Angin di atap sekolah bertiup kencang, membuat Renjun memeluk tubuhnya sendiri untuk melawan dingin. Jaemin mengejar Haechan yang berlari pergi, meninggalkan Renjun sendirian dengan perasaan bingung yang belum hilang. Dia memutuskan untuk ikut turun, kembali ke kelas. Berpikir percuma menyusul mereka karena sepertinya keduanya tidak akan kembali untuk mengikuti jam pelajaran yang tersisa. Langkahnya terhenti saat mencapai anak tangga terakhir.
Sebuah suara terdengar samar di kejauhan, diselingi oleh tawa kasar yang begitu familiar. Pandangannya segera tertuju ke arah dekat kamar mandi, tempat di mana sekelompok anak lelaki berdiri. Itulah geng Mark Lee, dengan aura yang membuat siapapun enggan mendekat. Mereka tampak tidak menyadari kehadiran Renjun pada awalnya, terlalu sibuk dengan percakapan mereka sendiri.
Namun, seakan dipandu oleh suatu naluri, Mark tiba-tiba menoleh. Pandangan mereka bertemu, dan Renjun merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dalam sekejap, suasana berubah. Wajah Mark menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak-apakah itu rasa penasaran, atau mungkin sedikit kepuasan karena melihat Renjun (orang yang akhir-akhir ini sulit ditemui karena seseorang) berada di tempat yang tidak diduga pada waktu yang tepat.
"Oh? Ternyata ada tikus yang ketakutan." Mark bersuara dengan nada mengejek. Gengnya perlahan berhenti tertawa, dan kini semua mata tertuju pada Renjun. Tubuhnya menegang, sementara berbagai pikiran berkecamuk dalam benaknya.
Mark dan gengnya mulai mendekat, langkah mereka terasa lambat namun pasti. Renjun tahu bahwa dia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Tidak ada Jaemin di sini, hanya ada dia dan geng Mark Lee yang mendekat seperti pemangsa yang baru saja menemukan mangsanya.
"Apa yang dia lakukan disini?" Xiaojun mengawali.
"Kau dari atap? Tikus sepertimu?" tambah Hendery melirik ujung tangga di atas, matanya menyipit penuh cibiran.
"Bukankah tikus memang hidup disana?" ejek yang lainnya.
Mereka kini mengelilingi Renjun, menciptakan lingkaran yang seolah menjebaknya.
"Aku bukan tikus. Aku Renjun!" teriaknya, meskipun suaranya keras, ada getaran halus yang menunjukkan ketakutan. Dia tidak berani menatap mereka, menundukkan pandangannya ke bawah, melihat sepatunya yang terasa lebih bagus untuk sementara waktu.
"Benarkah? Tapi terakhir kali kutanya, kau tidak mengaku sebagai Renjun," Mark menukas dengan seringai, mendekatkan wajahnya ke arah Renjun.
"Waktu itu..." Renjun mencoba menjelaskan, namun kata-katanya tersangkut di tenggorokan, terhenti oleh rasa takut yang kembali menyerangnya.
"Tikus memang suka mencicit, sesuai sekali denganmu," Mark memotong dengan nada sinis, membuat gengnya tertawa lagi. Ejekan itu mengiris harga diri Renjun.
Namun, kalimat terakhir itu, membuat sesuatu dalam diri Renjun mendidih. Rasa takutnya berubah menjadi keberanian spontan. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah maju dan dengan cepat menyundul dagu Mark dengan kepalanya. Mark terhuyung mundur beberapa langkah, terkejut oleh tindakan tiba-tiba Renjun. Gengnya terdiam, terperangah sesaat, tak menyangka Renjun akan melakukan sesuatu yang nekat.
Merasakan kesempatan itu, Renjun segera berbalik dan berlari sekencang-kencangnya, jantungnya berdetak kencang, dan napasnya tersengal. Xiaojun dan Hendery, setelah tersadar dari keterkejutan mereka, segera berusaha mengejar Renjun. Suara langkah kaki mereka terdengar semakin dekat, menambah rasa panik di dalam diri Renjun.
Mata Renjun menangkap sosok di depan, seseorang yang dikenalnya. "Lee Jenooo selamatkan akuuu!!" pekiknya, napasnya terengah-engah, matanya melebar dengan ketakutan. Jeno berdiri sekitar lima meter di depan, mendengar pekikan Renjun yang memohon bantuan.
Jeno terkejut mendengar namanya dipanggil, dan langsung berbalik. Wajahnya sejenak menunjukkan kebingungan sebelum berubah menjadi ekspresi serius ketika dia menyadari situasinya.
Renjun langsung bersembunyi di belakang Jeno, mencengkeram ujung jaketnya erat-erat, seolah itu satu-satunya pegangan yang ia miliki. Sedangkan dua orang yang mengejarnya tadi berhenti dengan napas tersenggal.
"Hei, jangan bersembunyi, datang kemari!" seru Xiaojun menuntut.
Jeno menatap mereka dengan tajam. "Apa yang akan kalian lakukan?"
Hendery yang berdiri di samping Xiaojun mendengus kesal. "Kami hanya ingin bicara dengan tikus kecil itu," jawabnya sambil menunjuk ke arah Renjun yang masih bersembunyi di belakang Jeno. "Tidak ada urusan denganmu."
Jeno hanya mengangkat alisnya, sama sekali tidak menunjukkan niat untuk menyerahkan Renjun.
Xiaojun, merasa kalah langkah, menyenggol Hendery sebagai isyarat untuk mundur. Dengan enggan, Hendery akhirnya membalikkan badan, dan keduanya berjalan menjauh, meninggalkan koridor yang perlahan kembali sunyi.
"Syukurlah mereka pergi," ujar Renjun, menatap Jeno dengan rasa lega. "Terima kasih, Jeno."
Jeno mengangguk singkat. "Bagaimana kau bisa bertemu mereka?"
Renjun menghela napas panjang, mencoba merangkai kata-kata. "Sebenarnya aku dan Jaemin sedang berbicara di atap, tentang... seseorang yang dia suka. Tapi tiba-tiba, Haechan muncul dan membuat Jaemin marah. Dia langsung mengejar Haechan yang kabur, dan aku... ya, aku ditinggal sendirian di sana, lalu aku turun dan bertemu mereka," jelas Renjun, matanya memancarkan kebingungan. "Tapi aku benar-benar tidak mengerti kenapa Jaemin tiba-tiba marah seperti itu."
Jeno menggeleng pelan, sedikit mendengus geli. "Apakah kau tahu siapa orang yang Jaemin suka?" tanyanya, suaranya terdengar lebih ringan dari biasanya.
Renjun menatap Jeno, harapan tampak jelas di matanya. "Itu yang aku ingin tahu. Apa kau tahu?" tanyanya dengan nada cemas.
Jeno berhenti sejenak, memandang Renjun dengan ragu. "Itu kamu. Jaemin sebenarnya suka padamu, Renjun."
"Apa?"
■□■□■□■□■
Jaemin kelamaan sih, keburu dispil Jeno deh
https://trakteer.id/lemonia_a/tip
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
FanfictionSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...