1

9.3K 311 3
                                    

🌊

Sea menatap pintu berwarna Putih untuk kesekian kalinya. Sea bahkan tak mendengarkan perkataan dari Book yang sedari tadi berceloteh.

"Hei, kau menunggu apasih?" Katanya sembari memukul buku tebal yang terbuka dihadapan Sea.

Sea yang diajak bicarapun segera mengalihkan pandangannya dan kembali pada apa yang sedang ditulisnya, "tidak."

"Hia Jimmy takkan pulang hari ini. Dia bahkan sudah pergi dari kemarin."

"Siapa juga yang mencarinya!" Sea kemudian mengalihkan pandangannya menatap buku, berharap hal itu dapat menyamarkan rasa gugupnya. Tentu saja sang sahabat yang sudah mengenalnya selama tiga tahun itu tak mudah untuk ditipu.

"Alah, tak usah membohongiku. Aku sudah tau semuanya. Kau suka Hia Jim, kan?"

Sea menghentikan aktivitas menulisnya. Sea bahkan tak berani menatap Book yang kini sedang berpangku tangan dan menatapnya dengan intens,
"a.apa yang kau katakan, sih."

"Jujur saja. Aku sudah tau semuanya. Kau yang biasanya selalu malas saat kuajak belajar bersama mendadak berubah rajin jika kuajak belajar dirumahku, itu alasannya bukan? Sea kau bukan orang pertama yang jatuh cinta pada Hia Jim."

"maksudnya?"

"Lihat. Kau terlalu mudah di tebak. Begini, Sea. Karena kau sahabatku, aku akan mengingatkanmu, jangan menyukainya. Ia tak pernah serius dalam percintaan."

Sea menghela nafasnya pelan, "aku..tahu."

"Hah? Kau tahu? Lalu kau tetap menyukainya??" Sea terlihat berpikir dan mengangguk pelan.

"Hei, kitakan masih muda, bahkan masih banyak pria lain yang menyukaimu. Jangan sampai kau terjebak dengan Hia Jim. Kuakui ia tampan, tapi ia sungguh brengsek." Book yang tadinya bersandar, kini mendekatkan tubuhnya ke arah sea

sembari berbisik, "kau tahu, bahkan aku pernah memergokinya membawa orang yang berbeda tiap malam ketika ayah dan ibuku dinas luar kota."

Sea kembali menghela nafasnya, "aku juga tahu itu."

"Hah?!?! Kau tahu?! Lalu kau masih nekat menyukainya?? Jadi alasan kau menolak semua pria yang menyukaimu adalah karena Hia Jim???"

Sea mengangguk untuk kesekian kalinya. Sesi belajar kali ini lebih mirip seperti sesi interogasi bagi Sea, "aku pernah melihatnya di mall dengan orang yang berbeda. Bahkan mereka tak malu untuk berciuman di depan publik."

"Lihat! Jika aku jadi kau, aku akan menjernihkan pikiranku dan kembali ke jalan yang benar. Seaa! Jangan tersesat!"

"Tidak mau, ini hakku!"

Book menggigit ujung penanya dengan gemas, "sepertinya kau harus disadarkan."

"Aku sepenuhnya sadar."

"Tidak. Sea Kuberitahu, Hia Jim tak suka anak kecil. Kita masih kecil di matanya."

"Biar saja."

"Yasudah terserah kau. Aku hanya mengingatkan." Sang sahabat yang sudah lelah menceramahi pun hanya bisa mendesis pelan.

"Seharusnya kau mendukungku."

"Aku melindungimu. Dia tak pantas untukmu."

"Siapa tahu aku bisa merubahnya."

Book tertawa pelan, "Sea, kau dengan pikiran polosmu itu benar-benar membuatku gemas. Yayaya nikmatilah cinta monyetmu ini."

"Enak saja! Ini cinta yang tulus, bukan monyet-monyetan."

My Hiia (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang