Kicau burung diluar sana terdengar layaknya harmoni alami dipagi hari. Menepikan sunyi, mengiringi setiap pergerakan sang pemilik kamar.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Pagi ini Kenan kembali terbalut rapih seragam sekolah. Seraya merapihkan dasinya, pemuda itu bersenandung ria menyahuti kicauan burung diluar sana.
Kenan melangkah menuju meja berukuran sedang disudut kamar, bermaksut memilih jam tangan untuk pelengkap penampilannya hari ini. Namun, tumpukan kado tampa sengaja mengalihkan atensi sang tuan muda.
Kado ulang tahunnya beberapa waktu lalu masih tersusun rapih, mendiami hampir seluruh bagian meja karena Kenan belum sempat membuka dan menepikan barang-barang tersebut ketempat lain.
Mengabaikan deretan jam tangan didalam laci, pemuda itu mengambil beberapa kotak kecil dideretan teratas. Membaca satu-persatu nama yang tercantum pada kotak kado.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Kenan membuka kado tersebut kemudian tersenyum tipis. Selembar sapu tangan putih bermotif mawar, Kenan keluarkan dari kotak tersebut beserta dengan suaratnya.
~~~●○☆○●~~~
Waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi kala Kenan memasuki kelas. Bercengkrama hangat serta sekedar bertegur sapa dengan beberapa teman sekelasnya. Pemuda itu meletakkan tas diatas meja. Memposisikan diri menduduki kursi kosong disamping Leo.
"Udah masuk aja, Ken. Boleh sama bunda, lo?" Leo memutar pandangannya pada Kenan.
"Lumayan susah dapat izin tapi berhasil sih"
Leo mengangguk beberapa kali dan setelahnya kembali fokus pada game dibenda pipih kesayangannya. Remaja itu sempat menawari Kenan untuk bergabung, tetapi sayangnya pagi ini sang tuan muda terlihat enggan terlibat.
Detik berlalu, membawa pandangan Kenan pada Aira. Meski langit tampak cerah diluar sana, tetapi kelabu pada raut wajah gadis itu masih tampak berbalut luka. Kenan mengerti, kejadian kemarin yang menimpa Viola tentu saja masih membekas nyata dibenak Aira.
Tidak seperti kemarin saat dirinya bertindak tampa ragu merengkuh tubuh Aira. Kali ini gunda membelenggu Kenan. Mengingat tindakannya kemarin, Kenan hanya takut Aira merasa tidak nyaman.
Mengeluarkan sebatang coklat dari dalam kantong celananya, Kenam bermaksut memberikan makanan manis itu pada Aira sebagai pelebur luka dan permintaan maafnya karena kemarin begitu lancang memeluk gadis itu tampa izin.
Setelah memantapkan kenyakinannya. Kenan hendak beranjak menghampiri Aira. Namun, atensi seorang pemuda mengurungkan niat Kenan, ia hanya terpaku memandang remaja seusianya yang baru saja menempati kursi kosong disebelah Aira. Dalam pandangan Kenan, keduanya teelihat akrab satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Short StoryCerita ini hanylah fiktif belaka, murni karangan penulis tampa bermaksut menyinggung kalangan manapun. Seluruh tokoh adalah milik tuhan dan keluarganya, penulis hanya meminjam nama. HANYA FIKTIF BELAKA Bahasa tidak baku lo-gue