruangan khusus yang Antariksa tempati bersama seorang wanita. Pria itu mohon undur diri setelah mengantar kenan, meninggalkan kedua tuan mudanya bersama seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan.

"Duduk dulu, Ken"

Meski sedikit bingung. Kenan tetap menurut, mendudukan diri disalah satu kursi kosong disana.

"Mau makan dulu?"

"Nggak usah, gue udah kenyang. Lagian ngapain si, bang?. Bukannya pulang aja kerumah"

Antariksa tersenyum tipis kemudian mengusap kepala Kenan.

"Tadi alasan apa sama ayah?"

"Mau ketemu teman" Jawab Kenan.

Sejenak, Antariksa terdiam. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengutarakan sesuatu yang mungkin akan membuat Kenan terkejut setengah mati. Ia mengalihkan pandangan pada wanita dihadapan mereka, melemparkan senyum tipis seraya mengusap bahu Kenan.

"Dia udah pintar bohongin ayah, ma. Bukan aku kok yang ngajarin, mama harus percaya" Begitu tenang. Antariksa melontarkan kalimat tampa ragu.

"Ma?. Ibu ini mama lo?, ehh tapi bukan kan?"

Antariksa beralih menggenggam tangan Kenan. Senyum getir ia tunjukin pada Kenan yang memang tidak pernah mengenal siapa sosok wanita dihadapan mereka.

"Beliau....,mama lo, Ken" Ujar Antariksa.
"Mama lo dan Rania" Lanjutnya.

Bagai disambar petir. Darah Kenan berdesir bukan main mendengar penuturan Antariksa. Remaja itu memandang tak percaya pada wanita tersebut, yang tidak lain adalah ibunya, Sahara. Seakan masih tidak percaya, Kenan tertawa sumbang menutupi gelisah pada relung perasaan.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang