14

2.6K 219 14
                                    

🌊

Terhitung sudah seminggu lamanya Sea kembali fokus pada apa yang ia kerjakan.

Belajar.

Tak perduli seberapa larut dirinya tidur, seberapa lapar perutnya berbunyi, seberapa terasa penuh otaknya diisi oleh rentetan rumus dan kalkulus.

Sea terus fokus pada tujuannya untuk masuk ke dalam peringkat sepuluh besar.

Ia bahkan tak pernah lagi main ke rumah sakit walau sekadar untuk melihat Jimmy bekerja.

Apalagi jika ujian kenaikannya akan segera tiba esok hari.

"Apa kau sebegitu inginnya masuk sepuluh besar?" Kata Book sembari meletakkan semangkuk sup di hadapan Sea.

Pun Sea yang diajak bicara hanya mengangguk dan menyantap makan malamnya itu tanpa memalingkan pandangan dari buku tebal di hadapan, "Terimakasih." Kata Sea sembari terus mengerjakan soal-soal yang sudah mulai berdamai dengan otaknya.

"Hei hei! memangnya tidak panas???" Book mendesis histeris saat menatap Sea melahap sup panas di hadapannya itu tanpa meniupnya terlebih dahulu.

Seperti radar yang baru dinyalakan, ucapan Book menyadarkan Sea akan bagaimana panasnya sup yang kini membakar lidah pria itu tanpa ampun.

Sea memaki pelan sembari berjinjit dan menari kepanasan sebelum meraih botol minumnya di atas meja.

"Bodoh." Kekeh Book kemudian.

"Kenapa baru bilang??"

"Kenapa kau baru sadar? Memangnya ibu pernah memberikanmu makanan dingin hah?"

"Ck.jangan berisik Book. Aku sedang menuju jalan kesuksesanku."

"Sea, tidak bisakah kau jangan berlebihan? Bahkan kau sudah mimisan dua kali minggu ini."

Sea menoleh ke arah Book dengan senyuman yang sudah mengembang, "bukankah aku terdengar keren? Mimisan karna terlalu banyak belajar? Ya Tuhan aku tak menyangka hari seperti itu akan tiba." Bahkan kini Sea sedang menepuk bangga lengannya sendiri.

"Bodoh."

"Hei, jangan kurang ajar dengan calon kakak iparmu."

"Kakak ipar pantatku."

"Yaaa! Book bukankah kau mendukungku?"

"Hmm... yah memang sih. Tapi fyi saja, di bawah sedang ada saingan terberatmu."

Sea yang tadinya masih membelakangi sang sahabat itu segera menatap Book dengan sanksi, "maksudnya bagaimana?"

"Lihat saja di bawah." Tak membutuhkan waktu lama, Sea segera keluar dari dalam kamar dan mengintip ke arah ruang tengah, tepat dari lantai dua.

Puimek. Gadis itu di sini. Di rumah keluarga Jimmy. Sedang tertawa dan bercanda dengan kedua orang tua Jimmy. Bahkan Jimmy tengah duduk di sebelah wanita itu, memperhatikan.

Pemandangan apa ini? Menyebalkan sekali.

Sea segera berjalan menuruni tangga, membuat langkahnya seberisik mungkin agar mereka semua memperhatikannya.

Rencananya berhasil, haru saja Sea menuruni beberapa anak tangga, Baifern segera menyapa dan memanggilnya.

"Ah, Sea sayang. Bagaimana belajarnya? Apa sup bibi enak?"

Tentu saja Sea berusaha menampilkan senyum termanisnya sebelum berjalan mendekat ke arah mereka, "hari ini aku tidak mimisan, bi. Dan supnya sangat enak sekali."

Disana Puimek memperhatikan Sea dengan senyum yang masih terpasang. Tentu saja yang diperhatikan pura-pura tak melihat.

"Hahaha. Kenalkan. Ini sahabat Book, namanya Sea. Dia sudah seperti anak kami sendiri." Pun Naphat yang baru saja berdiri itu menghampiri Sea untuk memeluk pundak pria di sebelahnya.

My Hiia (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang