Special Chapter (1)

1.3K 108 3
                                    

Warning!

Chapter ini tidak berhubungan dengan jalan cerita ya, atau kalian bisa menganggapnya sebagai cuplikan kehidupan mereka setelah lulus sekolah.

Karena ini bukan termasuk chapter penting, maka aku bisa menghapusnya kapanpun yang aku mau.

Happy Reading!

❀💚💚💚❀

Renjun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh bagian atas Jaemin yang berotot, dipenuhi bekas merah berbentuk bibir. Ia ingin sekali mengabadikannya di galeri, namun dia tahu Jaemin hampir bangun dan masih ada sesuatu yang ingin dia lakukan sebelum Jaemin tersadar.

Biasanya Jaemin yang menandainya, entah itu bekas gigitan, kissmark, atau kombinasi keduanya. Bukan berarti Renjun tidak pernah mencoba, tetapi Jaemin selalu tertawa geli setiap kali Renjun mengisap kulitnya hampir di mana saja. Dan itu cukup untuk membuat Renjun kehilangan minatnya.

Orang yang memiliki ide menggunakan lipstik untuk menandai Jaemin adalah Wonyoung. Dia selalu menggoda Renjun setiap kali melihat 'sesuatu' di lehernya. Dua hari lalu, Wanita itu menyelipkan kotak kecil ke saku Renjun ketika Jaemin tidak melihat. Renjun terkejut menemukan lipstik baru beraroma strawberry di dalamnya. Awalnya, Renjun enggan menggunakannya, tetapi Wonyoung memberi anggukan dan kedipan mata. Akhirnya, Renjun mengaku kalah dan mengangguk kembali.

Renjun berpikir dia harus membelikan Wonyoung baju atau semacamnya karena, astaga, Jaemin terlihat seksi seperti ini.

Jaemin bergerak dan bergumam tidak jelas. Wajahnya masih bersih karena Renjun belum menyentuhnya, dan itu adalah sesuatu yang harus diubah. Ia membungkuk dan menempelkan bibirnya ke pipi kanan Jaemin, yang membuat tunangannya merengek pelan.

Renjun tak dapat menahan senyum manis yang tersungging di wajahnya. "Selamat pagi, pengeran tidur~"

Butuh waktu sekitar satu menit lagi bagi Jaemin untuk benar-benar bangun, jadi Renjun menggunakan kesempatan itu untuk membuat tanda di pipi Jaemin yang lain juga. Ia segera menutup lipstiknya dan kemudian menaruhnya kembali di meja samping tempat tidur.

Sebelum Jaemin membuka matanya, ia menarik Renjun ke dalam ciuman selamat pagi dengan malas. Jaemin mengetuk bibir Renjun dengan lidahnya, dan tepat saat Renjun hendak membiarkannya masuk, Jaemin mendorongnya menjauh.

Matanya masih tertutup, namun dahinya berkerut. "Kau baru saja makan kue stroberi? Rasanya tidak enak—" Jaemin membuka matanya sedikit, sebelum membukanya lebih lebar lagi demi melihat lebih jelas bibir tunangannya yang semerah delima, "—oh. Wow. Seksi."

"Begitu juga denganmu," kata Renjun sambil menyeringai, melihat bibir lembut Jaemin, yang ternoda merah muda karena lipstik.

"Hah? Bibirku kenapa?"

Jaemin mengusap bibirnya dengan punggung tangan, warna merah dari lipstik menempel ditangannya. Kemudian, dia mengusap wajahnya lebih banyak lagi, menyebarkan lipstik ke mana-mana. Renjun tertawa kecil melihatnya—Jaemin tampak seperti pengantin wanita dalam film horor yang pernah mereka tonton bersama.

Ketika Jaemin cemberut dan ingin melanjutkan gosokannya yang panik, Renjun menangkap pergelangan tangannya dan berkata, "Hentikan. Kau membuatnya semakin parah. Kau tampak manis dengan lipstik di bibirmu, tapi sekarang kau tampak seperti bayi yang baru belajar makan."

Geraman pelan dan wajah merajuk Jaemin tidak membuat Renjun takut. Justru sebaliknya, dia semakin bersemangat untuk menggodanya.

"Yah, lipstik itu bisa meninggalkan noda dan tidak mudah dihilangkan. Kurasa adil juga kalau aku bisa menandaimu. Aku suka tubuhmu yang dipenuhi bekas bibirku."

Mendengar itu, kepala Jaemin menunduk dan dia melihat perutnya. Renjun mengira dia akan marah atau mungkin sedikit menggodanya, tetapi ketika Jaemin menatapnya dengan tatapan penuh semangat, Renjun merasa tulang punggungnya merinding.

"Apakah tetap tidak akan hilang meski menggosoknya dan terkena keringat?"

"Eh, aku tidak tau." Renjun menjawab ragu.

Jaemin meraih bahunya, melakukan gerakan secepat kilat membuat Renjun berada di bawahnya, dan saat tubuh bagian bawah Jaemin menyentuh pinggulnya, dia tahu bahwa mereka tidak akan meninggalkan tempat tidur dalam waktu singkat.

Jaemin membungkuk dan berbisik tepat ke telinga Renjun, "Waktunya mencari tahu."

Preman Sekolah dan Targetnya | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang