Aira menyentak tangannya dari genggaman Viola, pandangan sinis ia tikamkan pada gadis itu. Meski dirinya sadar bahwa ia tak mempunyai hak atas perasaan ini, tetapi perasaannya tetap terluka setiap mengingat kedekatan Viola dan Kenan kemarin.
"Ai, lo kenapa sih?. Gue ada salah?" Ujar Viola.
"Nggak ada, gue yang salah karena terlalu percaya sama lo" Ujar Aira.
Viola mengernyit, ia memandang bingung pada Aira. Sungguh dirinya tidak mengerti mengapa tiba-tiba Aira bersikap seperti ini.
"Gue rasa kita perlu bicara, Ai" Ujar Viola.
"Nggak perlu, dasar penikung"
"Penikung?"
"Halah udahlah, lagian gue cuma suka sama Kenan dan bukan pacarnya. Gue aja yang aneh kok bisa ngerasa ditikung gini"
"Lo suka sama gue?"
Aira dan Viola menoleh kemudian saling memandang satu sama lain melihat Kenan dan Leo mendekati mereka.
Aira memukul-mukul bibirnya beberapa kali, merutuki kebodohannya yang terlalu terbawa emosi hingga tidak menyadari situasi sekitar, terlebih lagi ucapannya tentu saja bukan hanya didengar oleh Kenan dan Leo, tetapi beberapa orang yang berada disana dapat dipastikan juga mendengar hal yang sama.
"Kenan!!" Cicit Aira.
"Maksut ucapan lo gimana?" Tanya Kenan.
Viola tertawa. Meski terkesan garing tetapi setidaknya gadis itu sedang mencoba mencairkan suasana, agar perhatian Kenan tidak terlalu berpusat pada apa yang pangeran muda itu dengar.
"Gini loh, Ken. Aira itu fans fanatik lo, makanya dia ngerasa ketikung aja kalau ada yang lebih akrab sama lo" Ujar Viola beralasan.
"Gue maksutnya?" Tunjuk Leo pada dirinya sendiri.
Viola memutar mata, sungguh jengah memiliki teman seperti Leo.
"Ya masa lo, Le. Kecuali kalau lo nganggap Kenan lebih dari sekedar teman" viola mendengus kesal.
"Atau jangan-jangan lo memang suka sama Kenan?" Tiding gadis itu seraya menunjuk Leo."Heh ya kali gitu" Ujar kompak Kenan dan Leo.
"Ya makanya, Lro suka aneh deh" Ujar Viola.
Sementara itu, Aira semakin dibakar api cemburu melihat interaksi antara Kenan dan Viola, ia beranjak pergi meninggalkan mereka semua tampa sepatah katapun.
~~~●○☆○●~~~
Rembulan malam tampak perkasa disinggasana langit, membiaskan cahaya hingga meringkuk masuk melewati celah-celah jendela kamar seorang gadis.
Terhitung sudah hampir 30 menit lamanya Aira berkutik didepan kaca, ia memoles indah setiap lekuk bagian wajahnya dengan riasan natural yang tampak menawan. Dalam balutan dress selutut berwarna merah muda, gadis manis itu tersenyum puas memandangi penampilannya.
"Anak ibu cantik banget" Ibu Aira berujar lembut seraya memasuki kamar puterinya.
"Iya dong, siapa dulu ibunya" Aira tersenyum cerah.
"Ai, maaf ya ibu sama ayah cuma mampu belikan kamu baju ini, pasti nggak sebagus baju teman-teman kamu"
Aira berbalik kemudian tersenyum hangat memandangi wajah teduh sang ibu.
"Ini aja udah cukup ko, bu. Lagian yang pentingkan kehadirannya bukan kostumnya"
Wanita paruh baya itu tersenyum seraya mengusap lembut kepala Aira. Memiliki Aira merupakan anugerah terindah baginya. Meski tumbuh didalam lingkungan keluarga sederhana dan jauh dari kesan mewah, gadis itu tidak pernah mengeluh pada keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Short StoryCerita ini hanylah fiktif belaka, murni karangan penulis tampa bermaksut menyinggung kalangan manapun. Seluruh tokoh adalah milik tuhan dan keluarganya, penulis hanya meminjam nama. HANYA FIKTIF BELAKA Bahasa tidak baku lo-gue