"Coba pukul ini."
Renjun bergeming mendengarnya. Cowok manis itu hanya menatap telapak tangan Jaemin yang terangkat persis didepan wajahnya.
"Kau... ingin aku apa?" tanya Renjun memastikan, mengintip melalui celah telapak tangan Jaemin yang besar dengan heran. Suara mereka bergema di gudang yang kosong.
"Aku ingin melihat seberapa besar kekuatanmu. Cobalah untuk memukul telapak tanganku."
"Tapi, kenapa-?" Renjun mengerutkan kening, menciptakan lipatan kecil di dahinya, sementara matanya melebar karena kebingungan. Bibirnya sedikit terbuka, seolah-olah ia ingin mengucapkan sesuatu tetapi tidak menemukan kata-kata yang tepat. Ekspresi wajahnya membuat Jaemin merasa gemas.
"Mulutmu terlalu banyak bicara, bisakah turuti aku tanpa bertanya apapun?"
"B-baik." Renjun merasa tegang, tapi penasaran. Ini merupakan perintah Jaemin yang paling random menurut Renjun. Dengan ragu, dia akhirnya mengangguk, siap untuk mematuhi permintaan aneh itu tanpa bertanya lagi.
Renjun mundur dua langkah. Dia mengencangkan otot lengan kanannya, siap untuk melepaskan kekuatan yang ia punya. Dengan gerakan yang cepat, ia mencoba memberikan pukulan yang terbaik meskipun hatinya berdegup kencang.
Suara hentakan terdengar di udara, memecah keheningan gudang. Meskipun pukulannya tidak terlalu kuat, Renjun merasakan sedikit gemetar di tangannya.
"Lagi. Apa hanya segitu kekuatanmu?" tantang Jaemin, meremehkan.
Renjun menelan ludah, tetapi kemudian mengangguk, menunjukkan tekadnya untuk melanjutkan. Dengan mengumpulkan sisa-sisa tenaganya, ia mengambil posisi yang lebih kokoh dan mengulurkan tinjunya, kali ini dengan lebih banyak kekuatan.
Sekali lagi, suara hentakan terdengar di udara.
"Cukup," ucap Jaemin sambil menurunkan tangannya yang memerah dengan senyum ringan. "Lumaya, sekarang cobalah pukul perutku."
"APA?" Ucapan Jaemin mengagetkan Renjun yang baru saja menghela napas lega. Renjun mulai berpikir bahwa Jaemin sedikit gila. Orang waras mana yang minta dipukuli.
"Kenapa?" balas Jaemin dengan nada seolah-olah ini adalah hal yang biasa.
"Kau tidak sedang menjebak ku, kan?" Renjun menatap Jaemin dengan cemas, mencari tahu apakah ini adalah bagian dari lelucon bodoh atau ada motif yang lain di baliknya.
'Sebenarnya apa yang dia rencanakan? Apa dia mencoba membuatku melukainya, kemudian membalasku dengan dalih pembelaan diri? Apa dia mencoba menjebak ku? Apakah disini apa kamera? Dimana itu? Dimana itu?!'
"Apa yang kau lakukan? Hentikan semua pemikiran anehmu." Jaemin berdecak melihat Renjun celingukan tidak jelas.
"Bukan aku yang aneh, tapi kau!" balas Renjun tajam. "Jaemin, apa kau akan memukuliku di gudang ini? Jangan pukul aku! Aku akan melakukan apapun yang kau perintahkan." Renjun mendekati Jaemin, meraih salah satu lengannya dengan gugup, dan menggoyang-goyangkannya seperti anak kecil yang merengek.
"Apa kau marah padaku? Aku minta maaf! Aku akan memohon padamu walau aku tidak tau apa salahku, tolong lepaskan akuuuu!"
"Aih, sialan kau, bocah lucu." Jaemin mencoba menahan tawa yang ingin keluar. "Kubilang hentikan pikiran konyol mu. Aku tidak akan memukulmu, malah aku menyuruhmu memukul perutku."
"Itulah yang membuatku takut. Pukulan ku akan meninggalkan memar dan akan menjadi bukti jika kau melaporkan pada guru. Apa kau ingin aku dikeluarkan dari sekolah?"
"Hei, Aku itu lebih kuat dari yang kau kira. Dan menurutmu apakah aku akan menyebarkan kepada orang-orang bahwa aku dipukul oleh orang sepertimu, sampai harus melapor kepada guru? Itu akan menghancurkan harga diriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
FanfictionSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...