Langkah kaki bergema di sepanjang lorong yang kosong, bersamaan dengan napas dua orang yang tidak teratur.
"J-Jaemin, berhenti!" Yang satu berjuang melawan cengkeraman kuat seperti besi di pergelangan tangannya dan yang lainnya berhenti. Gerakan tiba-tiba itu menghantamkan wajah Renjun tepat ke punggung berzodiak leo.
"Aduh, sakit!" Renjun menggosok hidungnya, menatap ke arah Jaemin. "Kau sengaja ya?" Dia bertanya.
"Kaulah yang memintaku untuk berhenti." Jaemin beralasan dengan tatapan yang sama mengancamnya dengan pemilik marga Huang. Renjun hendak membalasnya ketika Jaemin mulai menariknya lagi dan baru melepaskannya ketika mereka sampai di UKS dan tidak terkunci.
"Apa yang membuatmu sangat marah?" Renjun bertanya tidak yakin, sambil menggosok pergelangan tangannya dengan bibir cemberut.
Jaemin terus melotot, membuat Renjun langsung gemetar ketakutan. Tapi karena dia adalah pria yang keras kepala, dia menolak untuk menunjukkan tanda-tanda kelemahannya jadi dia tetap berdiri teguh.
“Kau jelas sudah mengetahuinya,” Orang china itu menggigil mendengar nada dalam yang tidak biasa dari Jaemin.
"Aku tidak," Dia dengan polosnya memiringkan kepalanya ke samping meskipun sebenarnya dia mengetahui dan berpikir betapa kacaunya dia.
Jaemin membungkukkan tubuhnya lebih rendah untuk mempertemukan irisnya dengan milik Renjun dan secara refleks, pemilik mata cantik itu mundur ke belakang. Tapi Jaemin menahannya, melarangnya melakukan gerakan sekecil apa pun.
"Mau jelaskan.." tangannya menyelinap ke paha Renjun sambil membelai kain lembut dan berenda itu. "Ini?"
Renjun menelan ludah, "I-Ini bukan mauku." Dia berkata sambil melihat ke bawah.
"Hm?"
kurangnya respon membuat Renjun semakin gugup.
"Taruhan yang kemarin, ingat? Haechan yang membuatku memakai ini."
Alis Jaemin berkedut mendengarnya. "Permintaan Haechan?"
Renjun mengangguk dengan hati-hati.
"Kata Haechan, Renjun akan terlihat menggemaskan jika menggunakan pakaian maid," Tidak menerima tanggapan lain selain anggukan, Renjun menganggapnya sebagai tanda untuk melanjutkan. "Aku berusaha untuk menolaknya... tapi kemudian Haechan terus-terusan menggodaku menyebutku pengecut karena tidak menepati janji." Tatapannya mengarah ke mana-mana, memandang segalanya kecuali Jaemin.
"Begitu?"
"Iya! Dia mengatakan itu dan ah.. sudahlah."
Sungguh, Jaemin tidak bisa berbohong,kan? Renjun terlihat sangat menggemaskan.
"Apa lagi yang dia katakan?" Jaemin duduk pada ranjang UKS yang disediakan, membiarkan Renjun berdiri di depannya.
"Aku tidak bisa memberitahumu hal itu." Renjun mengatakan itu dengan memalingkan wajahnya.
Kemudian tiba-tiba Renjun mendapati dirinya ditarik ke depan, mendarat di paha Jaemin hingga dia dengan canggung mengangkanginya.
"Hm, beritahu aku." Jaemin menggerakkan tangannya, meletakkannya di dekat paha bagian dalam Renjun, membuat anak laki-laki itu tersentak dan secara naluriah menampar tangan Jaemin yang nakal.
"Di mana kau meletakkan tanganmu!"
Jaemin tertawa pelan tanpa memindahkan tangannya. "Aku ingin kau memberitahuku... semuanya," ucapnya.
Renjun menutup matanya ketika tangan laki-laki itu semakin dekat ke area pribadinya.
"Ini?" Dan 'rok maidnya' terlempar ke atas, membuat Renjun membuka matanya yang sebelumnya tertutup dan tangannya mencegah pakaiannya semakin terangkat.
"Jaemin!"
"Beritahu aku,"
"Baiklah, baiklah! Aku memakai ini karena Haechan berkata, mungkin kau akan senang dengan melihatku cosplay sebagai maid!"
Jaemin diam sejenak, "Memang benar itu membuatku senang, namun Renjun, orang lain juga melihatnya. Apa kau ingin membuat senang yang lainnya?"
"Aku tidak-" ucapannya terpotong oleh gerakan cepat Jaemin yang tiba-tiba melahap bibirnya. Dia terkejut dan meraih leher Jaemin untuk menyeimbangkan tubuhnya, teriakan marahnya teredam oleh bibir Jaemin.
Renjun terlalu bingung, jadi dia membiarkannya itu terjadi. Dia mengizinkan Jaemin melingkarkan tangannya di lehernya, dan menariknya ke depan untuk ciuman yang lebih mendesak dan kasar. Dia membiarkan Jaemin untuk melingkarkan tangan bebasnya yang lain di pinggangnya, untuk menekan keduanya dalam pegangan yang tidak mau lepas.
Renjun mendorong bahu Jaemin agar melepas ciumannya. Dengan mata yang sayu, bibir merah mengkilap, dan napas terengah-engah, dia membisikkan sesuatu, "Bangun Jaemin."
Bangun?
Jaemin terbangun di kamar tidur yang gelap, hanya diterangi oleh sinar matahari yang menerobos lewat celah gorden. Dia menyadari bahwa semuanya hanyalah mimpi. Mimpi yang begitu nyata hingga membuat hatinya berdebar kencang. Dia mengusap wajahnya, mencoba menghilangkan bayangan ciuman itu dari pikirannya.
"Aish!"
Jaemin membenamkan kepalanya pada bantal, merasa malu.
*:..。o○ ○o。..:*
Draf ku udah habis 😔, setelah ini jangan berharap aku bisa update cepet, tapiiiiii...
Sembari nunggu aku update, kalian bisa mengunjungi akun ku di KaryaKarsaAda yang gratis kok 😉
Link-nya ada di bio ku atau mungkin bakal aku share di kolom komentar juga
Thanks buat yang udah vote dan komen sampai di chapter ini
Lop yu 💛💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
أدب الهواةSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...