16. Rasa Tidak Percaya

65 6 6
                                    

Bagaskara tampak pongah disinggasana langit, membiaskan teriknya hingga menerpa beberapa bagian bumi. Dibawah naungan pohon rindang, seorang remaja berteduh nyaman seraya menghirup dalam aroma mawar merah dalam genggamannya.

Setelah perbincangan singkat bersama Antariksa semalam, Kenan merasa beban dalam benaknya perlahan menghilang ditelan harapan. Mengurai gamang yang bersarang, remaja itu pada akhirnya memantapkan hati untuk berbicara empat mata bersama Aira. Mengungkapkan rasa, atau mungkin saja setelahnya akan bersama membangun mahligai cinta.

Mendapati atensi Aira yang perlahan mendekat. Kenan berdiri tegap seraya menyembunyikan setangkai mawar merah dibelakang punggungnya.

"Mau ngomong apa? Tumben ngajak ketemuan" Tampa berbasa-basi sebagai pembuka. Aira melontarkan pertanyaan.

Memandang wajah manis Aira. Kenan tersenyum tipis menatapi rupa menawan gadis itu.

"Gue...maksutnya aku mau ngomong serius"

"Apa?"

Kenan menggigit bibir bawahnya. Merasakan degub jantungnya yang berdetak dua kali cepat, remaja itu menarik napas pelan, berusaha mengusir gugup yang tiba-tiba datang melanda. Sementara itu, Aira berdecak kesal melihat keterdiaman Kenan.

"Apa sih, Ken?. Kalau nggak ada apa-apa gue pergi aja" Aira berbalik. Melangkah meninggalkan Kenan. Namun, tampa Aira duga, Kenan menghadang jalannya kemudian berlutut seraya mengacungkan setangkai mawar merah.

"Ai..,kitakan udah kenal lumayan lama. Baik aku ataupun kamu, kita udah sama-sama bukan lagi anak kecil yang nggak mengerti sama yang namanya cinta. Jujur aja, aku udah suka kamu dari lama" Kenan terdiam sejenak. Pemuda itu memandang Aira sejenak, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Kamu maukan jadi pacarku?" Lanjut Kenan penuh harap.

Aira terpaku. Terdiam tampa kata seolah sastra telah lenyap dari benaknya. Apa yang dilakukan Kenan benar-benar diluar nalar Aira, ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan pengakuan cinta tidak terduga dari seorang tuan muda Dewantara.

"Aira??" Kenan memecah keheningan. Masih dengan posisinya, Kenan mencoba meraih tangan Aira. Namun, serupa sambaran petir disiang hari, Kenan terkejut bukan main karena Aira menepis tangannya.

"Lo apaan sih, Ken?"

"Aku...aku suka sama kamu" setenang mungkin. Kenan tetap berusaha mengungkapkan perasaan, meski dirinya terkejut pada respon yang Aira tunjukkan.

Aira terkekeh. Tertawa begitu keras seakan apa yang diucapkan Kenan adalah sebuah lelucon hebat. Gadis itu terbahak hingga air mata sedikit menggenangi sudut matanya.

"Lo?. Nembak gue pakai bunga ginian?" Aira meraih mawar dalam genggaman Kenan.
"Dengar ya, Ken. Gue sukanya bunga bank, bukan buka kayak gini" Tampa perasaan. Aira membuang acuh bunga itu layaknya benda tidak berharga.

Kenan tak mampu berkata. Gadis dihadapannya tidak seperti Aira yang ia kenal. Bangkit dari posisi berlututnya, Kenan menatap sendu wajah angkuh gadis itu.

"Ai, lo lagi becandakan?" Kenan masih tidak percaya, gadis yang dulu begitu santun kini berubah 180°.

Aira kembali tertawa. Memandang sinis pada Kenan yang tampak masih begitu terkejut.
"Kenapa?. Lo, nggak terima gue tolak?"

"Lo benaran permainin gue ya?. Apa maksutnya surat lo dikado itu, Aira?"

"Bodoh" Aira berbalik memunggungi Kenan.
"Segitu mudahnya lo gue tipu. Dulu, memang iya gue ngincar lo karena lo kaya, tapi sekarang gue udah punya cowok yang lebih kaya dari lo. Jadi, lo jangan ngarep, lo itu bukan tipe gue, Kenan" Meninggalkan Kenan bersama sejuta luka, Aira melangkah menjauh setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.

Sakit. Kenan tertawa miris, pemuda itu meremas dadanya yang terasa sesak bukan main. Ia meluruh,menjatuhkan diri diatas rerumputan bersama perih yang menikam tajam perasaannya. Sebelum memantapkan hati menyatakan cinta pada Aira, sejatinya remaja itu telah memikirkan konsekuensi dasar yang akan ia terima jika seandainya Aira menolak. Tetapi, Kenan tidak menyangka jika luka dari kegagalan itu akan seperih ini. Selayaknya luka basah yang dikucuri alkohol, relung hati Kenan meraung pedih tampa suara.

Meratapi kehebatan semesta dalam mempermainkannya, Kenan termenung sunyi. Pandangan remaja itu mengosong seiring rinai pada kedua matanya. Memandang langkah Aira yang menjauh, Kenan meremas rerumputan hijau hingga buku tangannya memutih.

Selain paras. Kepribadian serta keramahan Aira telah membuat Kenan jatuh hati. Senyuman semanis gula yang kerab kali Aira tunjukan, tampa sadar telah menjadi nilai tambah sebagai pelengkap kecantikan rupa gadis itu. Namun, apa yang baru saja Kenan alami terasa begitu sulit untuk remaja itu tafsirkan, meski pada kenyataannya pemuda itu melihat secara langsung, tetapi semua terasa begitu gamang untuk benak Kenan terima.

Masih ditempat dan posisi yang sama. Kenan menunduk dalam, menyembunyikan ketidakpercayaannya pada kenyataan yang sudah ditakdirkan untuknya.

Ditengah belenggu luka yang semesta titipkan. Kenan terpaku hingga seseorang merengkuh tubuhnya, memberikan kehangatan pada perasaan Kenan yang masih terluka parah. Tampa Kenan sadari, seseorang tersebut sejatinya telah berada ditempat itu sedari tadi, bersembunyi dibalik rimbunnya bunga, menyaksikan bagaimana angkuhnya Aira menolak perasaan Kenan.

BERSAMBUNG..

Hehe...

Aku balik lagi, tapi pendek aja karena lagi sok sibuk🤭

Maklum, dunia pendidikan itu emang banyak dramanya. Jadi, lebih fokus kesitu dulu buat sekarang

Ucapan terima kasih masih diberikan kepada pembaca setia. Terima kasih vote dan komentarnya, semoga kalian sehat selalu.

Jangan lupa vote dan komen biar aku makin semangat.

Terima kasih

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang