End

4.7K 297 64
                                    

🥑

Sea menatap Jimmy yang juga sedang memandangnya dengan tatapan kesal.

Jimmy dengan kedua tangannya yang masih mengunci Sea. Dan Sea yang berada di bawah lelaki itu juga sedang berusaha keras untuk tidak terlihat lemah pada posisinya.

"Sangat merusak suasana." Kata lelaki yang kini sudah bangkit dan duduk pada sudut ranjang itu.

Tentu saja Sea dengan segala rasa ingin tahunya yang membuncah tak membiarkan Jimmy menghindar. Anehnya, ia kembali mendekati Jimmy dan duduk dipangkuan lelaki itu tanpa rasa malu sedikitpun, "Siapa yang merusak suasana? Aku? Pertanyaanku? Atau Puimek?" Katanya sembari memeluk tengkuk Jimmy.

Entah keberanian darimana, namun saat ini jelas Sea tak memegang akal sehatnya.

Pun Jimmy mengalihkan matanya pada manik Sea yang penuh dengan binar ingin tahu, "Kau bercanda?" Katanya.

"Memangnya aku bercanda? Aku sungguh-sungguh ingin tahu. Tapi aku tak mau kau marah dan pergi meninggalkanku yang masih ingin bersama denganmu." Sea menatap Jimmy seperti seekor anak anjing yang tak bersalah, "Maksudku ini keinginan anak ini." Revisinya dengan cepat.

Jimmy menghela nafasnya sebal.

"Apa salahnya sih menjawab? Seperti kau akan mati saja."

"Meskipun kau berkelit, aku akan selalu menanyakan hal ini sampai kau memberiku jawaban yang memuaskan."

"Seperti pertanyaan kenapa kau memutuskan pertunanganmu dengan Puimek, kenapa kau mencariku, dan kenapa kau memaksaku menikah denganmu sebelum aku hamil. Rasanya terlalu banyak 'kenapa' hingga bisa kukumpulkan dan kujadikan sebuah buku."

Jimmy melepas pelukan Sea pada tengkuknya.

Lelaki itu menggeser Sea dengan lembut dan segera berdiri. Ia terlihat akan segera meninggalkannya.

"Hei mau kemana?" Teriak Sea yang suaranya tak diindahkan oleh Jimmy.

Sea pun segera berlari mengejar Jimmy yang belum sempat memegang kenop pintu kamarnya, "Jangan tinggalkan aku." Mata Sea mulai berkaca-kaca, "Kau boleh menjawab pertanyaan ini besok. Tapi malam ini jangan tinggalkan aku. Anakmu sedang ingin dimanja." Rengeknya sembari menarik ujung kaus Jimmy.

"Kau menyebalkan." Kata lelaki yang sedang memijit pelipisnya disana.

Pun Sea tak ingin kalah dengan argumen Jimmy "Jika menyebalkan adalah sebuah turnamen, tentu kau adalah pemenangnya!" Namun kalimat dan tingkahnya tak berjalan beriringan.

Dibalik wajah kesalnya, Sea kini justru memeluk Jimmy dengan begitu erat.

Dan lagi-lagi suara helaan nafas terdengar dari Jimmy.

Dengan langkah malas, lelaki itupun menggendong Sea kembali pada ranjangnya.

🥑

"Jadi?" Kata wanita yang sedang menyeruput es kopinya itu. Pandangannya terlihat malas dan jengah pada saat yang bersamaan.

"Yah, kalau kau tidak sibuk-"

"Aku SANGAT sibuk." Katanya lagi.

"Ayolah, hanya sepuluh menit. Tidak. Tidak. Lima menit juga tak apa."

"Jadi kau, istri dari mantan tunanganku datang jauh-jauh kemari karena ingin menanyakan
mengapa pertunangan kami batal? Bukankah kau sangat tidak peka Tuan Sea?" Puimek melipat tangannya di depan dada pandangannya lurus
menatap Sea yang masih meringis di hadapannya.

"Kau tahu sendiri jika Hia Jimmy takkan pernah memberitahukanku perihal itu."

"Apa kau tahu berapa banyak air mata yang kuhabiskan saat Jimmy memutuskan pertunangan kami?"

My Hiia (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang