20

3K 252 8
                                    

🌊

"Turun."

Sea menggeleng mantap dengan wajah pucatnya.

Semakin Jimmy mendorong Sea untuk segera keluar dari mobil, semakin erat pegangan Sea pada seat belt yang masih melingkari tubuhnya.

Saat ini keduanya sudah berada di depan kediaman ibu Sea.

Bukan bertemu dengan sang ibu yang membuat wajah Sea memucat, tapi apa yang akan dikatakan oleh Jimmy di dalam sana.

"Hia. Kumohon jangan begini."

"Kalau kau tidak memberitahuku, biarkan aku bertanya pada ibumu berdasar asumsiku."

"Itu sama saja dengan kau memenggal kepalaku hidup-hidup, Hia" Sea berteriak dan memukul tangan Jimmy berulang kali.

Jimmy berdecak kesal. Setelah memperhatikan Sea beberapa detik sembari berkacak pinggang, lelaki itu kembali masuk ke dalam mobil dan menatap Sea lekat-lekat, "kalau begitu aku akan datang tanpamu besok."

"HIAA!!"

"Bisakah kau tidak usah berteriak? Aku tidak tuli."

"Kenapa kau jadi begini sih? Apa hobi barumu adalah mengusik urusan orang lain??"

Manik mata Jimmy menatap Sea tajam, "Kau bukan orang lain."

Tercekat. Demi apapun Sea sangat tercekat.

"Kau kan sudah menjadi kekasihku."

Tersadar dari lamunannya, Sea kembali bergidik mendengar kalimat Jimmy, "sampai kapan kau akan meneruskan permainan ini?"

Jimmy mengangkat pundaknya sembari menyalakan mesin mobil.

"Bahkan aku sudah terlalu terlambat untuk menerima hukuman lari keliling lapangan."

"Memangnya siapa yang akan mengantarmu ke sekolah?"

"Hah?" Sea mendelik ke arah Jimmy. Antara ingin protes dan terkejut entah mana yang lebih mendominasinya.

"Kau berada dalam pantauanku sampai kau membuka mulutmu."

🌊

Sea menggenggam erat tangan Jimmy hingga lelaki itu mendelik ke arahnya.

"Apa? Bukankah kau kekasihku? Kenapa menampilkan wajah masam begitu?" Sea mempertontonkan deretan gigi rapinya kepada Jimmy yang merasa terganggu oleh jemari mereka yang saling bertaut.

Ingin membalas ucapan Sea, namun tentu saja Jimmy terlalu malas berdebat. Apalagi di rumah sakit, yang notabenenya adalah tempat dimana dirinya dikagumi serta dijunjung tinggi.

Jika ia ngotot mencampuri urusanku, biar aku tunjukkan bagaimana merepotkannya aku sebagai Seorang 'kekasih'nya.

Sea tersenyum puas saat Jimmy kembali berjalan memasuki rumah sakit tanpa repot-repot berdebat dengan dirinya.

"Woah, pemandangan apa ini?" Gun yang sudah berada di meja frontliner itu membuat sebuah tepuk tangan kecil ketika melihat Jimmy dan Sea bergandengan tangan tanpa embel-embel Jimmy yang mengomel ataupun menghindar.

"Phii Gunn!!" Sea melambai penuh semangat ke arah Gun, "Phi, maafkan aku. Walau aku sangat merindukanmu, tapi aku tidak dapat bermain denganmu kali ini. Yah.. asal kau tahu, aku sudah menjadi kekasihnya. Jadi untuk merayakan hari besar ini, aku harus menemani dan melayaninya dengan kasih sayangku seharian." Sea sengaja memamerkan genggaman tangannya dan Jimmy.

Gun dengan wajah pura-pura seriusnya itu masih terus meladeni Sea, "Loh, kenapa turun pangkat? Bukankah dulu kau ini calon istrinya?"

"Ah, ceritanya panjang. Semua berawal dari cium-" Jimmy tak membiarkan Sea berkata lebih banyak lagi. Lelaki itu segera menyeret Sea menghilang dari sana walau tangan Sea masih sempat melambai kepada Gun.

My Hiia (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang