Naksir

1.5K 136 16
                                    

"Jadi, kau beneran naksir?" Haechan bertanya dengan nada santai, tapi mata tajamnya menyelipkan keingintahuan. Mereka berada di dalam kelas yang berisik, di mana suara gemuruh siswa yang berbicara dan tertawa memenuhi ruangan. Beberapa siswa sibuk dengan buku-buku mereka, sementara Yang lain duduk bersila berkelompok, berbincang-bincang dengan antusias. Pelajaran pertama belum dimulai, namun Haechan dan Jeno yang tidak sekelas dengan Jaemin berkesempatan untuk nongkrong sebentar, duduk di bangku Jaemin di belakang kelas.

Jaemin, yang melamun dalam pikirannya sendiri, tersentak kecil mendengar pertanyaan itu. Matanya melirik Haechan, mencari petunjuk tentang maksud sebenarnya di balik kata-katanya.

"Siapa yang kau bicarakan?" Jaemin menanggapi dengan nada waspada, berpura-pura di balik ekspresi datarnya.

"Si imut itu, yang selalu kau tempeli akhir-akhir ini," Haechan tersenyum nakal saat mengatakannya. Menggoda Jaemin adalah hal yang langka, dan itu merupakan favoritnya.

"Kau bahkan mengajarinya bertarung. Aku iri~" Jeno, yang awalnya hanya menyimak, ikut menimpali dengan candaan. Salah satu tangan mereka bertemu diudara, mengisyaratkan bahwa keduanya satu kubu dalam menggoda Na Jaemin yang sedang kasmaran.

"Jangan salah paham. Aku hanya ingin dia bisa melindunginya dirinya sendiri." Jaemin menghela napas panjang.

"Bagaimana kemampuannya?"

"Payah. Dia tidak punya bakat," jawab Jaemin dengan jujur, tetapi ada sentuhan kelembutan di suaranya.

"Sekali dilihat juga sudah ketahuan, dia tipe orang yang harus dilindungi oleh Pangeran berkuda putih," goda Haechan lagi, sambil menatap Jaemin dengan tatapan penuh arti.

"Pangeran Jaemin~" Jeno ikut-ikutan menggoda, tapi ekspresi Jaemin langsung berubah serius.

"Diamlah!"

"Apakah Mark masih ingin mengincarnya?" Haechan teringat dengan kejadian dua minggu yang lalu. Dengan sifat Mark yang tidak ingin kalah, dia pasti akan menggunakan cara apapun untuk mengusik singa yang tertidur. Apalagi dengan Jaemin yang bersikap sangat posesif, Haechan yakin Mark sudah menebak kelemahan temannya ini.

Jaemin mengangguk, "Dia pasti mengincarnya untuk memojokkanku."

"Tapi, bukankah itu juga salahmu? Kalau saja kau tidak bermain-main menjadikannya pesuruhmu, Mark Hyung tidak akan mengincarnya."

"Benar. Seandainya dia tidak berurusan denganmu, mungkin kehidupan sekolahnya akan normal seperti yang dia lakukan sekarang. Lihatlah," Haechan menunjuk ke arah tempat Renjun berada, bersama seorang cewek berambut panjang yang indah. Mereka tengah asik mengobrol dI bawah sinar matahari yang memancar dari jendela kelas.

"Jika tidak bertemu denganmu, mungkin dia sedang menikmati cinta monyet dengan cewek itu."

"Wow~ mereka sangat dekat."

"Dia tersenyum manis, terlihat sangat bahagia."

Mendengar itu, Jaemin jadi ingin memukul teman-temannya. "Kalian sangat berisik! Diamlah!"

"Eh? Ada apa dengan wajahmu?" Haechan bertanya dengan nada main-main.

"Menyeramkan." tambah Jeno dengan sedikit terkekeh, tetapi segera menutup mulutnya ketika melihat perubahan ekspresi Jaemin.

"Kubilang diam!" Jaemin menggeram kesal, lalu dengan langkah kasar, ia mendatangi meja tempat Renjun berada.

"Je-jaemin? Ap-apa-" Cewek yang bersama dengan Renjun, tergagap melihat Jaemin mendekatinya -lebih tepatnya mendekati Renjun- memperbaiki penampilannya dengan terburu-buru.

Jaemin mengalihkan pandangannya kearah Renjun, "Ikut aku."

"Kemana? Guru sudah hampir masuk. Aku tidak mau membolos." Wajah bingung yang polos itu, membuat Jaemin ingin menyembunyikannya dari dunia.

"Kalau begitu pindah duduk di sebelahku."

Renjun melihat kearah cewek yang duduk bersamanya sebentar, lalu menghadap Jaemin lagi. "Kau tidak sopan tau? Kenapa tiba-tiba memintaku pindah?"

"Ayo!" Jaemin membawa tas Renjun tanpa izin.

"Hei!"

Renjun gelagapan sebelum meminta maaf pada cewek tadi dan segera mengikuti Jaemin.

"Aku tidak suka kau bersikap seenaknya begitu," ucap Renjun menasehati setelah duduk bersebelahan dengan Jaemin.

"Apa yang dilakukan cewek itu-"

"Namanya Jang Wonyoung. Dia murid pindahan dikelas kita satu bulan yang lalu. Apa kau tidak ingat?" Jaemin menggeleng, membuat Renjun mencibir.

"Dia sangat cantik, kan? Pertama kali melihatnya, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku, namun baru kemarin kita mengobrol banyak." Renjun bercerita dengan antusias  dengan tersenyum lebar. "...karena aku yang paling jago sastra Korea di kelas ini, dia memintaku mengajarinya. Aku tidak sebodoh yang kau kira."

"Kau mencium bau sesuatu tidak, Jen?"

Renjun menoleh kebelakang setelah mendengar pertanyaan Haechan.

"Tidak, bau apa?"

"Bau yang terbakar api cemburu!" Haechan dan Jeno tertawa lepas, mengejek Jaemin yang muram.

"Diam! Pergi sana!"

Menghindari lemparan tas, duo bokem itu segera keluar dari kelas masih dengan tawanya.

'Apakah Jaemin menyukai Wonyoung?'

Renjun kemudian tersenyum, berkata pada Jaemin, "Tenang saja, walaupun cantik, tapi bukan tipeku."

"...jangan anggap serius omongan mereka." Walau Jaemin bilang begitu, namun Renjun melihat Jaemin tersenyum samar.

'Jatuh cinta pada pandangan pertama, kah?' batin Renjun.

Preman Sekolah dan Targetnya | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang