Renjun menggigit ujung pena-nya, sedikit melamun. Kegiatan belajar mengajar sudah usai untuk hari ini, namun Renjun masih belum beranjak dari duduknya. Dia memikirkan beberapa metode untuk mendekatkan Jang Wonyoung dan Na Jaemin.
Kemudian dia teringat dengan perkataan Jaemin tadi siang, pemuda itu mengajaknya ke cafe sepulang sekolah. Eh, cafe ya? Bukankah biasanya cafe adalah tempat untuk kencan?
"Dah, Renjun. Aku pulang dulu." Wonyoung menyapa setelah selesai beberes, dia menggendong tasnya dan berniat pulang.
"Tu-tunggu sebentar Wonyoung." Renjun berteriak, sedetik kemudian merasa malu menjadi perhatian beberapa teman sekelasnya yang belum pulang. Tanpa menunggu waktu lama, Renjun menghampiri Wonyoung yang sudah berdiri diambang pintu kelas, "aku dan Jaemin berencana untuk pergi ke cafe di sebrang sekolah, kau tau kan, yang baru dibuka minggu ini. Bagaimana jika kau juga ikut? Ini bisa menjadi langkah pertama untuk mendekatinya."
Wonyoung tersenyum lebar, matanya berkilat antusias. "Aku mau!"
Saat mereka sampai di parkiran sekolah, Jaemin sudah menunggu dengan wajah yang tidak sabar. Ketika melihat Wonyoung datang bersama Renjun, ekspresi Jaemin berubah menjadi masam. "Apa yang dia lakukan di sini?" tanyanya dingin, matanya menyipit menatap Renjun.
"Oh, aku mengajaknya untuk ikut dengan kita," jawab Renjun dengan nada canggung, berusaha terdengar santai meski dia bisa merasakan ketegangan yang meningkat.
Jaemin menatap Wonyoung dengan tatapan tajam. "Kau tidak bilang kita akan ada tamu," katanya dengan nada yang jelas tidak senang.
Renjun tersenyum kaku. "Maaf, aku pikir akan lebih menyenangkan kalau dia ikut."
Jaemin mendengus, lalu mengalihkan pandangannya. "Terserah saja, tapi aku hanya mentraktir satu orang."
"Kau tidak membawa uang banyak ya?"
"Ha?"
"Aku kira kau orang kaya selama ini, tapi sepertinya aku salah, Apa boleh buat," Renjun mendekati Jaemin, sedikit berjinjit untuk mencapai telinganya. "Jaemin, kalau memang uangmu tidak cukup, kau pergi saja dengannya, jangan pedulikan aku."
Mendengar itu, Jaemin semakin kecut wajahnya. 'Kenapa wajahmu terlihat kesal begitu, dia Jang Wonyoung, lho! orang yang kau taksir!' batin Renjun bingung.
"Maaf, aku menjawab telpon dulu." sela Wonyoung, sebelum berjalan sedikit menjauh dari mereka.
Renjun melihat kesempatan itu dan berbisik lagi kepada Jaemin, "Jaemin jaga Wonyoung, aku akan pulang dulu."
Jaemin menahan Renjun melangkah lebih jauh, tanpa sadar menggeram marah. "Apa yang kau bicarakan?"
"Memangnya apa lagi? Kau harus menjaga orang yang kau kencani sampai didepan rumahnya."
"Dan siapa yang sedang aku kencani?" Jaemin menjawab dengan nada sinis.
"Tentu saja Won-"
"Ehm, Aku minta maaf Renjun. Sepertinya aku tidak bisa ikut hari ini," Wonyoung kembali dengan wajah sedikit murung.
"Sepertinya kau memiliki urusan, pulanglah." Jaemin mengusir tanpa basa-basi.
"Sayang sekali, tapi tidak papa kita bisa main lain waktu. Hati-hati dijalan~" kata Renjun sambil melambai.
Setelah Wonyoung pergi, Renjun menghadap Jaemin dengan ekspresi serius. "Kau terlalu kasar dengan seorang wanita, aku jadi khawatir dengan pasanganmu di masa depan."
Jaemin hanya mendengus, lalu berkata, "Sudahlah, ayo pergi."
*:..。o○ ○o。..:*
Paginya, kelas mulai ramai dengan suara-suara siswa yang bersiap untuk pelajaran pertama. Renjun duduk di kursinya, mencatat sesuatu di bukunya.
"Renjunie, selamat pagi! Aku membawa cake yang kujanjikan kemarin," Wonyoung menyapa dengan ceria, menyusupkan senyuman yang manis. Dia mengeluarkan dua kotak kecil dari tasnya. "Yang atas milikmu, sedangkan yang bawah tolong berikan pada Jaemin," lanjutnya sambil meringis.
"Jangan sampai tertukar karena kadar gulanya berbeda. Aku dengar Jaemin tidak terlalu suka manis."
Renjun tersenyum lebar. "Wonyoung, kau sangat perhatian~ Kalau kau sampai jadian dengannya jangan lupakan aku ya."
Wonyoung tertawa kecil, "Tentu saja tidak akan, Renjun."
Setelah itu, Renjun berjalan ke meja Jaemin yang berada di sudut belakang kelas. Suasana kelas masih bising dengan siswa yang berbincang-bincang dan beberapa yang masih berdatangan. Ketika sampai, Renjun meletakkan kotak kecil berisi cake dari Wonyoung di atas meja Jaemin. "Nih, ada kiriman."
Jaemin yang sedang fokus pada ponselnya, menatap Renjun dengan alis terangkat. "Dari siapa?" tanyanya sambil membuka kotak tersebut.
"Jang wonyoung."
Jaemin melihat isi kotak tersebut dan langsung menunjukkan ekspresi masam. "Bawa pergi, aku tidak suka manis."
Renjun berusaha tetap tenang, mencoba meyakinkan Jaemin. "Tenang saja, ini low sugar. Cobalah dulu," katanya sambil tersenyum. Namun, senyumannya dibalas tatapan dingin yang menakutkan dari Jaemin. Merasa semakin tidak nyaman, Renjun tergagap. "K-kalau tidak mau ya sudah. Tapi aku tidak ingin mengambilnya lagi. Aku sudah punya satu. Aku tidak bisa menghabiskan semuanya."
Jaemin mendengus, lalu kembali fokus pada layar ponsel.
"Jangan di buang, kau bisa memberikannya pada siapapun." Ujar Renjun lagi sebelum kembali ketempat duduknya.
Wonyoung yang melihat Renjun mendekat segera bertanya, "Bagaimana?"
Renjun menghela napas. "Dia bilang tidak suka. Kita harus pakai cara lain."
Wonyoung terlihat kecewa, matanya sedikit redup. Renjun menepuk bahunya dengan lembut, "Jangan khawatir, aku masih punya banyak ide."
*:..。o○ ○o。..:*
Renjun mungkin lupa kalau dia hampir tiap hari ngasih Jaemin roti melon 🌚
Info saja, Renjun udah kembali ketempat duduk yang lama ya, dia nggk duduk sama Jaemin lagi,
cuma sekali doang dia duduk sebelah Jaemin pas chapter naksirJangan lupa vote dan komen, agar aku bisa lebih bersemangat untuk update
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
FanfictionSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...