Makan Siang

1.5K 159 6
                                    

Di dalam kantin yang ramai, suara gemerisik percakapan dan tawa siswa-siswa mengisi udara, menciptakan atmosfer yang hidup dan ceria. Sinar matahari yang menembus jendela membuat suasana lebih hangat di tengah keramaian, deru langkah kaki siswa menjadi latar belakang yang menyenangkan.

Renjun sedikit bingung ketika Jaemin mengajaknya pergi ke kantin bersama. Hanya Jaemin, tanpa teman-teman satu gengnya. Rasanya aneh, tapi dia memilih untuk menuruti permintaan Jaemin. Meskipun begitu, dia tetap bersyukur karena tidak perlu menguras tenaganya untuk berlari membeli roti melon kesukaan Jaemin seperti biasanya.

Namun, Renjun membawa bekal hari ini, sesuatu yang jarang dilakukannya. Dengan perut yang mulai menggerutu, ia berencana untuk menikmati bekalnya nanti setelah menemani Jaemin makan.

"Ponselku tertinggal di kelas. Jaga makananku, awas saja kau!" Renjun mengangguk. Dia membiarkan Jaemin menaruh nampan berisi makanan di meja dan fokus meminum susu kotak yang tadi dibelinya.

Tiba-tiba, seorang siswa mendekati Renjun dengan sikap yang menantang. "Wah, siapa ini? Bukankah kau pesuruh Na Jaemin?" tanyanya dengan suara yang menyindir.

"..."

"Kau tidak mengenalku?" tanyanya lagi sedikit keheranan.

Renjun tetap diam walau sebenarnya tahu. Dia merasa terkejut ketika Xiaojun tiba-tiba muncul di sampingnya. Senyumnya terasa pahit, membayangkan kehidupan sekolahnya di masa depan yang semakin memburuk.

Dia Xiao De Jun, bagian dari geng yang dipimpin oleh Mark Lee. Kalau Jaemin adalah pentolan kelas 2, Mark Lee lah yang berkuasa di kelas 3. Renjun tidak tahu kesalahan apa yang dilakukannya di masa lalu sehingga harus melalui jalan yang sulit untuk menempuh pendidikannya.

Cukup Jaemin. Renjun berharap siswa yang lain tidak tertarik untuk ikut mengganggunya.

"Xiaojun. Kau harus menanamkan namaku di otakmu." Dia memberikan sebelah tangannya untuk disalami. Renjun memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Xiaojun dengan waspada, tubuhnya tegang seperti panah yang siap dilepaskan.

"Firasat ku mengatakan kita akan sering bertemu setelah ini."

'Semoga firasatmu tidak akan pernah benar.'

Renjun menatap tangan yang masih diulurkan di depannya. Dia tidak berniat untuk menyambut uluran tangan itu, karena sangat mengerti bagaimana hubungan Jaemin dan Mark Lee. Sangat buruk. Renjun hanya khawatir jika dia terlihat menurut pada teman Mark, Jaemin akan salah paham.

"Hei, bukankah kau terlalu sombong untuk ukuran pesuruh?" Xiaojun menarik kembali tangannya. Wajahnya terlihat kesal namun ia masih ingin bermain sedikit. "Kau sangat kurus dan terlihat lemah. Pantas saja menjadi pesuruh Na Jaemin." ujarnya memulai provokasi.

Renjun menahan diri untuk tidak menanggapi ejekan itu. Dia tahu Xiaojun mencoba mengganggunya, tapi dia tetap diam, memilih untuk menahan diri daripada memicu konflik lebih lanjut.

Tapi, Xiaojun tidak berhenti. Melihat Renjun masih diam, dia semakin ingin mengganggunya.

"Kau tidak selera makan?" tanya Xiaojun dengan nada mengejek, melihat makanan di depan Renjun yang belum disentuh. Tanpa ragu, Xiaojun mengambil susu kotak diatas meja dan menuangkannya ke makanan milik Jaemin.

Renjun berusaha mencegah, tapi sudah terlambat. Dia menggigit bibirnya, merasa panik. "Kau membuat kita dalam masalah besar," ujarnya dalam keadaan cemas.

"Akhirnya kau bicara juga. Tapi apa maks-"

"Itu makanan milik Na Jaemin." Setelah Renjun mengucapkan kalimat itu, keduanya saling melempar tatap. Mark Lee dan Na Jaemin memang selalu tidak akur, mareka sering terlibat perkelahian individu maupun antar kelompok, tapi Xiaojun tidak akan berani menyinggung Jaemin secara langsung seperti ini.

"Kau berani membohongi ku?" Kerah seragam Renjun dicengkram kuat oleh Xiaojun, membuat Renjun sulit bernapas. "Kau pikir aku mudah untuk dibodohi, ha-"

"Apa yang kalian lakukan? Dan apa yang terjadi dengan makanan ku?" Sela Jaemin yang baru datang. Ekspresi wajahnya berubah menjadi gelap saat melihat makanannya dipenuhi susu. Mata Jaemin membulat karena marah, keningnya berkerut ketika dia mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

"Renjun," panggilnya dengan suara yang penuh penekanan, matanya menuntut penjelasan.

Cengkraman Xiaojun pada leher Renjun sudah terlepas sedari Jaemin menginterupsi mereka.

Renjun kelabakan, jantungnya berdegup kencang ketika dia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Keringat mulai membasahi kedua telapak tangan, dan dia berharap Jaemin bisa menerima bahwa dia tidak bersalah atas kekacauan ini.

"Bukan aku, sungguh bukan aku!"

☆♬○♩●♪✧♩  

Renjun hampir meneteskan air liurnya melihat kotak makannya yang baru dibuka. Di dalamnya terdapat beberapa potong kimbab yang tersusun rapi, chicken pop yang menggoda, dan egg roll yang menggiurkan. Namun, wajahnya menjadi bingung ketika tidak menemukan sumpitnya di mana pun.

"Setelah membuatku kehilangan makan siang, kau malah makan bekalmu sendirian? Bagi padaku," Renjun refleks mengalihkan pandangannya ke samping saat mendengar suara Jaemin menusuk telinganya.

Kenapa orang-orang suka sekali membuatku terkejut? Renjun menggerutu dalam hatinya, membalikkan pikirannya tentang kenapa situasi selalu menjadi rumit saat bersama Jaemin.

Setelah kejadian di kantin tadi, Jaemin menyuruhnya pergi, dan Renjun tidak tahu bagaimana nasib Xiaojun setelahnya. Tapi, di wajah Jaemin sekarang, Renjun tidak menemukan jejak marah ataupun kekesalan.

"Apa yang kau pikIrkan? Suapin aku, Aa~" Jaemin tidak menyerah dan bertingkah tidak seperti biasanya. Cowok tinggi itu memilih kursi di depan Renjun, meletakkan pantatnya dengan santai, sementara kedua lengannya dilipat di depan dada dengan ekspresi yang santai.

"Se-sebenarnya aku lupa membawa sumpitku," jelas Renjun dengan canggung, mencoba memberi penjelasan yang tidak terdengar 'alasan' kepada Jaemin.

"Kalau begitu, gunakan jarimu sebagai pengganti sumpit," usul Jaemin dengan mudah, ujung bibirnya naik sedikit di wajahnya yang datar, memberikan solusi yang praktis, menurutnya.

Kenapa kau tidak menggunakan jarimu sendiri?! batin Renjun frustasi, meski dia memilih untuk tidak mengungkapkannya, menyimpan emosinya sendiri.

Ragu-ragu Renjun mengambil Kimbab dengan tangan kanannya.

Tidak sabar, Jaemin menarik tangan itu, mengarahkannya pada mulutnya sendiri.

"Aa~ em~"

Renjun merasa jantungnya berdebar-debar saat Jaemin tidak sengaja menjilat jarinya setelah melahap satu potong kimbab. Dia membeku, otaknya kosong, tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi.

"Jariku..."

*:..。o○  ○o。..:*


Aku minta maaf kalau cerita ini kurang sesuai ekspektasi kalian

Aku kebingungan membuat dialog 'anak nakal' khas sekolahan. Padahal aku banyak menonton drakor atau membaca manhwa tentang genre ini, tapi tidak ada yang menyangkut di otakku??

Berkata kasar itu sulit wkwk

Terimakasih untuk vote dan komen kalian di chapter sebelumnya dan chapter ini

💚

Preman Sekolah dan Targetnya | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang