39

3.1K 256 25
                                    

🥑

Gawat. Gawat. Gawat.

Sea sedang dalam situasi gawat.

Kejadian yang selama ini selalu dihindari dan di cercanya saat terjadi pada orang lain justru menimpa dirinya sendiri.

Apakah Sea benar-benar tidur dengan Jimmy? Jimmy yang itu???

Gawat. Gawat. Gawat.

Ini situasi gawat.

Sea tak tahu harus menyalahkan siapa karena ia sama sekali tak mengingat kejadian kemarin
malam.

Tapi bukankah Jimmy yang harusnya disalahkan disini??

Kurang ajar sekali ia berani merenggut keperjakaan Sea yang selama ini dijaganya setengah mati.

Dalam keadaan mabuk???

Sea menunduk sembari memegang kepalanya seakan ia akan lepas jika tak ditahan.

Kakinya mengetuk bumi berulang kali seperti penjahit yang kejar setoran.

Sial. Sial. Sial.

Sea duduk dan bangkit berulang kali. Menggigit kuku dan bibirnya tanpa henti seakan jawaban akan didapatnya kembali.

Tidak. Tidak. Tidak.

Apa yang akan dikatakan ibunya?!

Apa yang akan dikatakan orang-orang jika dirinya.......hamil??

Apakah bisa hamil hanya dengan sekali main? Apa kami sesubur itu???

Sea duduk dan mengulangi aktivitas memegangi kepala dan menghentakkan kakinya lagi.

"Ingatlah sesuatu, bodoh!!" Pukulan keras dilayangkan Sea pada keningnya dan berharap otak kecilnya ini bersedia diajak kerjasama untuk memutar kilas balik kejadian semalam.

"Semalam...semalam...semalam aku minum dengan Book."

Kami memesan berbagai macam minuman keras dan menghabiskannya seperti sebuah lelucon. Lalu.. lalu. aku ingat dibotol ke sembilanku, aku.. aku.. aku.. TIDAK INGAT!!!!

"Aduh lalu apa yang terjadi kenapa aku bisa sampai tidur dengan Hia Jimmy???"

Tiba-tiba ponsel Sea bergetar hingga mengejutkannya.

Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal terpampang pada layar datarnya.

"Halo?" Tanpa banyak curiga, Sea pun menjawab panggilan itu.

"Kau dimana?"

Suara ini... Hia Jimmy?!

Pip.

Sea menekan tombol merah dan memblokir nomor itu kemudian.

Keringat dinginnya kembali muncul saat mendengar suara lelaki itu.

Seingat Sea, nomor Jimmy sudah diblokirnya beberapa waktu lalu. Dan lelaki itu selalu memakai nomor baru saat menghubunginya. Apakah Sea harus ganti nomor saja?!

Tidak. Tidak. Tidak.

Jika kau hamil bagaimana? Kau harus minta pertanggung jawaban darinya. HAH?? YANG BENAR SAJA!!

Sea memijit pelipisnya yang terasa pening. Ia berharap segera menemukan potongan ingatan akan kejadian kemarin malam.

Untuk kedua kalinya, ponsel Sea kembali bergetar. Bukan panggilan dari Jimmy, melainkan Luke lah yang menghubunginya.

"Halo?"

"Jangan mentang-mentang akan menikah dengan pemilik restoran ini lantas kau mangkir lagi, ya?! Bukankah seharusnya kau masuk hari ini??"

My Hiia (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang